Share

BAB 5. DEAL!

Author: QIEV
last update Last Updated: 2023-10-13 22:54:57

"Darimana Anda tahu semua ini?" tatap Yara nanar ke arah Andaru, dia tak percaya dengan data di tangannya. "Nggak mungkin, 'dia' bilang semua aman, tapi ini-" gumam Yara, menggeleng samar.

Seringai penuh kemenangan Andaru kian lebar melihat respon sekretarisnya itu. Dia lalu duduk di hadapan Yara seraya menyandarkan punggung serta menopang kaki, seakan mengukuhkan posisinya sebagai pemegang kendali.

"Deal, kan?" ujarnya.

Yara mendongak, meletakkan dokumen tadi di atas meja. Putri Jaedy tidak ingin terlalu kentara bahwa dia terintimidasi oleh Andaru. "Deal apanya?" balas Yara ikut bersedekap disertai tatapan remeh.

Cemas, tapi Yara ingin memastikan bahwa dirinya sedang tak melakoni peran dalam pepatah, lepas dari kandang harimau lalu masuk ke mulut buaya darat berdasi bagai sosok di hadapan.

"Ekspresi wajahmu itu sudah menjawab semua. Akad akan dilangsungkan besok siang bada duhur. Untuk hal lain, kau baca dulu ini," ucap Andaru dengan muka datar saat menyerahkan satu map ke atas meja.

Yara mendengus. Ingin tak menyentuh file tersebut tapi kata hati mendorongnya melakukan hal di luar perintah otak. Dia membaca pelan.

Tertulis jelas di sana, semua yang Andaru beri dinyatakan sebagai hadiah pernikahan untuknya tanpa perjanjian apapun. Binar mata Yara bersinar, bibir pun mengulas senyum samar, cita-citanya bakal satu per satu terwujud.

"Liat duit, langsung ijo!" sindir Andaru, mendecih melihat ekspresi sang sekretaris. "Oke, kan?!" tegasnya lagi.

Yara menutup file tadi, lalu duduk tegak memberanikan diri menatap sang bos. "Nggak sabar amat." Seringai manis dia berikan untuk pria di hadapan.

Andaru berdecak, dia terlalu buru-buru. "Ck, Ya kalau mau, andaipun enggak juga bukan aku yang rugi!" tegasnya kali ini, ikut menegakkan tubuhnya.

Yara menghela napas dan berniat bangkit. "Sebegitu ingin Anda menikahiku, ada apa dibalik semua ini?" selidik Yara memicingkan kedua mata bulatnya.

Andaru tak menjawab, akan jauh lebih aman bagi Yara jika tak mengetahui tujuan dia menikahinya. 'Karena kamu tangguh!'

"Hoy! kamu melepaskan kesempatan ini begitu saja?" tanya Andaru menatap punggung Yara ketika menjauh.

Gadis ayu itu berhenti sebelum menarik tuas pintu. Dia menoleh ke arah Andaru yang juga tak melepas pandang padanya. "Aku butuh wali nasab, Pak," ucap Yara lemah tidak sepercaya diri tadi. Mendadak hatinya diliputi kesedihan.

Tiba-tiba menikah, jauh dari keluarga, bahkan sekedar mengabarkan pun tak mampu. Gadis itu menunduk, netranya mulai mengembun, tepat saat pintu ruangan Andaru menutup.

**

"Loh, Mbak Yara masih di sini? saya kira nggak jadi lembur," tegur satpam, saat melihat Yara baru keluar dari lift khusus pimpinan.

Yara berhenti dan menoleh ke arah kanan. "Jadi, kok." Dia curiga, kepalanya celingukan. "Kenapa memangnya, Pak?" tanyanya lagi.

Telunjuk pria sepuh itu mengarah ke luar lobby. "Tadi ada yang nyari, nunjukin foto mirip Mbak Yara." Dia melongok ke arah depan lalu menoleh ke kanan dan kiri. "Kayaknya masih di sana," imbuhnya.

Yara terjengit. "Ter-us?" gagapnya seraya menggigit bibir bawah, jemari pun reflek memilin ujung pashmina karena gugup.

"Saya bilang, balik lagi aja besok pagi atau ditelepon minta ketemu," balas sang penjaga, dengan wajah tak bersalah.

Yara menepuk jidat. "Mampus!" desisnya sambil menengadah. Dia lalu menghentakkan kakinya ke lantai seraya berbalik badan menghadap lift.

Ingin marah tapi tidak tega melihat wajah tanpa dosa pak satpam. Lelaki ini tak tahu apapun.

"Saya salah, ya?" sambung satpam merasa ada yang aneh dengan respon gadis muda di hadapannya.

Yara buru-buru memutar tubuh. Dia berdehem, menggeleng tapi kemudian mengangguk sambil cengengesan seperti biasa.

Saat akan melangkah, sebuah suara dari arah belakang mengagetkannya. Lagi-lagi Yara membeku persis adegan kejadian lalu.

"Bada duhur, private room UnyilVista. Jangan telat!"

Pria yang masih mengenakan setelan kerja itu melenggang melewatinya begitu saja, dengan tangan kiri yang dia masukkan ke dalam saku celana.

Tiada pilihan, Yara menghempas napas kasar ke udara seakan melepas guratan nasib, kala menyusuri koridor menuju Musala.

Malam terasa panjang dilalui. Dia tidak dapat tidur dengan baik hingga suara azan subuh dari ponselnya menyadarkan Yara yang masih mengantuk.

Dia melangkah gontai menuju toilet, lalu menyemangati diri sendiri. "Bad day but keep going, Yara!" kepalan tangannya terangkat meski sedetik kemudian loyo lagi.

Seakan tak terjadi percakapan apapun di antara mereka, keduanya bersikap biasa saja. Bahkan, Yara hampir tidak melihat sosok pimpinannya itu duduk di ruangan pagi ini.

Menjelang duhur, debaran jantung mulai abnormal. Yara bolak balik toilet hingga membuat Arin terheran.

"Kenapa, Ra? sakit?" tanyanya saat melihat Yara kembali ke kubikel dan berkemas.

"Eh, nggak apa, Mbak. Aku izin keluar bentar, ya," ucap Yara tersenyum, sembari merapikan penampilannya. "Oh iya, tugasku sudah selesai, Mbak." Lalu menunjuk dengan ibu jari ke arah tumpukan file di meja Arin.

"Ehm. Hati-hati!" pesannya tepat saat gadis itu melambaikan tangan.

Entah ini tindakan bodoh atau bukan, yang jelas saat Yara menyentuh basement, Dewi sudah menunggunya. Pun, ketika dia masuk ke gedung itu, Yara langsung digelandang menuju venue tanpa diberi kesempatan bertanya apapun.

"Sah!" Suara para saksi terdengar.

Yara kini duduk seorang diri di dalam ruangan berdekorasi backdrop mawar putih dan babybreath. Buket bunga serupa pun telah dia genggam di atas pangkuan.

Gamis putih dipadu tudung berenda bertengger cantik di atas kepalanya. Sapuan make up flawles oleh MuA kian menyempurnakan penampilan Yara Falmira siang itu.

Sesaat dia mendengar nama aslinya di sebut lengkap dengan nasab sang ayah. Entah siapa walinya, Yara tidak tahu. Hati terlalu sibuk merapal doa agar pernikahan ini sah dimata hukum dan agama.

"A-ba, mama!" lirih Yara menunduk, meneteskan air matanya.

Sekat ruangan terbuka, Andaru masuk sambil membawa dokumen legalitas yang harus Yara tanda tangani. Pria dewasa itu mengenakan setelan bagai dirinya, jubah putih di padu jas hitam serta kopiah.

Sungguh tampan nan gagah. Yara terpesona sampai hampir lupa mengedip. "I-ini sah secara agama, kan?" tanya Yara gugup, sekilas melirik Andaru lalu menunduk menyembunyikan rona malu.

Tangannya gemetar saat akan membubuhkan tanda tangan di atas kertas.

Karena tak ada jawaban, Yara memastikan lagi. "P-pak!" Dia mendongakkan kepala pada sosok yang berdiri disampingnya.

"He-em! lekas Yara, ditunggu petugas," desak Andaru, menunjuk bagian kolom yang harus segera terisi.

Petugas catatan sipil ikut masuk dengan dua orang pria lainnya yang Yara tak ketahui. Mereka meminta Andaru membacakan doa kebaikan setelah akad, menyerahkan mahar juga sighat untuk Yara.

"Alhamdulillah!" seru mereka serempak.

Sapaan seseorang menjadi kejutan awal bagi Yara Falmira. "Cantiknya." Senyum sumringah pria sepuh untuk sang cucu menantu.

Yara melihat ke arah suara. Dahinya mengernyit ketika berusaha mengingat beliau. "Anda?" tebaknya dengan menunjuk jempol ke arah Aryan Garvi. "Tuan Musala, kan?" ujar Yara tersenyum malu-malu.

Tawa Aryan mengudara, panggilan Yara untuknya terdengar konyol. "Kamu lucu juga, Nduk!"

"Kakek Aryan, aku manggil beliau begitu," kata Andaru mengenalkan mereka. "Kek, lunas," imbuhnya melirik ke arah Yara.

"Eh, Kakek?" Yara menoleh bergantian ke arah Andaru dan Aryan. "Beliau pendiri GC?" tanya Yara lagi. Dia buru-buru menjulurkan tangan untuk salim saat Andaru mengangguki pertanyaannya.

'Benarkah? tapi, terlihat berbeda dengan foto di company profil.'

Aryan Garvi mengangguk-angguk senang disertai senyum lebar sehingga gigi emasnya terlihat. Dia lalu menerima uluran tangan istri cucunya itu sambil mengusap lembut kepala Yara.

WO kemudian meminta pasangan pengantin berfoto agar momen bahagia terabadikan apik. Yara sangat grogi ketika bersentuhan pertama kalinya dengan Andaru. Bahkan, dia harus menahan napas kala fotografer meminta mereka saling berpandangan saat pose intim.

'Ya Allah, aku jadi tahu warna manik mata pak Andaru dalam jarak sedekat ini. Pun, wangi napas juga parfumnya.'

Deg. Deg.

Belum juga reda dentum jantung akibat pose romantis barusan. Yara kembali dikejutkan oleh suara seseorang yang dia rindukan.

Sosok itu tersenyum sumringah, berdiri di ambang penyekat ruangan bersama seorang lainnya. Sorot mata Yara seketika berkaca-kaca ketika pandangannya tak lagi terhalang oleh Andaru.

"Aku menepati janjiku," bisik Andaru. "Sambutlah," imbuhnya, menggenggam jemari Yara yang masih menempel di dadanya.

Yara mendongak ke arah pria yang baru saja sah menjadi suaminya itu. "Te-teri-ma kassiih!" ucapnya terbata, seiring bulir bening jatuh di pipi.

Andaru tersenyum, seulas senyum manis nan menawan kali pertamanya untuk Yara.

"Assalamualaikum," ucap beliau, merentangkan kedua lengan berharap ada yang menyambutnya.

Lelehan air mata Yara kian deras, dia tertatih perlahan menghampiri. "W--"

.

.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
QIEV
Aduddududu
goodnovel comment avatar
QIEV
Alhamdulillah selalu.
goodnovel comment avatar
Siti Chotijah
Ndak th itu cp,tp koq pngn ikut nangis🥹🥹🥹🥹
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 115. JUAN ALMEER

    "Dikit lagi, Sayang. Raaa," bisik Andaru di telinga Yara. "Ara-ku adalah ibu hebat, semangat sambut adek," imbuhnya dengan nada bergetar, antara tega dan tidak.Sesuai arahan dokter, Yara menarik napas pendek sebelum memulai lagi. Dia tetap tenang tanpa teriakan atau jeritan. Hanya hembusan lirih dari mulutnya meski sakit hebat terasa berdenyut di bawah sana. Tatapan mata Yara kini tak lepas dari manik mata elang yang jua tengah memandangnya. Anggukan, belaian dari Andaru juga bisikan salawat di telinga membuat Yara memiliki kekuatan lebih.Air mata sang CEO ikut menetes manakala Yara terisak. "Mas ridho, 'kan?" lirih Yara."Banget, Ra, banget," balasnya sangat pelan dan terisak tak melepas pandangan mereka."Yuk, lagi Bu. Tarik napas pelan, sambil bilang aaahh ya, lembut aja ... lembut." Perintah dokter pada Yara kembali terdengar.Pimpinan Garvi lantas ikut membimbing Yara dan tak lama. "Oeeekkk!" "Mamaaaaaa," lirih Yara lemas dan langsung didekap Andaru. "Alhamdulillah. Ibunya p

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 114. SURPRISE

    Aryan yang sedang berada di teras dengan Yono, memperhatikan mobil Andaru berhenti sejenak untuk menurunkan Dewi lalu melaju kembali."Lah, kenapa jalan lagi?" tanya Aryan pada aspri Yara yang tergesa memasuki rumah Dewi berhenti, membungkuk ke arah Aryan sekilas. "Nona kontraksi, Tuan besar. Bos Daru langsung ke rumah sakit lagi," beber Dewi. Setelah itu dia berlari ke dalam menuju kamar Andaru. Seketika Aryan ikut panik, dia meminta Yono menyiapkan mobil karena akan menyusul pasangan Garvi, konvoi dengan Dewi.Selama di perjalanan, panggilan seluler tak Andaru hiraukan karena terfokus pada Yara yang beberapa kali mendesis kesakitan. "Mo, tolong call kakak, Didin dan mama." Andaru memberi perintah saat mobil mulai masuk ke teras IGD. "Baik, Bos." Bimo mengangguk dan ikut turun ketika Andaru mulai menarik tuas pintu.Sang CEO pun gegas, berlari ke sisi kiri mobil dan membuka pintunya. Dia menggamit pinggang Yara dan menarik perlahan sembari tetap meminta Yara agar mengatur napas.

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 113. BYE AFREEN

    Andini mengirimkan pesan pada Andaru berisi berita tentang Afreen yang tengah sakit dan dalam kondisi koma saat ini. Dia ingin menjenguknya esok hari bila diizinkan. Pesan telah terkirim, sang designer pun mematikan ponsel lalu bersiap tidur.Andini baru sekilas membaca balasan DM dari pria yang dia kenali. Tadi, pikirannya langsung terpusat pada sang sahabat sekaligus mantan istri Andaru itu, sehingga dia belum mencerna dengan benar informasi dari Chris.Bada subuh, Andaru meminta Yara mengambilkan ponsel, setelah berhasil mengaji dua halaman di mushaf kesayangan. "Bacain aja Ra, kalau ada pesan. Sandinya tanggal lahir kamu," kata Andaru masih duduk di sofa."Lah, nanti ketauan sama aku dong," balas Yara yang berdiri disamping nakas lalu berjalan menghampiri suaminya. "Ketauan apaan? ... ponsel dan hatiku bersih dari para hama," sahut Andaru sambil merentang lengan menyambut istrinya."Ya kali pake aplikasi discord juga," kekeh Yara, keki dengan berita viral di aplikasi goyang.And

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 112. HAPPINESS

    Dua hari berlalu, Andaru bersiap pulang dengan Yara ke Jakarta. Dia sedang duduk di lantai, memakaikan kaus kaki Istrinya ketika Brotoyudho menegur sang cucu menantu, dan ikut bergabung dengan mereka."Mas, kakek barusan dapat telpon dari pengacara kalau Andra sedang diajukan pindah rutan," ujarnya setelah mendaratkan bokongnya disamping Yara.Andaru mendongak sekilas lalu kembali fokus merapikan jempol kaki Yara agar masuk ke lubangnya. "Terus?" Brotoyudho menatap lembut sang cucu mantu. "Makasih ya, Mas." Andaru bergeming, dia enggan menanggapi. Semua itu dilakukan untuk mejauhkan Anton dari Yara sekaligus agar Brotoyudho leluasa menjenguk setiap hari bila sang paman dipindahkan ke Jogja.Mereka akan intens pergi pulang Semarang Jakarta, rasanya segan jika menolak ajakan Jamila untuk mengunjungi pria bejat itu karena alasan masih satu kota dan jaraknya dekat dengan kediaman Jaedy, sementara Yara masih sedikit trauma."Kenapa, Kek?" tanya Jazli ikut duduk di lantai menghadap punggu

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 111. MENANTU JAEDY

    Jazli berdecak sebal karena usaha melabuhkan stempel di pipi Faiqa digagalkan seorang bocah yang mengetuk kaca mobilnya dari luar.Faiqa tertawa kecil melihat wajah suaminya menahan kesal. Dia lantas menurunkan kaca mobil dan menyapa pelaku penggerebekan kemesraan mereka."Kamu pulang, Dek?" tanya Faiqa pada seorang remaja pria yang sumringah.Kopiah yang tak terpasang dengan benar di kepala, rambut jabrik basah menyembul di sana sini, tak lupa senyuman manis di wajah bulat, membuat paras remaja pria itu terlihat lucu. Tampan tapi berpenampilan slebor. Faiqa mengelus pipinya yang chubby, lalu membenarkan rambut dan letak kopiahnya saat dia meminta salim."Iya, dijemput jiddah-nenek. Mbak lagi apa?" tanyanya malu-malu seraya mengintip ke sosok di sebelah sang kakak.Jazli menekan tombol di pintu lalu keluar dari balik kemudi. Dia berdiri dan menyandarkan satu lengan di atas kap mobilnya. "Faisal, ya?" Lelaki muda yang masih memakai sarung itu berdiri tegak, melempar pandang ke arah p

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 110. PENGUKUHAN

    Andini menggerutu kala masuk ke mobil dan meninggalkan cafe tadi. Dia kira ketika meminta bertemu dengannya tadi, mereka bakal membahas pekerjaan, tapi malah unfaedah."Gue dah diwanti Dadar buat jauhin lu. Bisa digorok kalau bantuin lagi, Af. Lagian salah lu ngapa buang waktu gitu aja padahal effort Dadar buat pertahanin lu dulu nggak main-main." "Dadar rela nyusulin kemanapun lu transit meski harus pergi pulang di hari yang sama. Lu nggak komit dan malah puter fakta kalau ini salah Dadar. Kurang apa abang gue itu ... sekarang dia bucinin neng geulis, aaah so sweet, mukanya girang mulu saban hari. Gue nggak mau mereka pisah," omel Andini, menghela napas berat sembari mencengkeram erat stir mobil.Tiiin. Suara klakson dari belakang. Andini terkejut, buru-buru melaju pelan. Tiba-tiba seorang pria mengendarai motor CBR 250R berhenti di sebelah Honda Civic yang Andini kendarai, dia mengetuk kaca mobilnya dua kali. Tuk. Tuk."Menepi di depan, ban kiri Nona kempes parah," katanya lantang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status