Beranda / Urban / PERJAKA MENIKAHI JANDA / Orang Tua tidak Mengizinkan Aku Menikah Dengan Janda Anak 3

Share

Orang Tua tidak Mengizinkan Aku Menikah Dengan Janda Anak 3

Penulis: Erwin Fathar
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-07 19:21:37

"Eh, Nis. Kenapa lagunya sesuai dengan apa yang ada di hatiku, ya. Bisa aja nih yang memutarnya," aku bernyanyi mengikuti.

"Semoga Mas tidak berubah walau nanti umurku sampai 50 tahun lagi, heee," ungkap Nisa.

"Salat dulu yuk, Nis."

"Ya sudah Mas salat dulu, aku menunggu di sini, aku sedang tidak salat."

"Sebentar ya, Nis."

Aku meninggalkan Nisa sebentar dan anaknya yang masih tidur di sofa. Mencari mushola di dalam Mal. 

Setelah selesai beribadah aku kembali lagi.

"Sudah ya, Mas," sembari Nisa tersenyum.

"Sudah Nis, terus kita mau kemana, lagi," aku membalas senyum dan duduk lagi di dekatnya.

Nisa merapikan lagi rambutku, aku pasrah dan diam saja seperti anak yang mau pergi ke sekolah. Satu sisi merasakan seperti itu dan di sisi lain merasa disayang. Lalu merapikan kemejaku juga. Habis ini sepertinya aku bakal cium tangannya nih, heee. Benar-benar kayak bocil, tapi aku menyenanginya.

"Kita pulang yuk, Mas, soalnya anak-anakku sudah mengirim pesan, maaf ya, Mas," pinta Nisa.

"Oh iya, ya udah kalau gitu, Nis, bentar aku bayar dulu kopinya."

Aku bangun dan berjalan menuju kasir untuk membayar, kembali lagi dan aku lihat anaknya masih tertidur.

"Sini Mas gendong saja, Dede."

Tanganku mengambil Dede dan menggendongnya, kami keluar bersama-sama.

"Aku antar ya, Nis," ucapku.

"Ga usah Mas, nanti di lihat tetangga gak enak, nanti saja ke rumahnya," sahut Nisa.

"Terus kamu naik apa, angkot ya, ya udah Mas antar sampai naik angkot."

Nisa mengangguk dan aku menyiapkan dua lembar uang kertas merah untuknya, sengaja aku telah menyiapkannya sehabis salat tadi. Belajar dewasa dong? Heee. Berucap dalam hati sambil berjalan menelusuri area Mal. 

"Tas kamu kurang rapat tuh Nis, macet kali," sengaja aku mengatakan itu.

"Ah, sudah aku tutup rapat kok, Mas," ujarnya.

"Coba diulang lagi terus tutup lagi dengan benar, secara perlahan." Pintaku.

Dia belum mengetahui dan menuruti permintaanku, secara perlahan dia buka tasnya. Nah! Pada saat tasnya dalam posisi terbuka dengan segera tanganku menaruh uang dua lembar itu.

Sett ...

"Ih Mas, apa ini," tanyanya melihat uang yang aku taruh.

"Untuk anak-anak kamu jajan, cuma sedikit," sambil tersenyum aku menjawabnya.

"Ya ampun, co cweet banget, dewasa sekali Mas Farhan, beneran nih Mas, iklash?" Tanyanya lagi menegaskan.

"Iklash, doakan saja, Mas sehat dan lebih banyak rejekinya, aamiin."

"Makasih ya, Mas. Aamiin."

Nisa tersenyum dan kami telah keluar dari Mal itu, berjalan lagi ke tempat menunggu angkot. Aku masih menggendong anaknya, semoga saja dia belum bangun hingga naik angkot, karena mungkin bisa menangis.

Nisa memegang lengan tanganku mengarahkan tempat menunggu angkot.

"Ciee ... Pegang tangan nih, ye," ledekku.

"Ish! Mas diam, nanti orang dengar, aku cuma pegang lengannya Mas," celotehnya 

"Sama saja, Nisa."

"Dah Mas, sini saja nunggu angkotnya."

Kami berhenti dan berdiri menunggu angkot lewat. 

"Nah itu angkotnya, Mas. Sini Dedenya, pelan-pelan ya, Mas. Supaya tidak bangun."

Angkot datang dan aku secara perlahan memberikan anaknya, setelah sampai di pelukan  Ibunya, aku mengusap pipi Nisa pelan.

"Duh Mas, Dasar! Curi-curi saja nih, hahaa." 

Nisa kaget dan tertawa aku menyentuhnya.

"Aku pulang ya, Mas, makasih Mas, hati-hati pulangnya ya, jangan kemana-mana lagi! Haaaa," Nisa mengingatkan.

"Iya, Ibu, aku langsung ke kios, kok,"

Nisa meraih tanganku dan mencium tanganku 

"Uhuyyy ... So sweet dah nih," meledeknya lagi.

"Dada, Mas Farhan, Assalammualaikum."

"Walaikum salam."

Nisa sudah naik angkot, aku masih berdiri melihatnya dan tersenyum, ia melambaikan tangan dari dalam angkot. Pandanganku masih melihatinya hingga angkot itu sudah tidak nampak.

Aku membalikkan badanku dan melangkah ke dalam mal lagi menuju basement. Bahagia rasanya hari ini karena kita sudah berkomitmen dan sepakat.

****

Sampai sudah di kiosku pada sore hari, bergegas aku menunaikan salat terlebih dahulu.

Setelah itu menyapa karyawanku dan mengobrol menanyakan penjualan hari ini. Semua berjalan lancar dan tidak ada masalah katanya.

Cling ....

Pesan masuk dan aku lihat notif dari Nisa, lekas aku tekan dan membacanya.

"Mas sudah sampai apa belum?"

"Sudah Nis, ini habis salat dan ngobrol sama karyawanku, jangan lupa makan Nis," balasku.

"Iya, Mas juga ya, jangan lupa makan, ya sudah kalau begitu, Mas."

"Iya Sayang, nanti Mas w* lagi," meledeknya memanggil sayang.

"Aku tunggu ya, sayang, heee."

Nisa juga membalas demikian, ahay. Senyumku semakin melebar.

****

Malam hari tiba dan aku telah menutup kios, saatnya menelpon Ibuku untuk menanyakan apakah aku boleh mempunyai calon seorang janda. Agak sedikit gugup tapi aku paksakan saja.

Aku menekan tombol panggilan.

"Assalammualaikum, Bu, apa kabar?" Tanyaku pada Ibu.

"Waalaikum salam, Nak, sehat. Gimana jualannya Nak, lancarkan tadi," tanya Ibuku, kemarin juga aku sudah menelponnya.

"Alhamdulillah, lancar Bu, ini Farhan mau ngomong, Bu. Jadikan Farhan kenal seorang Wanita, baik soleha, tapi dia janda anaknya tiga, Bu. Izinkan Farhan ya, Bu."

Tanyaku pada Ibuku, kudengarkan handphone hening, aku menarik ponsel dan melihatnya, takutnya terputus panggilan telponnya, tapi masih menyala. Aku mengucap lagi.

"Bu, kok diam saja, boleh ya, Bu," tegasku lagi memohon.

"Cari yang gadis saja Nak, Ibu kurang setuju, Nak, banyak pertimbangannya ke depannya nanti, pasti beda jauh ya, umurnya, Nak," sahutnya.

"Iya, Bu. Beda 12 tahun," aku menjawab apa adanya saja.

"Hah! Kamu gak salah, Nak. Ibu gak mau ah, masa usianya tidak beda jauh dari Ibu, udah Nak, cari yang lain dulu, nanti Bapak telpon kamu, sudah ya," Ibu memutuskan panggilan telepon.

Langsung lemas dan tidak bersemangat akunya, melihat ponsel dan aku menaruhnya kembali. Aku memikirkan bagaimana caranya, ya. Karena aku sudah yakin dengan pilihanku.

Sepertinya aku butuh bercerita dengan temanku mengenai ini. Semoga aku bisa mendapatkan pencerahannya nanti.

"Duh! Kenapa sih, Ibu tidak mengizinkannya."

Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   MENDATANGI RUMAH ORANG TUA MEMINTA IZIN MENIKAH

    Aku dan Nisa telah sampai pada sebuah rumah yang terlihat lumayan cukup luas, dengan warna cat kuning terkesan jelas bentuknya. Pekarangan halaman dengan berbagai macam pepohonan menambah mendamaikan hati. Ya, aku tengah berdiri di depan rumah Bapakku. Di wilayah ini Bapakku merupakan orang terpandang karena memiliki sawah yang luas serta perkebunan, memperkerjakan para petani yang berasal dari lingkungan daerah ini juga.Aku menoleh memandangi Nisa yang sedikit takjub melihat rumah Bapakku, jantung ini semakin berdegub kencang. Sempat aku hentikan langkahku untuk menghela nafas, mencoba menenangkan diri sebelum masuk ke rumah.Nisa merapikan dirinya dan mengusap serta membersihkan wajahnya."Yah, aku kok deg-degan, ya," lirih Nisa melepaskan genggaman tanganku."Sama Bun, Ayah juga nih, heee," cetusku mengelus dada."Dih Ayah, kok Ayah ikutan sih, masa sama orang tua sendiri Ayah takut, hayoo ... Karena aku seorang janda, ya," Nisa melontarkan kata-kata yang membuatku kaget."Eh, gak

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Kenikmatan Sesat

    Aku membayar dan memberikan kartu identitasku, lalu kami di arahkan menuju ke kamar. Aku lihat Nisa hanya diam saja, masih aneh! Gumamku dalam hati. Kenapa ia tidak seperti biasa yang ada rasa takut jika terjadi suatu hal karena berdua dalam satu kamar, seringnya Nisa yang selalu mengingatkan supaya menjauhi agar menjaga sampai menikah. Tapi, ini kok malah ia yang mengajak, senyumnya serasa menghilang.Krek ...."Silahkan masuk Pak, mau ada pesanan lain, teh panas atau kopi mungkin?" tanya staff penginapan."Boleh deh Pak, teh manis panas dan kopi panas, ya," jawabku dan memesannya."Baik Pak, sebentar, ya," staff itu meninggalkan kamar kami.Aku merapatkan pintu kamar menunggu pesanan minumanku diantar."Ya udah, kamu tiduran dulu, Bun, Yah dah pesan teh manis," ucapku pada Nisa.Perlahan Nisa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, aku menunggu duduk di bangku, sembari mengecharge ponselku."Tok ... Tok, permisi," suara dari lu

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Rumah Nisa Horor

    Aku memberanikan diri mengajak Nisa menemui kedua orang tuaku di kampung. Berhubung karyawanku sudah kembali. Jadi, kios sudah ada yang menjaganya.Rencananya besok aku dan Nisa berangkat. Sementara anak-anak di titipkan kepada saudaranya.Segera aku mempersiapkan semuanya."Semoga saja, Bapak dan Ibu menyetujuinya," gumamku sembari mengemas beberapa pakaian untuk aku bawa."Bunda, kamu udah siap-siap belum," tanyaku pada Nisa."Udah Yah, jam berapa kita berangkat Yah, menitipkan anak-anak dulu ya, Yah," cetus Nisa."Sore ini kali ya, Bun, jadi Ayah bermalam dulu di rumah kamu, besok pagi baru kita berangkat, gimana?" Pintaku."Ya udah Yah, Bunda bergegas kalau gitu," Nisa mengiakan.Aku memberi penjelasan pada karyawanku dan mempercayai semuanya untuk beberapa hari saja dan menekankan agar menjaga kesehatan, jangan paksakan jika sudah letih atau kondisi warung ramai, tidak harus tutup malam."Ayo Bun, kita berangkat," cel

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Pelet Dan Sihir Dari Mantan Suami

    Pov : Yudi"Lihat aja! Gue, enggak akan tinggal diam, pokoknya berbagai cara pasti gue lakukan untuk mendapatkan Nisa kembali atau gue, buat Nisa tidak tidur nyenyak."Yudi berucap dalam hati, langkahnya dengan penuh kebencian karena kekecewaan seusai ke luar dari kontrakan Nisa. Hatinya telah tertutup kabut hitam, bisikkan jahat telah merasukinya."Ayo Pak, kita pulang," pintanya pada Supir yang telah menunggu cukup lama."Oke, Pak," Pak Supir tidak banyak berkata, melihat raut wajah Yudi yang terlihat berubah penuh dengan amarah.Pak Supir masuk ke dalam mobil, menyalakan mobil. Yudi duduk di bangku depan. Ia mengeluarkan ponsel dari sakunya, membuka menu kontak dan menskrolnya mencari sebuah nama kontak teman lamanya. Yudi membutuhkan bantuan perihal infornasi masalah pelet dan sihir. Berapapun biayanya akan ia bayar, asalkan mampu dan berhasil, apa yang menjadi keinginannya terwujud.Yudi telah menemukan kontak temannya lalu mengirim pesan

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Ribut Dengan Mantan Suaminya(2)

    Hari yang paling tidak mengenakkan adalah disaat mantan Suaminya bertemu anaknya dan bersama itu juga aku melihatnya serta duduk bersama. Apa lagi dengan cara bodoh yang ia lakukan menguntil diam-diam, rasa cemburu ditambah terbakar lagi karena kini, ia mengetahui rumah kontrakan yang di tempati Nisa dan anak-anaknya.Aku emosi dan segera menghampirinya."Ayuk Bun, kita ke kontrakan, maunya apa sih mantan Suami kamu itu, enggak punya etika banget," ucapku."Ya udah yuk, Yah. Tapi jangan ribut ya Yah, ingat tetangga berdempetan, kalau kita diusir gimana? Wilayah ini juga kan tempat Ayah cari rejeki," tutur Nisa."Iya, ya. Bener juga kamu Bun," gumamku dalam hati sambil memikirkan perkataan Nisa, ada benarnya juga, ya. Bisa jelek di mata pelangganku nantinya."Oke, Bun, Ayah enggak akan marah-marah, kok," sahutku.Aku dan Nisa berjalan keluar kios, langkahku terasa malas dan berat. Panas mentari semakin menampakkan sinarnya, seiring bara di hatiku

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Ribut Dengan Mantan Suaminya(1)

    Aku telah sampai dan berhenti tepat di gang rumah kontrakan Nisa. Kemudian aku membayar tarif taksi online, aku turun terlebih dahulu untuk menggendong anaknya Nisa, membuka pintu belakang mobil dan meraih anaknya yang tengah tertidur. Disusul kedua anaknya turun melalui pintu belakang mobil sebelah kanan.Terlihat wajah yang masih mengantuk diantara anak-anaknya, kami berjalan masuk melalui gang bersama-sama."Yah, tumben rame sih, Ibu-ibu," bisik Nisa."Udah biarin saja, permisi saja Bun, lirihku perlahan."Permisi, Bu ...," Aku dan Nisa berucap."Wah, habis jalan-jalan nih, Mas Farhan dan Mba Nisa," celetuk salah satu Ibu-Ibu."Iya Bu, persiapan nikah," aku menjawabnya dengan sengaja dan Nisa tersenyum mengangguk."Oh ya udah kalau gitu, cepat-cepat deh, Mas," Ibu itu menjawab.Jawabannya mengandung makna yang tidak mengenakkan."Insya Allah, Bu," ujarku sambil melangkah melanjutkan berjalan.****Kembali ke Yudi.

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Mantan Suami Nisa Membuntuti Laju Mobil

    Pov : YudiSetelah kejadian itu, Rina masih terlihat murung bersedih dan Yudi terus menenangkannya agar Rina percaya dan tidak memperkarakan masalah itu. Akhirnya Yudi berhasil dengan segala bujuk rayunya, malam itu tepatnya pukul 11 malam Rina minta diantar pulang ke rumahnya dan Yudi mengiakannya.Kebetulan sekali Rina ingin pulang, dalam hati Yudi berkata, karena besok mau menemui Nisa dan anak-anaknya."Janji ya, Mas, enggak akan ninggalin aku," ucap Rina sebelum meninggalkan kamar hotel."Iya De, Mas sangat ingin menjadi Suami kamu, percaya deh, kamu tinggal bilang maunya kapan," jawab Yudi sembari membelai rambut Rina."Iya Mas, tunggu waktu yang tepat, sampai orang tuaku datang dan pulang ke rumah," sahut Rina."Iya De, Mas tunggu."Mereka telah siap dan Yudi telah memesan taksi online. Jemputan datang, Yudi dan Rina meninggalkan kamar hotel.Mobil menunggu di parkiran, melangkah turun menghampiri mobil, sikap Rina semakin man

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Yudi Merenggut Rina Dalam Pelukannya

    Pov : YudiUsai makan siang dengan Rina wanita yang ia kenal di sebuah Mall dan merupakan karyawati toko. Yudi merasa tertarik dan ingin berusaha membuat Rina mau datang ke kamar hotelnya. Upaya awalnya mengajak makan sudah, memperlihatkan uang yang banyak juga sudah. Kini, tinggal merayu Rina, keinginan Yudi terhadap Rina untuk dapat memiliknya."Rin, ini Mas Yudi, kamu pulang jam berapa?" Yudi mengirim pesan pada Rina, sesudahnya sampai di kamar hotel.Merasakan ponselnya bergetar di balik kantong celana belakangnya, Rina mengambilnya dan membuka handphonenya. Setelah melihat pesan itu dari Yudi, Rina tersenyum, segera membalasnya."Pulang sore Mas, kenapa?" Balas Rina."Mas, mau jemput, hee," balasnya lagi."Jemput? Mas mau ke sini? Tanya Rina."Iya De, yang tadi Mas bilang, mau kenalan sama orang tua kamukan, gimana?"pinta Yudi pada pesan."Secepat itu Mas? Jangan sekarang Mas," balas Rani menolaknya."Ya, Mas mau nunjukin kes

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Mantan Suami Nisa Membeli Hadiah Malah Menggaet Wanita

    Pov : Yudi "Memang hanya Nisa, ya, yang mengerti, aku sangat menyesal sekali telah menyia-nyiakannya, demi nafsu melihat wanita lain. Wanita yang aku nikahi ternyata matre, egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri saja. Maunya uang banyak selalu ada, aku cape dan akhirnya aku bercerai lagi." Ungkap Yudi mantan Suami Nisa di kamar hotel menenangkan diri. "Tapi, apakah Nisa mau menerimaku kembali, ya, sedangkan ia mau menikah, aku harus cari cara agar bisa mendapatkannya lagi. Jangan sampai hartanya jatuh pada tangan Lelaki itu, tapi bagaimana? Pasti Nisa masih dengan berjuta kemarahan dan kebencian. Oh, iya! Anak-anak, aku harus bisa mendapatkan hati anak-anak lagi. Aha! Belikan mainan-mainan dulu deh, si Kaka akan aku belikan baju-baju yang ia sukai, oke! Berangkat." Yudi masih berbicara dalam hati, mencari cara untuk mendapatkan hati Nisa lagi melalui anak-anak. "Tapi, andai Nisa jadi menikah dengan Lelaki itu, aku akan terus mengganggu r

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status