Share

BAB 74.

Author: QIEV
last update Last Updated: 2025-09-04 15:50:09

Danisha terpaksa meneguk sedikit jamu itu, sekadar membasahi lidahnya. Wajahnya langsung menegang, bibir meringis menahan getir. Segera setelahnya ia meraih gelas air putih di meja, meneguknya cepat-cepat.

“Del!” panggilnya terburu-buru.

Seorang wanita yang menjadi asisten pribadinya mendekat. “Iya, Mbak?”

“Tolong ambilkan susu. Cepat.” Nada suara Danisha bergetar, penuh alasan. “Aku nggak suka bau jamu yang menusuk ini.”

Aspri itu mengangguk dan bergegas keluar.

Sementara itu, Winda menunduk, tersenyum tipis, seolah puas dengan apa yang barusan terjadi. Ia tak menekan lebih jauh. “Ya sudah. Mama pamit dulu.”

“Terima kasih, Ma,” balas Danisha singkat, masih berusaha menyembunyikan kegusarannya.

Begitu Winda pergi, Danisha menarik napas panjang, menunduk, lalu buru-buru meraih ponselnya. Tangannya sedikit gemetar ketika menekan nomor Elan.

“Elan,” suaranya rendah. “Ada kabar aneh nggak? Wafa curiga nggak? Soalnya dia datang ke sini tempo hari … dan Mamanya barusan pergi."

Suara Elan di
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Hikari 민윤기
Kak, kok Wafa gitu ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 83.

    “Jangan!!” suara Bakar pecah di udara, terlambat satu detik. Mobil hitam itu sudah melesat meninggalkan Bakar yang berlari dengan napas tercekik.“Nyaaahh!!” Bakar berteriak histeris, sekujur tubuhnya bergetar menahan marah.Bakar kembali ke mobil, langsung mengejar sendiri. Ia berusaha meminta bantuan, tapi kendaraan penculik sudah menghilang ke jalan raya.“Kenapa lengah?!” Dia menoleh dengan mata penuh api, suaranya pecah. Terngiang suara Wafa di telinganya, jika bosnya tahu hal ini. [“Aku titip Qale padamu, Bakar! Kenapa bisa kecolongan begini?!”]Bakar terdiam, mobilnya melaju pelan, wajahnya pucat. “Saya salah. Saya terlambat … Saya salah…” tangannya mengepal, rahangnya mengeras. “Tapi saya janji, saya bakal temukan Anda, hidup-hidup.”Bakar lalu berkoordinasi dengan beberapa anak buahnya. Setelah itu, dia menghubungi Wafa.Seperti dugaannya, suara Wafa menggema di ponsel. Dia sampai menjauhkan benda itu dari telinganya."Kamu dimana?" ucap Wafa setelah meluapkan amarah sesaat t

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 82.

    Sunyi. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar jelas di kamar mereka. Alih-alih menunggu jawaban Wafa, Qale memilih merebahkan diri, membelakangi Wafa, matanya terpejam tapi pikirannya berisik. Suara ayahnya dan jawaban setengah hati Wafa terus bergema di kepalanya.Ia menarik napas panjang, menahan sesak di dadanya.Di belakangnya, Wafa duduk diam dekat tepi ranjang. Tatapannya tertuju pada punggung Qale. Ia ingin bicara, tapi lidahnya terasa kelu. Tangannya terulur, tapi sebelum menyentuh, Qale bergeser menjauh.“Aku capek.” Suaranya datar, dingin.Wafa hanya mengangguk kecil, meski dalam hati ada kecewa yang hadir. Malam itu berlalu tanpa percakapan, penuh jarak yang tak terlihat tapi terasa menusuk.Keesokan harinya, suasana rumah masih dingin. Qale fokus menemani ayahnya sarapan, sementara Wafa sibuk menelpon pengacara dan memeriksa perkembangan kasus.Qale lalu menyempatkan diri berkirim pesan menanyakan kondisi Ria, memastikan toko kembali beroperasi.“Karyawan baru akan

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 81.

    Suasana rumah masih menegang setelah amukan Hasan. Napasnya tersengal, wajahnya pucat pasi, lalu tubuhnya limbung. Untung saja Qale sigap, bersama Mbak Mun menopang lengan lelaki itu sebelum terjerembab di lantai. “Ayah!” seru Qale panik. “Tuan! hati-hati, jangan dipaksakan,” Mbak Mun ikut berseru wajahnya tegang. Dengan terburu, mereka memapah Hasan masuk ke kamar. Wafa ikut menyusul, kursi rodanya meluncur cepat, tatapannya penuh kecemasan. Hasan direbahkan di ranjang, tubuhnya basah oleh keringat dingin. Qale masih menahan perasaan bercampur, marah, iba, sekaligus takut. “Ayah, jangan maksain diri lagi. Aku bisa menyelesaikan semua masalahku sendiri,” ucap Qale, suaranya bergetar. “Gugatan Kak Wafa sudah masuk. Aku cuma ingin ayah fokus saja ke kesehatan ayah. Aku butuh ayah mendukungku.” Hasan menutup mata sejenak, menarik napas panjang, lalu mengangguk pelan. Namun bibirnya tetap menyusun pesan yang meng

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 80.

    “Bos, yakin mau vacation sementara beliau?” Bakar nyeletuk sambil melihat Wafa dari spion dalam."Nggak lama, numpang nge-charge doang paling," jawab Wafa datar, melirik nakal pada Qale yang langsung menengok ke arahnya."Fast charging dong," sambar Bakar, tergelak.“Mulutmu ckck … untung cuma sopir. Nggak perlu dapat warisan,” balas Wafa, menjulurkan lidahnya persis anak kecil.“Loh, warisan?” Bakar ngakak. “Hibah dari tuan besar lebih mevvah dari milik Anda, Bos. Lagian saya cuma latihan nyupir, maklum ... majikan yang tertunda," jawabnya sambil menaik-turunkan alisnya.Qale yang duduk di samping Wafa menahan senyum, menoleh ke arah Bakar. “Tolong spill di episode berapa, launching majikan barunya ya.”“Siap, Nyah. Senyum aja yang banyak dulu. Itu suplemen buat saya juga,” lanjut Bakar dengan gaya sok serius.Wafa mendengus. “Heh. Suplemen suplemen. Colok juga nih mata!" Qale mencubit lengan Wafa pelan, membuat tawa kecil mengisi kabin mobil itu. Untuk sesaat, perjalanan terasa rin

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 79.

    Pagi itu, Qalesya terbangun dengan tubuh lelah tapi hangat. Wafa masih di sisinya, menempel ketat. Tatapan matanya teduh, jemari tangannya mengusap lembut lengan istrinya.Qale menggeliat saat bahunya yang terbuka dihujani ciuman-ciuman kecil Wafa. “Aku nggak akan pura-pura, Sya,” suara Wafa serak, menunduk. “Aku tetap menginginkanmu. Lagi, di pagi ini.”Jemari suaminya liar menjelajah dibalik selimut. Qale menoleh sekilas. Ia ingin menolak, tapi tubuhnya malah diam. Bibirnya terkunci, hanya pasrah menerima perlakuan manis Wafa yang semakin dalam. Ada perasaan asing yang membuat dadanya bergetar—antara rindu, marah, dan cinta yang tak mau diakui."Eeeengghhhh." Qale melenguh halus ketika Wafa menyentuh area sensitifnya.Deru napas mulai saling bersahutan, Qale memejam, menggigit bibirnya saat gelombang rasa itu makin menggulung geloranya.Namun hasrat itu terhenti tiba-tiba. Tok. tok. tok.“NON! DEN!” teriakan Mbak Mun dari luar kamar membuat Wafa kaget. Dia buru-buru menyembunyikan

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 78.

    "Haaaaiiii, Al!" seru Qale semringah, senyum itu … senyum yang sudah lama tak pernah Wafa lihat ditujukan padanya."Mau makan atau pulang?" tanya Aldo, tersenyum manis."Mau balik. Sama siapa?" Qalesya balik bertanya. Keduanya terlibat obrolan seru sesaat. Qale tak mengenalkan Wafa meski Aldo sempar beberapa kali meliriknya.Langkah Qale jadi tanda bahwa obrolan mereka berakhir. Keduanya akan bertemu lagi esok hari di toko setelah Qale pulang ngampus. Wafa mendengus pelan saat kursi rodanya mendahului Qale. Dia kesal. Sampai di dalam mobil pun Qale asik sendiri. Tersenyum sesekali melihat layar ponsel. Membuat Wafa menempelinya."Asik amat, Sya." Wafa melihat istrinya sedang ngerumpi soal dosen mereka di kampus tadi. Qale masih diam. Dia mengetuk dua kali di permukaan ponselnya lalu layar pun meredup. Pandangannya fokus ke arah samping, melihat jalanan."Sya!" ulang Wafa. Namun hanya membuat Qale menoleh padanya tanpa bicara.Wafa memandang sejenak, lalu merebahkan punggungnya ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status