Lionel, Mason dan Lili tampak duduk di teras rumah. Sejak tadi mereka memandangi ke arah gerbang yang cukup jauh dari pandangan mata.“Mana? Katanya mereka tak akan bisa menaiki Private Jet itu? Kenapa sampai jam segini mereka belum pulang juga?” tanya Mason pada Lionel penasaran.“Tunggu saja! Paling sekarang mereka masih di jalan,” jawab Lionel.“Apa mungkin mereka langsung mencari tempat terdekat untuk berbulan madu atau mencari tiket pesawat untuk ke pulau Naga?” tanya Lili.“Kita tunggu saja,” jawab Lionel. “Elena tak akan mau menaiki pesawat umum. Dia sudah terbiasa menaiki Private Jet sejak dulu. Kau mungkin ingat saat Private Jet tidak bisa diterbangkan karena ada kerusakan teknis? Elena sampai meminta Kak Abraham untuk menunda kepergian hingga Private Jet bisa diterbangkan.”Lili mengangguk.
“Aku akan mengurusnya,” ucap Kaisar pada Elena.“Tunggu sebentar,” ucap Elena.Kaiar menatap Elena yang tampak sibuk memeriksa isi tasnya. Dia khawatir lupa jika surat perjanjian itu sudah disimpannya di dalam tas. Saat Elena berhasil mengeluarkan seluruh isi tasnya, dia lega mendapati surat perjanjiannya itu ternyata terselip di dalam novel yang dia bawa.“Ternyata ada,” ucap Elena dengan leganya.Kaisar pun lega melihat itu. Kaisar pun memanggil pramugari untuk menyiapkan makan dan minum untuk mereka. Setelah memilih menu yang tersedia, pramugari itu akhirnya bersiap menyediakan pesanan.Elena menoleh pada Kaisar lalu berkata padanya, “Bagaimana kau bisa menyediakan jet pribadi ini untuk kita?” tanya Elena yang masih heran.Kaisar bingung menjawabnya. Dia harus merahasiakan itu. Karena jika Elena mengetahuinya, Elena juga akan tahu identitas Kaisar yang sebenarnya.“Kaisar?” panggil Elena yang sudah tidak sabar untuk mendapatkan jawaban darinya.“Aku meminjam uang ke temanku yang ka
Kaisar dan Elena memasuki lobby hotel bintang lima di kota Baksi. Mereka sudah memesan kamar hotel presidential suite karena tidak mungkin tinggal di salah satu rumah milik Abraham di kota itu. Elena khawatir keberadaan mereka di sana diketahui oleh paman dan bibinya. Saat Kaisar sedang sibuk chek-in, tiba-tiba seorang perempuan muda yang baru keluar dari lift terkejut melihat kedatangan Elena di sana. Dia adalah Audrey teman kuliah Elena dulu.“Elena!” panggilnya.Elena terkejut melihatnya. “Audrey?!”Audery bergegas menghampirinya. Sementara Kaisar yang sudah mengurus chek-in membiarkan Elena ditemui seorang gadis. Dia hanya memperhatikan mereka dari kejauhan saja.“Maaf aku tidak bisa datang ke pesta pernikahanmu,” ucap Audrey. “Habisnya kau menikah dengan mendadak hingga aku tidak dapat mengubah jadwal meetingku di luar negeri.”“Tidak apa-apa,” jawab Elena.“Aku dengar kau menikah dengan lelaki yang tidak jelas asal-usulnya. Apa itu benar?”Elena yang diminta Kaisar untuk menyemb
“Elena, tunggu!” panggil Kaisar saat Elena hendak pergi ke kamarnya yang lain.Langkah Elena terhenti lalu menoleh padanya, “Kenapa?”“Kita harus kembali ke New Taraka segera,” jawab Kaisar.Elena mengernyit heran. “Memangnya kenapa?”“Ada masalah dengan perusahaan ayah,” jawab Kaisar.Elena mendekat ke Kaisar lalu berhenti saat jaraknya begitu dekat di hadapan Kaisar. “Masalah apa?”“Pengacara pribadi ayah mengabarkan kalau perusahaan ayah sedang mengalami masalah. Katanya proyek pembangunan jembatan yang dulu dibangun oleh ayah dan diteruskan oleh Paman Lionel kini sedang runtuh,” jawab Kaisar.Elena terkejut mendengarnya.“Aku akan mencari tahu kebenarannya,” sahut Elena. Dia langsung meraih handphone-nya dan menggunakannya untuk menghubungi Paman Lionel di seberang sana.“Halo,” ucap Paman Lionel di seberang sana.“Benarkah proyek pembangungan jembatan sedang bermasalah?” tanya Elena pada pamannya.“Kabarnya begitu, Elena. Ada banyak tuntutan dari pihak investor dan ada banyak kor
Kaisar sedang duduk menunggu Elena di lobby. Barang-barang miliknya sudah berada di dekatnya. Elena menolak tawaran untuk membantunya bersiap-siap. Katanya biar dibantu oleh pelayannya saja. Tak lama kemudian handphone-nya berbunyi. Telepon dari Damian Alarich. Kaisar bergegas menggunakannya karena dia meminta bantuannya untuk memesankan tiket pesawat untuk mereka kembali ke New Taraka. Kaisar bisa saja menghubungi pimpinan ajudannya yang kini dimintanya untuk bercuti. Tapi dia tidak ingin membuat Elena dan keluarga ayah angkatnya curiga. Meminta bantuan Damian akan tidak terlalu kentara.“Halo,” ucap Kaisar pada Damian Alarich di seberang sana.“Maaf, Jenderal,” ucap Damian di seberang sana. “Jet Pribadi tidak dapat digunakan karena ada sesuatu. Semua pesawat komersial ke New Taraka pun sudah penuh. “Jika Jenderal berkenan, aku akan kirimkan pesawat khusus dari angakatan darat untuk menjemput Jenderal di bandara kota Baksi.”Kaisar terkejut mendengar itu. “Itu tidak mungkin, karena j
Vander sedang duduk di meja kerjanya sembari menonton televisi yang menyiarkan berita tentang runtuhnya sebuah jembatan penghubung dua kota besar di New Taraka. Matanya tampak jeli melihat tayangan berita di sebuah channel terkenal itu. Bibirnya sedikit tersenyum melihat itu.“Runtuhnya sebuah jembatan yang akan digadang-gadang menjadi jembatan terindah di New Taraka membuat banyak investor menarik diri dari Abraham Group dan pihak korban yang mengalami musibah naas itu meminta ganti rugi dengan pihak Abraham Group. Nasib Abraham Group sedang dipertaruhkan. Saat ini sejumlah pihak masih menunggu tanggapan dari pimpinan Abraham group yang baru, yang katanya sedang menikmati bulan madu pernikahannya di sebuah kota. Sementara Tuan Lionel yang menjabat sebagai direktur sementara setelah meninggalnya Tuan Abraham belum bisa menanggapi apapun karena dia tidak merasa bertanggung jawab atas masalah itu.”Vander mematikan televisi saat seorang pria datang ke ruangannya. Pria itu berdiri di dep
Sebuah mobil berhenti di depan gerbang. Di dalamnya Kaisar dan Elena terkejut melihat banyak wartawan yang berdesakan memenuhi gerbang. Penjaga kemanan di depan rumah itu menjaga gerbang dengan baik hingga mereka tak bisa masuk. Tak lama kemudian gerbang terbuka, tiga mobil keluar beriringan dari dalam. Kaisar melihat di dalam mobil-mobil itu ada Paman Lionel, Paman Mason dan Bibi Lili beserta keluarganya. Mereka membawa barang-barang yang banyak seperti hendak meninggalkan rumah besar bak istana itu. Ketiga mobil itu melaju begitu saja tanpa memperdulikan kedatangan Kaisar dan Elena yang baru tiba di sana.“Kemana mereka?” tanya Elena dengan bingung.“Coba kau hubungi paman Lionel,” pinta Kaisar.Elena mengangguk lalu bergegas menghubungi nomor handphone Paman Lionel. Sambungan teleponnya tidak diangkat. Elena semakin heran. “Tidak diangkat.”Kaisar menatap supir lalu berkata padanya, “Masuk!”“Baik, Tuan Muda.”Mobil yang dinaiki Kaisar dan Elena memasuki gerbang setelah para wartaw
“Kita harus membicarakan rencana kita besok pagi,” ucap Kaisar pada Elena yang kini mereka sedang duduk di ruang tengah yang luas nan megah itu. Rumah yang sebentar lagi akan dituntut oleh pihak bank.“Aku serahkan semua rencana padamu,” ucap Elena yang terlihat pasrah.“Besok kita akan datang ke kantor dan kau harus menyerahkan kepemimpinan perusahaan padaku. Meski pun saat ini di surat wasiat tertulis perusahaan itu sudah menjadi milikku, tapi semuanya belum tahu tentang semua ini. Dengan begitu aku akan leluasa bergerak untuk menyelesaikan semuanya satu persatu.”Elena tampak tidak percaya dengan itu. Dia menahan senyum meremehkannya karena yang dia tahu Kaisar hanya seorang tentara biasa yang tidak pernah mengerti akan dunia bisnis.“Kenapa kau tidak meminta bantuan temanku saja,” sahut Elena. “Teman kuliahku yang lebih mengerti darimu tentang dunia bisnis. Dia memang bukan anak orang kaya. Dia tidak memiliki keburuntungan saja, tapi dia cerdas dan memang aku berniat merekrutnya u