89. Apakah saatnya,...

Di luar ruangan, Wieke berdiri mematung. Tangannya menggenggam tas erat, matanya sembab.

Rieke sekilas menatapnya dengan jengkel setelah apa yang dikatakan ibunya pada Kenna tadi. "Mi,.. Mami yakin dengan syarat yang Mami ajukan pada Mbak Kenna tadi?" tanya gadis yang kini baru semester dua di sebuah PTN ternama itu. "Bagaimana mungkin Mami tega memisahkan mereka lagi?" suara Rieke meninggi, nadanya getir. "Mami dengar sendiri, kan? Waktu Kak Rangga sadar, yang dia cari cuma Kenna. Mami bisa bayangin bagaimana perasaan dia jika Mbak Kenna pergi?"

Wijaya menimpali pelan tapi tegas. "Buka matamu, Wieke. Jangan karena masa lalu kamu dengan Kimmi, kamu buta sama kebahagiaan anakmu sendiri."

Wieke menatap ke arah kaca ruangan. Di sana, ia melihat Kenna duduk di kursi, menunduk, masih bicara pada Rangga. "Aku cuma takut," ucapnya serak. "Aku gak mau kehilangan Rangga lagi. Perempuan itu banyak yang mengincar, bagaimana jika kakak kamu celaka gara-gara dia?"

"Penjahat yang mengincar Mbak Ken