Share

KECEWA DENGAN BAPAK

Penulis: Mommy Alkai
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-18 12:02:38

Andraina 6

Tiba di rumah sakit, kami langsung menghampiri Aina. Namun, di tengah jalan Mas Gani malah berhenti dan mengurungkan niatnya.

"Kamu duluan saja!"

"Kenapa, Mas?"

"Ada Bapak sama Bu Asti. Males Mas nemuin!"

"Bu Asti siapa sih, Mas?" Dahiku mengkerut. Baru kali ini nama itu terdengar di telingaku.

"Calon istrinya Bapak, tapi kita semua nggak setuju. Sudah tua malah mau nikah lagi!"

Kita? Apa Mas Gani dan kedua adikku tahu tentang Bu Asti? Kenapa aku tidak tahu apa-apa?

Apakah berbagi kebahagiaan dan minta pendapat dari anak yang tidak berhasil ini tidak begitu penting menurut Bapak?

Hatiku kembali teriris, apa lagi yang tidak kuketahui selain ini?

"Mas!" Aina menepuk punggungku. Tanpa sadar, aku melamun sampai tak tahu Mas Gani kemana.

"Ada Dani sama Bapak!"

"Mas tahu."

Aku berbalik badan dan mengikuti Mas Gani.

"Lho, mau kemana?" Aina mencoba menahanku.

"Cari minuman!"

"Nggak boleh begitu, Mas. Bukannya sudah lama Mas nggak ketemu Bapak?"

Melihat wajah Aina yang tulus, hatiku luluh. Dengan terpaksa, aku menemui Bapak sesuai permintaannya. Kucium tangan Bapak dengan takzim, meski ada rasa nyeri di dada.

Sedangkan Dani, dia duduk berjarak tanpa bertegur sapa dengan Bapak.

"Maaf, Pak, ini siapa?"

"Kamu belum kenal, tho?"

"Belum." Aku pura-pura tidak tahu.

"Ini Bu Asti, nanti Bapak jelaskan."

Aku tersenyum sambil menatap perempuan dengan wajah sayu itu. Usianya memang jauh lebih muda dari Bapak, tapi Bu Asti kelihatannya adalah orang baik. Entah apa yang membuat ketiga saudaraku tidak menyukainya.

"Mbak Feli bagaimana, Yang?"

"Sedang istirahat. Dari tadi manggil Mas Gani terus!" terang Aina.

"Bapak pulang ya, Ndra!" kata Bapak sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Kenapa buru-buru tho, Pak?"

"Bapak sudah lama disini, tapi sepertinya kehadiran Bapak tidak diinginkan. Lebih baik Bapak pulang," katanya dengan kalimat terbata.

Bapak pergi bersama Bu Asti dengan langkah gontai. Bisa kulihat, dengan sigap wanita itu menuntun Bapak dengan hati-hati.

Semenjak kepergian Ibu, Bapak memang selalu sendirian di rumah. Hanya ada satu orang pembantu yang pulang pergi dan seorang supir. Mungkin, Bapak merasa kesepian dan membutuhkan teman untuk melanjutkan sisa hidupnya.

Padahal, kalau saja Bapak minta pendapatku, sudah pasti aku setuju.

***

"Ngapain sungkem sama Bu Asti itu, Mas? Dia itu hanya mengincar harta Bapak. Sudah tua masih mikirin nikah!" sungut Dani kesal.

"Mungkin Bapak kesepian, Dan!" kata Aina.

Tentu saja Dani tidak menghiraukan ucapan istriku. Dari dulu begitu.

"Mas sama Mbak Aina pulang duluan ya, kasihan Abidzar di rumah. Sampaikan saja pada Mas Gani kalau dia kembali," pesanku pada Dani yang datang tanpa ditemani istrinya.

Aku, Aina dan Tian, pulang kerumah dengan menaiki angkutan umum. 

Karena Mas Gani tidak menitipkan uang untuk Tian, dengan berat hati aku meminjam pada Aina sebesar tiga ratus ribu untuk jasa Tian menjadi supir kami.

"Mas pinjam ya, Yang. Mas nggak enak nagih sama Mas Gani. Pikiran dia lagi kacau banget tadi."

"Ya ampun, Mas. Nggak usah begitu ah! Selagi ada, uang aku ya uang kamu juga."

***

Dua hari kemudian, kubuka aplikasi hijau saat ponselku berbunyi. Pesan masuk yang memberitahukan kalau nomorku, telah ditambahkan ke grup keluarga lagi.

Untuk apa? Sebenarnya aku sudah merasa nyaman keluar dari sana.

[Besok istri dan anak, Mas keluar dari rumah sakit. Saat ini Mas nggak pegang uang lagi. Mas mau pinjam untuk melunasi tagihan rumah sakit]

Pesan yang dikirim Mas Gani, membuatku mengerti, kenapa dia menambahkan aku ke grup lagi.

[Berapa, Mas?] Balas Adel.

[Tiga puluh juta, buat bayar ruangan NICU]

[Aku cuma bisa sepuluh juta] Balas Dani cepat.

[Aku juga sama] Adel ikut menimpali.

Begitu cepatnya mereka memberikan pertolongan pada Mas Gani.

Airmataku menetes tanpa bisa kucegah. Kenapa denganku mereka tidak bisa berbuat demikian?

[Masih kurang sepuluh juta. Andra, kamu dan Aina sudah ngurus ATM kan?]

[Maaf, Mas, uangnya sudah habis untuk modal usaha dan beli motor second.]

[Masa nggak ada sisa? Cuma sepuluh juta]

[Cuma? Uang sebesar itu sangat berarti untuk kami, Mas. Ada dua mobil dan dua motor, kenapa Mas tidak gadaikan dulu?] Aku memberanikan diri membalasnya.

Banyak barang berharga yang masih dia milikki, kenapa harus mencuil milik Aina yang tidak seberapa?

[Biar Bapak yang tambahin, Mas. Nanti Bapak transfer ke rekening kamu]

Pesan dari Bapak semakin membuat hatiku sakit. Entah ingin menarik simpati Mas Gani atau bukan, kenapa Bapak bisa meresponnya dengan cepat?

Ah, Bapak ....

Tidak ingin menambah rasa sakit, aku memutuskan kembali keluar dari grup itu, untuk kedua kalinya ...

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
Aina wanita yg baik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • PESAN YANG DITERUSKAN KE GRUP KELUARGA    LEMBARAN TERAKHIR

    "Harapan pasti ada. Tapi kami semua tahu seberapa besar kesalahan Mas Gani terhadap Mbak Feli. Jadi, nggak mungkin kami memaksa," jawabku jujur, atas pertanyaan Mbak Feli."Sudah makan siang belum, Mbak?" tanya Aina mengalihkan."Belum." Mbak Feli lalu beralih pada Bang Faiz yang masih saja melamun. "Iz, Mbak ingin nagih janji!"Bang Faiz benar-benar tidak mengindahkan panggilan Mbak Feli. Padahal, dia berteriak cukup keras."Bang!" panggil Aina sedikit lebih keras dari Mbak Feli."Eh, iya, kenapa Ai?" Bang Faiz gelagapan seperti orang bingung."Ditagih janji sama Mbak Feli. Janji traktiran waktu itu!""Sekarang, ya? Saya kan waktu itu janjinya mau traktir sekalian sama Mas Gani ....""Jangan bahas yang lalu, deh!" sungutnya kesal. "Maaf ya, Ndra ....""Santai saja, Mbak. Aku nggak apa-apa."Mau bagaimana lagi? Ini semua memang kesalahan Mas Gani sendiri. Dia yang sudah menyia-nyiakan wanita sebaik Mbak Feli."Iz, pacarmu orang mana?"Duh, Mbak Feli, kenapa harus membahas hal itu?"Sa

  • PESAN YANG DITERUSKAN KE GRUP KELUARGA    NIKO INGIN RUJUK

    Setibanya di rumah Adel, aku melihat mobil Niko terparkir di depan pagar. Entah bagaimana caranya dia bisa membawa kendaraan dalam keadaan mabuk.Sementara Niko sendiri, dia duduk bersandar di depan pintu rumahnya saat masih bersama Adel dulu."Niko, ngapain malam-malam di sini?" tanyaku seraya berusaha membangunkannya.Niko bangkit, lalu duduk di bangku teras. Sementara Aina tetap mengekor di belakangku. Dia memang takut setiap kali melihat orang mabuk."Saya ingin bertemu Adel dan Azka, Mas!""Nggak seperti ini, Niko. Sidang perceraian kalian sedang berjalan. Adel bisa saja lapor RT karena merasa terganggu dengan kedatangan kamu dengan keadaan mabuk begini. Tapi dia nggak mau kamu malu, Niko! Pulang dan kembali lagi besok setelah kamu sadar dari pengaruh minuman!" Niko lalu mengusap-usap wajahnya beberapa kali. Saat dia sedang tidak fokus begitu, Aina mengambil kesempatan untuk membuka pintu dengan kunci cadangan yang pernah diberikan Adel."Saya ingin rujuk dengan Adel, Mas ... sa

  • PESAN YANG DITERUSKAN KE GRUP KELUARGA    KEPUTUSAN BANG FAIZ

    Hari ini, aku dan Bang Faiz kembali membuka kios. Sedangkan Dani tidak bisa berjualan hari ini. Kabar bahagia yang kami terima, Zema kini tengah berbadan dua. Ngidam yang cukup parah membuat Dani memutuskan untuk libur berdagang untuk sementara waktu. Ketika sedang sibuk-sibuknya kami menyiapkan dagangan, seorang pelanggan yang pernah memesan banyak waktu itu, kembali datang. "Mas, saya pesan minuman sama paket nasi ayam untuk besok, bisa?" tanya wanita itu. "Berapa porsi, Mbak?" "Seratus lima puluh porsi. Bisa, kan?" "Insya Allah bisa, Mbak ... kalau boleh tahu, untuk acara apa, ya?" tanyaku penasaran. Jujur saja, aku merasa heran. Melihat penampilannya, kalau untuk acara resmi, bisa saja dia memesan makanan di tempat lain yang lebih mewah. Bukan makanan kaki lima pinggir jalan seperti ini. "Maaf, tapi saya nggak bisa bilang, Mas. Oya, toko rotinya nggak buka hari ini, ya?" Wanita itu melirik kios Dani. "Libur hari ini, Mbak. Memang mau pesan juga? Bisa saya sampaikan nanti. K

  • PESAN YANG DITERUSKAN KE GRUP KELUARGA    PENYESALAN

    "Karena Azka sudah lahir, aku mau minta dukungan kalian untuk mengajukan gugatan perceraian di pengadilan," ungkap Adel hari itu, saat kami semua berkumpul di rumah Bapak yang kini dihuni Mas Gani bersama Siska. Sejak dia kehilangan salah satu kakinya, rumah ini memang menjadi tempat berkumpul kami. Selain karena kondisi Mas Gani, Siska juga sedang mengandung."Pikirkan lagi baik-baik, Del. Kasihan Azka. Bukankah bayi ini adalah bayi yang kalian nantikan selama ini?" kata Bu Asti sambil menimang bayi mungil berjenis kelamin laki-laki itu."Iya, Del. Nggak mudah menjalani hidup sendiri. Lagipula, bukannya Niko sudah berjanji akan menceraikan Findri?" sambungku.Niko memang berjanji akan menceraikan Findri. Setelah Azka lahir, barulah timbul perasaan bersalah yang begitu dalam. Niko menyesal dan ingin kembali pada Adel."Nggak semudah itu untuk aku bisa menerima dia lagi, Mas. Coba lihat Mbak Feli, dia juga melakukan hal yang sama saat tahu Mas Gani selingkuh." Ucapan Adel sangat lanca

  • PESAN YANG DITERUSKAN KE GRUP KELUARGA    KARMA UNTUK MAS GANI

    "Mas sendiri yang bermain api, kenapa harus menyalahkan kami?" protes Dani yang gemas. Dia mau buka suara juga ternyata."Istri baru Mas sedang hamil sekarang. Kalau Mbak Feli menarik semua asetnya bagaimana? Kalian mau bertanggung jawab?" katanya tanpa rasa malu. Sudah tahu bergantung sama Mbak Feli, kenapa malah banyak tingkah?"Mas nggak malu, menafkahi dia dengan uang hasil dari usaha milik Mbak Feli? Aku saja dengarnya malu, Mas!" kataku mengingatkan."Mas kerja di sana, Ndra. Selama ini Mas yang jatuh bangun mengurus pabrik. Jadi memang sudah semestinya Mas berhak mendapatkan bagian. Orang lain saja kerja dibayar! Kalau begini, Mas bisa nggak dapat apa-apa!"Aku semakin tak habis pikir dengan cara berpikir Mas Gani yang terbilang kuno. Pikiranku berkecamuk.Gemas rasanya punya kakak seperti Mas Gani."Bahkan, uang hasil jual kontrakan, Mas serahkan sama Feli supaya dia nggak curiga. Kenapa kamu sama yang lain malah menusuk Mas dari belakang? Kalian sengaja, lihat saudara kalian

  • PESAN YANG DITERUSKAN KE GRUP KELUARGA    KEPUTUSAN MBAK FELI

    Hari ini, aku datang bersama Aina dan Abidzar berkunjung ke rumah Adel. Di sana, nantinya akan ada Dani dan Zema juga. Sengaja kami berkumpul untuk membahas perihal pernikahan kedua Mas Gani yang belum diketahui Mbak Feli."Memang seharusnya diberitahukan sejak awal. Mas-nya aja yang ngotot ingin menyembunyikan semuanya dari Mbak Feli!" kata Adel menyalahkanku. "Alih-alih mau melindungi perasaannya, kita itu malah semakin menyakiti dia!"Meski Adel bicara dengan gaya khasnya yang frontal, aku terima. Aku memng salah karena telah membiarkan masalah ini terus berlarut-larut. Walau awalnya hnya niat baik, ternyata pilihanku untuk merahasiakannya dari Mbak Feli adalah keputusan yang salah."Aku sendiri ngerasain, Mas. Waktu keluarganya Niko ada di acara pernikahannya dengan Findri, itu rasanya sakit sekali! Mereka yang kuanggap berpihak padaku, malah mendukung pernikahan itu. Jangan sampai nih, ya, Mbak Feli justru tahu lebih dulu dari orang lain." tambahnya lagi."Iya, Mas menyesal ...,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status