Share

BAB 4. TAWARAN

Author: QIEV
last update Last Updated: 2023-09-26 22:12:47

["Ayahmu meninggalkan utang milyaran. Dalam perjanjian kerja menyatakan, bahwa pewaris mempunyai kewajiban untuk melanjutkan piutang tersebut.]

[Mamamu shock dan jatuh sakit, pulanglah, Sayang, karena menghilang pun percuma. Aku akan tetap menemukanmu."]

Yara membaca pesan susulan setelah dirinya tenang. Ingatannya kembali ke masa menjelang kelulusan.

Dia pernah mendengar tanpa sengaja, bahwa ayahnya memiliki simpanan khusus, juga sebuah asuransi jaminan hari tua bilamana terjadi satu musibah dengan keluarga Jaedy.

Dalam klausa dua polis itu, tersebut nama Yara dan Jazli sebagai penerima dana manfaat. Yara menduga, total uang pertanggungan itu tidak dapat dicairkan sebab dirinya menghilang.

"Dia gila, tega sekali. Jangan-jangan, Aba tiada karena dia apa-apakan!" gumam Yara masih menggigit ujung kukunya. "Darimana dia tahu nomerku?"

Kepala Yara berdenyut nyeri memikirkan bagaimana cara mencairkan dana itu jika memang kecurigaannya terbukti.

Dokumen asli miliknya telah berubah. Pihak asuransi tentu akan menuduh dia sebagai penipu, bahkan bisa saja dirinya malah ikut terjerat kasus hukum.

Tak kunjung mendapat solusi, Yara pun terlelap. Tidurnya sangat nyenyak hingga melewatkan salat malam, bahkan subuh pun kesiangan.

Ini adalah hari Minggu. Saking lelahnya, dia hanya menghabiskan weekend dengan tidur sepanjang hari. Bangun hanya untuk salat dan makan, nonton film sebentar lalu memejam kembali.

Keesokan pagi, Yara merasa lebih bugar. Dia siap menyongsong hari berat. Tepat pukul tujuh, gadis ayu keluar kamar seraya menenteng snack box.

Yara berlari kecil menuju depan gang agar ojolnya lebih mudah mendapatkan titik penjemputan.

Saat sedang berkonsentrasi menunggu pergerakan driver ojol di tepi jalan, tiba-tiba suara seseorang dari arah belakang, mengejutkannya.

"Pagi, Sayang?"

Retina coklat tua itu melebar. Yara seketika membeku. Otaknya buntu, bahkan jemari tangan ikut diam tak berani bergerak.

Mimpi buruknya telah datang.

"Mau kuantar?" bisiknya dari belakang tubuh Yara.

Posisi mereka sungguh sangat dekat. Tubuh sang gadis bagai robot, kaku. Sekedar menoleh pun tak sanggup. Jantungnya seakan berhenti berdetak, membuat napas serasa tidak terhembus.

Yara dipaksa menghadapi trauma kelamnya.

Bak mendapat hadiah dari kediaman Yara, pria tersebut lalu mengendus tengkuk gadis yang tertutup hijab itu.

Putri Jaedy bisa merasakan bahwa lelaki ini tengah tersenyum setelah menghidunya. Sang lelaki pun lalu memutari tubuh Yara dan menatap wajah ayu yang sedang menegang.

"Mau pakai make-up ataupun tidak, kamu tetap cantik di mataku. Ayo kita pulang, menyelamatkan usaha keluarga bersama-sama. Kasihan mamamu ... aku janji takkan lagi mengganggumu."

Dia berdiri tegap memasukkan kedua tangan ke saku celana sembari tersenyum menawan kala memandang wajah ayu gadis idamannya. Intonasi suaranya juga lembut bukan main.

Jika saja situasinya normal, mungkin Yara akan mudah luluh dan jatuh dalam pelukan lelaki bertubuh atletis itu. Wajah tampan dengan garis rahang tegas, mata sekelam malam juga bibir sensual, menyempurnakan tampilan sang pria. Dapat dibayangkan oleh Yara, betapa hangat rengkuhannya di malam hari.

Yara menepis semua itu, dia sadar semua hanya tipuan yang coba dilakukan sang pria.

Perlahan, usai bisa menguasai diri, Yara memundurkan langkahnya meski berat dan hanya setengah jengkal, saat pria itu mendekat.

Kelopak mata bulat Yara masih setia tak berkedip. Dia terlalu shock.

Saat itu, seorang gadis tiba-tiba menyapanya dan menggamit lengan Yara.

"Selamat pagi, Nona. Mari.”

Yara hanya menoleh, tanpa respon. Tubuhnya pasrah digelandang seorang perempuan tak dikenalnya masuk ke dalam sebuah mobil mewah.

Melihat mangsanya lari, pria itu mendengus kesal menatap kepergian sang gadis. Tatapannya yang semula lembut kini berubah kental dengan aura permusuhan.

Tangannya mengepal geram, tahu bahwa langkahnya takkan mudah dalam mengintimidasi Yara, perempuan yang dulu dia kenal bernama Jiera.

Rencananya kali ini mungkin gagal, tetapi pria itu tak lantas menyerah.

"Jiera! Aku pasti mendapatkanmu lagi."

Sementara, di dalam mobil lain yang tengah menempuh perjalanan, gadis yang tadi menggelandang Yara duduk di balik kemudi. Dia terus menanyakan kondisi Yara yang masih bungkam sejak tadi.

"Apakah Anda baik saja, Nona? Maaf saya terlambat."

Yara masih belum bisa mencerna situasi. Dia hanya beberapa kali mengerjap. Setelah lima menit berlalu, kesadarannya baru muncul.

"B-baik. S-siapa, Anda?"

Kewaspadaan kembali melingkupinya. Yara bahkan mendekap tas dan box snack di depan dada. Tak lagi memikirkan isinya yang mungkin akan berantakan.

"Dewi. Malaikat penolong Anda pagi ini." Gadis penolong itu tersenyum sembari menoleh sekilas ke arah Yara yang duduk di belakangnya.

"H-haaah. Ehm, terima kasih. Tolong turunkan saya di depan sana saja."

"Saya akan mengantar Anda hingga tujuan. Kita hanya berhenti beberapa detik di tikungan tempat Anda membagikan itu."

Dewi menunjuk dengan jempolnya ke arah box yang Yara dekap.

Bagai dihipnotis, Yara mengangguk saja sembari menunduk melihat kotak besar yang dia dekap.

"Nah, sampai. Tidak perlu keluar, silakan ulurkan dari jendela saja, Nona."

Pintu mobil yang dikunci Dewi secara sentral membuat Yara terpaksa mengikuti anjuran Dewi.

Wajah anak jalanan yang ceria seraya melambai dan memanggilnya kakak adalah mood booster Yara setiap pagi.

"Dadah Kak Yara, bahagia dan banyak rezeki untuk Kakak." Tak lupa, mereka menghaturkan doa yang hampir sama setiap pagi.

Sebuah sapaan sederhana dari anak-anak itu mampu menemani keseharian Yara yang merasa sepi selama dalam pelarian. Senyum manis Yara juga lambaian tangannya dinanti mereka.

Kaca mobil pun kembali naik, perjalanan berlanjut hingga menuju kantor GC.

Namun, ada yang berbeda di kantor hari ini.

Sepanjang hari, Yara dianggap tiada oleh Andaru yang biasanya amat gemar mengerjainya.

Hingga waktunya pulang, Yara celingukan di lobby melihat sekitar. Dia berharap sosok yang dia takutkan tidak mengejarnya hingga ke sini.

Setelah dirasa aman, dia lalu bergegas menuju halte bus.

Hatinya lega begitu dia tiba di depan gerbang kost. Namun, betapa terkejutnya Yara manakala mendapati seorang pria tengah bicara dengan ibu kost di depan kamarnya.

‘Nggak! Nggak! Dia nggak boleh melihatku lagi!'

Yara panik, dia langsung berlari memanggil taksi yang kebetulan melintas, menuju rumah salah satu kenalannya di sini. Akan tetapi, nasib malang menimpa. Orang yang diharapkannya tak ada di tempat, membuat Yara tidak lagi punya tujuan untuk bersembunyi.

Akhirnya, dia memutuskan kembali ke kantor dan berniat bermalam di mushala lantai dasar. Dia akan kembali ke kostan besok petang, berharap situasi sudah lebih aman.

‘Yara? Ngapain dia balik lagi?’

**

“Bos, ada yang aneh dengan Yara.”

Rupanya, Bimo memergoki sekretaris Andaru menuju mushala karyawan. Dia membuntuti gadis itu dan mengintip sekilas, lalu berlalu pergi.

Andaru tak acuh, tapi dia memberikan sebuah tugas pada Bimo.

"Kerjakan!"

Bimo terkekeh. Ekspresi dan tindakan bosnya sungguh di luar prediksi. "Oke. Siap menjalankan misi. Bonus jangan lupa, Bos."

"Ndasmu, duit terooosss!"

Andaru berlalu pergi usai Bimo bergegas menjalankan misinya.

Namun, baru beberapa langkah, panggilan seorang pria menahannya.

"Daru!"

Andaru menoleh, menghampiri sang empu suara berat tadi. "Kek, kok ke sini?"

"Mana dia?" cecar Aryan Garvi, mengabaikan pertanyaan cucunya.

"Mushala. Lihat saja sendiri, tapi dia lagi ngambek. Aku tunggu di rumah, Kek."

Andaru meninggalkan lelaki senja itu sendirian, membiarkan kakeknya menemui si dia yang tengah berada di musala.

Aryan Garvi, sang pendiri Garvi Corp menuju lokasi yang Andaru sebutkan. Dia mengambil wudhu lalu salat sunah di sana.

Suara lembut gadis mengaji terdengar saat Aryan mengucap salam. Dia duduk sejenak menikmati suguhan yang membuat hatinya tentram.

Tak lama, Aryan bangkit mencari sumber suara.

Kakek Aryan menyembulkan kepala di balik tirai pembatas. "Siapa namamu?"

Yara mendongak. Celingukan ke kanan kiri mencari sosok lain, barangkali bukan dia yang diajak bicara.

"Iya, kamu, cah ayu."

"Saya Yara. Anda mencari seseorang, atau tersesat?” Yara bangkit dan menutup mushaf di tangannya. “Mari saya antar ke divisi tujuan."

Kakek Aryan tersenyum mendengar kalimat Yara. "Ndak usah. Saya kira tadi suara speaker Qur'an."

Yara mengerjap beberapa kali, mengangguk samar lalu melanjutkan mengaji guna menghalau gelisah.

Bada Maghrib, dia berniat mencari makan sekaligus meminta izin pada satpam agar tak mematikan lampu mushala dengan alasan lembur.

Namun, Yara dibuat terkejut saat melihat pria sore tadi muncul di depan lobby, sedang berbincang dengan satpam.

"Ya Allah ucapan dia gak main-main. Tolong, selamatkan aku."

Yara mengintip dan bersembunyi di balik tembok frontline.

"Terima tawaranku, kita menikah. Secepatnya."

Yara terlonjak kaget. Dia berbalik badan dan melihat sosok pimpinannya—Andaru, berdiri tak jauh darinya, masih lengkap dengan setelan kerja.

"Naik!" titahnya lagi seraya memberi isyarat agar Yara mengikutinya.

Sesampainya di ruangan atas. Andaru menyodorkan banyak dokumen yang membuat Yara membelalak. Namun, pria itu justru tersenyum menawan sambil berdiri menyandar pada meja seraya bersedekap.

"A-anda ...." Yara menunduk, mengepal geram. Sungguh pilihan sulit, karena sama-sama memiliki risiko.

Andaru menatap tajam gadis berhijab navy yang duduk di sofa. "Yes, or No? Ini tawaran terakhir, Yara!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
QIEV
Tim suksesnya Yara ini...
goodnovel comment avatar
QIEV
Wakakakak tim yesss
goodnovel comment avatar
Siti Chotijah
aqqquuuuu......yesss.........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 115. JUAN ALMEER

    "Dikit lagi, Sayang. Raaa," bisik Andaru di telinga Yara. "Ara-ku adalah ibu hebat, semangat sambut adek," imbuhnya dengan nada bergetar, antara tega dan tidak.Sesuai arahan dokter, Yara menarik napas pendek sebelum memulai lagi. Dia tetap tenang tanpa teriakan atau jeritan. Hanya hembusan lirih dari mulutnya meski sakit hebat terasa berdenyut di bawah sana. Tatapan mata Yara kini tak lepas dari manik mata elang yang jua tengah memandangnya. Anggukan, belaian dari Andaru juga bisikan salawat di telinga membuat Yara memiliki kekuatan lebih.Air mata sang CEO ikut menetes manakala Yara terisak. "Mas ridho, 'kan?" lirih Yara."Banget, Ra, banget," balasnya sangat pelan dan terisak tak melepas pandangan mereka."Yuk, lagi Bu. Tarik napas pelan, sambil bilang aaahh ya, lembut aja ... lembut." Perintah dokter pada Yara kembali terdengar.Pimpinan Garvi lantas ikut membimbing Yara dan tak lama. "Oeeekkk!" "Mamaaaaaa," lirih Yara lemas dan langsung didekap Andaru. "Alhamdulillah. Ibunya p

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 114. SURPRISE

    Aryan yang sedang berada di teras dengan Yono, memperhatikan mobil Andaru berhenti sejenak untuk menurunkan Dewi lalu melaju kembali."Lah, kenapa jalan lagi?" tanya Aryan pada aspri Yara yang tergesa memasuki rumah Dewi berhenti, membungkuk ke arah Aryan sekilas. "Nona kontraksi, Tuan besar. Bos Daru langsung ke rumah sakit lagi," beber Dewi. Setelah itu dia berlari ke dalam menuju kamar Andaru. Seketika Aryan ikut panik, dia meminta Yono menyiapkan mobil karena akan menyusul pasangan Garvi, konvoi dengan Dewi.Selama di perjalanan, panggilan seluler tak Andaru hiraukan karena terfokus pada Yara yang beberapa kali mendesis kesakitan. "Mo, tolong call kakak, Didin dan mama." Andaru memberi perintah saat mobil mulai masuk ke teras IGD. "Baik, Bos." Bimo mengangguk dan ikut turun ketika Andaru mulai menarik tuas pintu.Sang CEO pun gegas, berlari ke sisi kiri mobil dan membuka pintunya. Dia menggamit pinggang Yara dan menarik perlahan sembari tetap meminta Yara agar mengatur napas.

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 113. BYE AFREEN

    Andini mengirimkan pesan pada Andaru berisi berita tentang Afreen yang tengah sakit dan dalam kondisi koma saat ini. Dia ingin menjenguknya esok hari bila diizinkan. Pesan telah terkirim, sang designer pun mematikan ponsel lalu bersiap tidur.Andini baru sekilas membaca balasan DM dari pria yang dia kenali. Tadi, pikirannya langsung terpusat pada sang sahabat sekaligus mantan istri Andaru itu, sehingga dia belum mencerna dengan benar informasi dari Chris.Bada subuh, Andaru meminta Yara mengambilkan ponsel, setelah berhasil mengaji dua halaman di mushaf kesayangan. "Bacain aja Ra, kalau ada pesan. Sandinya tanggal lahir kamu," kata Andaru masih duduk di sofa."Lah, nanti ketauan sama aku dong," balas Yara yang berdiri disamping nakas lalu berjalan menghampiri suaminya. "Ketauan apaan? ... ponsel dan hatiku bersih dari para hama," sahut Andaru sambil merentang lengan menyambut istrinya."Ya kali pake aplikasi discord juga," kekeh Yara, keki dengan berita viral di aplikasi goyang.And

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 112. HAPPINESS

    Dua hari berlalu, Andaru bersiap pulang dengan Yara ke Jakarta. Dia sedang duduk di lantai, memakaikan kaus kaki Istrinya ketika Brotoyudho menegur sang cucu menantu, dan ikut bergabung dengan mereka."Mas, kakek barusan dapat telpon dari pengacara kalau Andra sedang diajukan pindah rutan," ujarnya setelah mendaratkan bokongnya disamping Yara.Andaru mendongak sekilas lalu kembali fokus merapikan jempol kaki Yara agar masuk ke lubangnya. "Terus?" Brotoyudho menatap lembut sang cucu mantu. "Makasih ya, Mas." Andaru bergeming, dia enggan menanggapi. Semua itu dilakukan untuk mejauhkan Anton dari Yara sekaligus agar Brotoyudho leluasa menjenguk setiap hari bila sang paman dipindahkan ke Jogja.Mereka akan intens pergi pulang Semarang Jakarta, rasanya segan jika menolak ajakan Jamila untuk mengunjungi pria bejat itu karena alasan masih satu kota dan jaraknya dekat dengan kediaman Jaedy, sementara Yara masih sedikit trauma."Kenapa, Kek?" tanya Jazli ikut duduk di lantai menghadap punggu

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 111. MENANTU JAEDY

    Jazli berdecak sebal karena usaha melabuhkan stempel di pipi Faiqa digagalkan seorang bocah yang mengetuk kaca mobilnya dari luar.Faiqa tertawa kecil melihat wajah suaminya menahan kesal. Dia lantas menurunkan kaca mobil dan menyapa pelaku penggerebekan kemesraan mereka."Kamu pulang, Dek?" tanya Faiqa pada seorang remaja pria yang sumringah.Kopiah yang tak terpasang dengan benar di kepala, rambut jabrik basah menyembul di sana sini, tak lupa senyuman manis di wajah bulat, membuat paras remaja pria itu terlihat lucu. Tampan tapi berpenampilan slebor. Faiqa mengelus pipinya yang chubby, lalu membenarkan rambut dan letak kopiahnya saat dia meminta salim."Iya, dijemput jiddah-nenek. Mbak lagi apa?" tanyanya malu-malu seraya mengintip ke sosok di sebelah sang kakak.Jazli menekan tombol di pintu lalu keluar dari balik kemudi. Dia berdiri dan menyandarkan satu lengan di atas kap mobilnya. "Faisal, ya?" Lelaki muda yang masih memakai sarung itu berdiri tegak, melempar pandang ke arah p

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 110. PENGUKUHAN

    Andini menggerutu kala masuk ke mobil dan meninggalkan cafe tadi. Dia kira ketika meminta bertemu dengannya tadi, mereka bakal membahas pekerjaan, tapi malah unfaedah."Gue dah diwanti Dadar buat jauhin lu. Bisa digorok kalau bantuin lagi, Af. Lagian salah lu ngapa buang waktu gitu aja padahal effort Dadar buat pertahanin lu dulu nggak main-main." "Dadar rela nyusulin kemanapun lu transit meski harus pergi pulang di hari yang sama. Lu nggak komit dan malah puter fakta kalau ini salah Dadar. Kurang apa abang gue itu ... sekarang dia bucinin neng geulis, aaah so sweet, mukanya girang mulu saban hari. Gue nggak mau mereka pisah," omel Andini, menghela napas berat sembari mencengkeram erat stir mobil.Tiiin. Suara klakson dari belakang. Andini terkejut, buru-buru melaju pelan. Tiba-tiba seorang pria mengendarai motor CBR 250R berhenti di sebelah Honda Civic yang Andini kendarai, dia mengetuk kaca mobilnya dua kali. Tuk. Tuk."Menepi di depan, ban kiri Nona kempes parah," katanya lantang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status