Share

Delapan Belas

Zuhra duduk sendirian di kursi taman. Pikirannya yang berserabut butuh udara segar supaya kembali fokus dan tenang.

Dua minggu berlalu sejak kejadian itu, Dirgam jadi lebih pendiam. Bahkan kini pria itu jarang berada di rumah. Pulang kantor selalu larut malam dan sudah pergi lagi pagi-pagi sekali. Padahal seharusnya Dirgam yang membujuk dan menjelaskan pada Zuhra, tapi kenapa malah pria itu yang terkesan marah dan merajuk. Bahkan, pria itu menugaskan beberapa orang asisten rumah tangga tanpa sepengetahuannya.

“Kamu nggak pernah berubah, selalu menepi ke taman setiap ada masalah.”

Ada rasa terkejut yang menelusup. Namun Zuhra enggan menoleh, apalagi menanggapi ocehan orang yang Zuhra tahu tempatnya di masa lalu.

“Kamu di sini. Aku artikan bahwa bukti itu sudah bisa kamu pahami,” ucap Reno santai.

“Itu bukan bukti,” sahut Zuhra ketus.

Reno tertawa seolah mengolok. “Lalu yang seperti apa yang bisa kamu sebut bukti, Rara?” pancingnya dengan panggilan manis mereka dulu.

“Jangan panggil aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status