Kota Lexington, Tahun 2022 – Keesokan Hari
Pagi yang cerah di Brooklyn Hills tempat rumah keluarga Roland berada, menghadirkan perasaan berbeda untuk para penghuninya.
Nayra yang semalam mendapat kejutan tidak terduga dari Rehan, masih diliputi perasaan aneh karena tindakan pria yang sulit ditebak itu. Ucapan selamat malam dengan sebuah pelukan di rumah yang seharusnya tidak didatangi Rehan, serta
Kantor Carver Group, Keesokan Hari Hari bekerja sudah kembali di mulai dan Rehan sudah sampai di kantor Carver Group sebelum semua karyawannya datang. Dengan tekanan dari Albert untuk menyelesaikan masalah Carver Group yang disebabkan oleh lawan mereka Roland Group, Rehan tidak membiarkan waktu sedetikpun terbuang untuk hal lain. Apalagi karena Serena berusaha menikahkannya dengan anak konglomerat lain, hanya agar ia tidak dekat dengan Nayra yang merupakan anak kandung Serena sendiri yang sekarang hidup sebagai cucu dari musuh keluarga Carver. Di tengah kerumitan pikiran Rehan tentang masalah Nayra dan perusahaannya, rasa frustasi yang menggumpal di kepalanya, membuat Rehan langsung mencerca para karyawannya yang baru datang setelahnya. Meskipun puluhan karyawan khusus kantor Rehan itu datang tepat waktu, tapi mereka tetap terhitung lambat karena datang setelah Rehan sang bos besar tiba lebih dulu di sana. “Mengapa kalian baru datang?!” teriak Rehan di de
Beberapa Jam Sebelumnya...“Nayra..” Kakek David sedang melakukan aktivitas paginya di halaman belakang rumah, saat Nayra menghampirinya setelah diminta datang ke sana olehnya. Dengan berbagai peralatan kebugaran khusus, Kakek David melatih kakinya yang lemah karena faktor usia sekaligus efek dari kecelakaan yang pernah dialami puluhan tahun lalu.Nayra masih takjub dengan tempat gym outdoor yang unik dan klasik, tapi juga berkelas ini. Terutama karena ini adalah gym pribadi khusus pria tertua di rumah mereka itu, serta kenyataan bahwa ketiga penghuni lainnya juga memiliki gym pribadi masing-masing di sini. “Hari ini, datanglah ke kantor Roland bersama Brian,” ucap Kakek David, membuyarkan pikiran Nayra yang sempat melayang di dunianya sendiri.“Ke kantor?” Nayra memastikan, tidak tahu alasan dari permintaan tersebut.“Ya..” Kakek David hanya menjawab singkat, membuat Nayra sadar bahwa sudah saatnya ia meninggalkan beliau untuk melanjutkan aktivitasnya.“Baik Kakek..” Nayra menurut u
Benar saja, mereka semua sudah tahu bahwa Nayra adalah cucu Kakek David, yang berarti secara tidak langsung memiliki hak untuk mewarisi Roland Group yang didirikan sang kakek, sejak puluhan tahun silam ini –setidaknya dalam pendekatan keluarga bukan bisnis. Namun, tentu saja itu hanya akan terjadi jika Nayra benar-benar cucu Kakek David, karena pada kenyataannya Nayra adalah cucu asli Albert Carver, musuh abadi kakeknya saat ini. Sementara Nayra tidak bisa menahan wajah terbelalaknya, mendengar ia ‘direkomendasikan’ sebagai Direktur Teknologi baru menggantikan Brian, justru Brian tersenyum lebar melihat kegugupan Nayra. Padahal sejak nama Brian disebut dalam perdebatan sengit para pemegang saham, Brian sama sekali tidak berkutik, seolah ia sudah tahu apa yang akan terjadi pada rapat hari ini. “Sepertinya kau akan mempelajari perusahaan dengan pengalaman langsung, Nona Ambisius..” bisik Brian dengan nada menggoda, di tengah perdebatan yang belum berakhir. Nayra melirik kesal dari kur
Pesta paling melelahkan itu berakhir dengan pertanyaan Nayra yang belum terjawab. Mengapa Brian dan Tuan Freddy tidak ikut mencurigai identitas Nayra seperti Nyonya Linda? Apa itu hanya kebetulan karena mereka ingin makan dengan tenang? “Ah..” Nayra sudah kembali ke kamarnya dengan desahan tanda lelah yang meliputi seluruh tubuh dan pikirannya. Ngomong-ngomong, apa ia harus berpikir positif bahwa pengangkatannya sebagai salah satu direktur di Roland Group, bisa membawa Nayra sedikit lebih dekat dengan tujuannya mengalahkan Carver Group? Nayra sedang merebahkan dirinya di kasur dengan pikirannya yang mengembara, ketika suara ketukan pintu membuatnya terbangun. “Nayra..” suara yang tidak asing itu memanggilnya. Suara Brian. Nayra berjalan menghampiri untuk membuka pintu. Di balik pintu, Brian berdiri dengan wajah santainya lagi. “Kau tidak lapar?” tanya Brian, membuat Nayra mengernyit. Bukankah mereka baru saja makan malam? “Kau sepertinya tidak banyak makan hari ini..” Deg. N
Nayra terdiam. Ia teringat dengan apa yang telah ia pelajari tentang Carver Group, sejak ia memutuskan untuk membalaskan dendamnya pada keluarga Carver yang telah membuangnya. Ada proyek besar yang sedang dikerjakan Carver Group dan dinanti banyak pihak termasuk pemerintah, karena proyek inovasi retail dan teknologi itu diyakini bisa menjadi solusi dari krisis ekonomi dunia saat ini, terutama di Bexley State.Jika alasan pertemuan antara petinggi Carver Group dan Allison Tech ini adalah terkait dengan proyek tersebut, mungkin itu akan mengancam rencana Nayra untuk mengalahkan Carver Group melalui Roland Group. Sebab, Allison Tech adalah perusahaan teknologi terbaik saat ini dan kerjasama mereka akan membuat Nayra sulit mengalahkan Carver Group.Mereka tidak boleh bekerjasama, pikir Nayra.“Tuan..” sebuah suara lain yang asing, memanggil Rehan dari belakangnya. Nayra menoleh. Seorang wanita dengan rambut sebahu, berjalan dengan langkah elegan menghampiri Rehan dan mulai membisikan se
Wajah Brian membeku. Namun, sesaat kemudian ia berhasil mengendalikannya, walau kedua matanya masih berkedip cepat selama beberapa detik. Jadi, suaranya terhenti sebelum sempat keluar.“Sepertinya kau sudah tahu yang sebenarnya..” Rehan kembali menembakkan peluru, tepat ke pikiran Brian yang kalut.Brian mengepalkan tangannya yang tersembunyi di samping tubuhnya.“Tanganmu..” Rehan sudah melihat ke arah tangan Brian itu, terutama tanda lahir di pergelangan tangannya. “Aku pernah melihat tangan itu 14 tahun lalu dan Nayra juga ada di sana..”Brian menghela napas. Setelah diliputi rasa sesak, oksigen akhirnya kembali memasuki kepala Brian dan berhasil membuatnya lebih tenang. Ia pun membalas dengan mata geram yang tidak pernah hilang, sejak pertemuannya dengan Rehan.“Jangan pernah mengganggu Nayra lagi, kalau kau tidak mau berurusan denganku!” Brian mengabaikan kecurigaan Rehan.Rehan tertawa kecil. “Sayangnya, aku tidak pernah takut berurusan dengan siapapun. Baik itu kau ataupun ayah
“Lucy, apa kau akan bekerjasama dengan Carver Group?” tanya Nayra beberapa hari lalu, saat ia bertemu Lucy yang sedang dalam pertemuan bisnis dengan Rehan di Restoran Esther. Saat itu, Brian meninggalkan Nayra untuk menemui Rehan tanpa diketahui wanita itu, hingga Lucy mengambil waktu luangnya untuk pergi ke toilet, disusul Nayra yang melihat itu. “Aku belum tahu..” Lucy sedang merapikan riasannya dan Nayra melakukan hal yang sama di sampingnya. “Tapi sebenarnya itu urusan internal perusahaan kami, Nona.. Kecuali kau mengajukan proposal kerjasama juga pada kami..” lanjut Lucy dengan senyumnya yang tidak pernah hilang. “Ah! Tentu karena aku sudah tahu kau menggantikan Brian di Roland Group dan Brian menjadi CEO-nya..”Nayra melihat kegirangan di sekujur tubuh Lucy saat ia membicarakan Brian, membuat Nayra tersenyum tipis.Dari ucapan Lucy itu, terbesit sebuah pemikiran buruk yang seharusnya tidak Nayra miliki. Tapi sepertinya, ia sudah benar-benar terpengaruh oleh dendamnya yang tida
Mata Nayra sudah memerah dengan perasaannya yang campur aduk antara bingung, benci dan perasaan lain yang ia tidak tahu namanya. Melihat itu, Rehan menarik Nayra dalam pelukannya lagi –setelah ia memeluknya di beranda kamar Nayra beberapa waktu lalu. Namun, Nayra segera mendorong Rehan dan menamparnya dengan keras di wajah sekaligus hatinya.Rehan terdiam, dengan bibir berkedut dan mata yang ikut memerah.“AKU MEMBENCIMU!” kata-kata yang sangat ingin Nayra ucapkan pada Rehan yang harus ia benci, setelah hidup dengan baik selama 30 tahun terakhir menggantikannya, karena pertukaran yang dilakukan ibunya sendiri.Nayra memang tidak akan melupakan niatnya untuk membalaskan dendam pada Carver Group, apapun perasaannya saat ini yang tidak ia ketahui pada Rehan. Jadi, ia terus mendorong Rehan untuk membuatnya sadar, bahwa sekarang Nayra adalah musuhnya yang harus ia jauhi.“Tapi perjanjian itu akan tetap berlaku!” balas Rehan, tanpa berhenti menatap mata Nayra yang sudah memalingkan wajah d