Share

Phospene 4

​Bab 4 

Aku terbaring di rerumputan kala mentari membiaskan cahayanya. Membuat seluk beluk keindahannya terpancar tepat di irim mataku. Pantulan cahaya itu seakan membawaku pada kenangan yang sampai kini tak dapat ku lupa. Tuan kelabu namanya, Senyumnya manis, matanya berbinar saat dia melihatku. Saat itu burung-burung sibuk berterbangan di hiasi dengn jingga yang kekuningan. Sungguh, tuan dalam genggaman senja, aku menyukai saat lisanmu memanggil namaku.

Hari-hari berlalu, dira dan ragil banyak menghabiskan waktu bersama. Hingga mungkin, semesta mendekatkan mereka satu sama lain. Membuat satu perasaan mulai tumbuh jua di hatinya, ya dira. Ia mulai merasa nyaman saat di dekat ragil. Dan ragil, tentu saja ia merasa sangat bahagia karena kebersamaan mereka membuat perasaannya semakin tumbuh.

Sore ini mereka akan bertemu di sebuah taman. Dira menunggu ragil datang, ia terbaring diantara rerumputan taman, melihat langit jingga dan burung-burung berterbangan disana. Tiba-tiba, seseorang memanggil namanya. Membuat ia dengan cepat berbalik melihat orang itu. Senyumnya mengembang, ia menyukai saat ragil memanggil namanya.

“Adira” teriak ragil sambil tersenyum, membuat dira semakin mengembangkan senyumnya pula. Ia melambaikan tangannya pada ragil.

“tumben kamu lama” kata dira.

“maaf ya, ini aku beli ini dulu tadi” ragil menunjukan sepasang gelang berwarna hitam.

“gelang, buat apa?” 

“Buat kita, aku sengaja beli biar kita pake gelan samaan” ragil memasangkan gelang itu ke tangannya, lalu beralih memasangkannya ke tangan dira.

Ah iya, entah sejak kapan bahasa mereka berubah menjadi aku-kamu. Yang pasti diantara keduanya telah memakai kata itu saat dirasa mereka cukup dekat dan sering menghabiskan waktu bersama. Ragil tentu sangat senang karena ada peningkatan diantara hubungan mereka. dan ragil rasa dira memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Ragil tidak ingin membuang kesempatan jni sia-sia. Ia akan menjadikan dira miliknya malam ini.

“hahaha” dira tertawa.

“Ko ketawa, jelek ya gelangnya?”

“Bukan gitu”

“terus kenapa ketawa?”

“Ya lucu aja, kamu ko bisa kepikiran buat punya gelang couple”

“ah itu, emmm ...” ragil menggaruk pelipisnya.

“Aku pengen aja punya barang yang sama, sama kamu” lanjutnya.

Dira hanya tersenyum, mereka terdiam beberapa saat sambik melihat pemandangan di depan mereka, sampai pada akhirnya dira berucap, “aku suka kok” kata dira tanpa memalingkan pandangannya ke arah ragil. Ragil yang mendengar itu pun langsung menolehkan kepalanya pada dira. Jantungnya berdebar sangat kencang.

“suka apa?” ucao ragil penasaran. Dira yang mendengar nada penasaran ragil pun langsung mengarahkan pandangannya pada ragil.

“Suka ...” dira dan ragil saling berpandangan.

“suka.. apa?” ragil merasa gugup. Dira berniat menggoda ragil dengan sedikit mendekatkan kepalanya pada ragil. Kini, jarak diantara mereka hanya tinggal sejengkal. Membuat perasaan diantara keduanya berdebar satu sama lain. Entah apa yang dira pikirkan, namun ia menjadi gugup, niatnya menggoda ragil jadi tidak terlaksana. Dengan jarak sedekat ini, mereka dapat melihat satu sama lain dengan jelas, ragil melihat inci demi inci pahatan indah di depannya ini. Kini ia dapat mengontrol dirinya dan balik menggoda dira.

“Suka apa hah?” ragil lebih mendekatkan kepalanya lagi supaya jarak diantara mereka semakin dekat. Dapat di pastikan deru nafas diantara keduanya terdengar satu sama lain. Dira merasa keadaan ini tidak sehat untuk jantungnya segera memalingkan wajahnya.

“E-e ya- ya ini” dira merapikan rambutnya, bicaranya terlihat sangat gugup, bisa di pastikan dira sedang merasa malu saat ini.

“apa?” ucap ragil sambil tersenyum.

“y-ya .. ya ini, gelang nya, aku suka gelangnya” nada bicara dira terlihat kesal. Sialan pikirnya, niat ingin menggoda ragil dan membuatnya malu justru berbalik pada dirinya sendiri.

“oooh kirain suka apa” sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

“Emang kamu pikir aku apa?” ucap dira kesal.

“suka aku” ragil berucap dengan entengnya, entah kenapa, perasaanya sediki demi sedikit mulai tertuangkan secara nyata. Ia melihat dira lagi.

Dira yang mendengar itupun lantas kembali menatap ragil, dilihat, ragil juga sudah mentapnya lama.

“hah? Apaan, aku suka gelangnya. Kamu apaansih” dira berpura-pura mengalihkan perhatian.

“HA HA HA HA” Ragil tertawa.

“ish nyebelin” dira merasa kesal.

“Malu yaaaa... Itu pipinya merah HA HA HA” 

“Apaan sih ragil aaaaaaaa nyebelin-nyebelin” dira memukul-mukul ragil.

“aw aw sakit-sakit, ampuun” dira tetap memukuli ragil, melihat dira yang tidak berhenti memukuli ragil, lantas membuat ragil segera memegang tangan dira dan berkata, “dir, nanti jam 9, aku jemput kamu di rumah”

“tapi, aku kan kerja”

“Tenang aja, aku bakal minta izin ke bang panji, kita udah kenal deket ko, dia pasti ngizinin”

“oke” dira tersenyum.

Melihat tangan ragil yang masih memegang tangan dira, lantas membuat dira segera melepaskan diri. Keadaan sedikit canggung saat ini.

“Eh sorry” ragil merasa tidak enak.

“Gapapa” ucap dira.

“Yaudah, makasih ya gelangnya” ragil yang mendengar itu hanya mengangguk lalu tersenyum.

“Nanti dandan yang cantik ya”

“Pfftt, emang kenapa sih, selama ini kalo kita jalan, aku kurang ok ya penampilan nya”

“bukan gitu adira asmaraloka, kamu selalu terlihat cantik bagi aku” dira merasa senang dan menyukai saat ragil memanggil nama lengkapnya. Ada desiran hangat pada jantungnya.

“terus kenapa?”

“Ada sesuatu yang mau aku omongin” ucapnya. Dira merasa tidak karuan, jantungnya berdebar lagi, lagi dan lagi. Dan semua ini karena ragil.

Setelah mendapat izin dari bang Panji, ragil langsung bergegas menuju rumah dira malam ini. Ia terlihat sangat rapih malam ini, rambutnya di jambul tidak seperti biasanya. 

“permisi” ucap ragil.

“eh nak ragil” nampak galih yang datang membukakan pintu.

“masuk-masuk nak”

“iya om”

“aduh-aduh, sudah rapih sekali mau pada kemana ini?” dengan nada menggoda, galih bertanya.

“saya mau minta izin om, mau bawa dira jalan keluar. Tadi juga saya udah izin sama bang panji supaya adira gak masuk kerja malam ini”

“ooh iya-iya dira udah bilang itu tadi. Tapi hati-hati ya nak ragil, di jaga anak bapak, jangan sampai kenapa-kenapa. Terus juga, pulang nya jangan terlalu larut ya”

“siap om, makasih ya om, udah izinin saya”

“sama-sama”

Tak lama dari itu, tiba-tiba dira datang dari arah kamar nya. Ragil yang melihat itu pun tidak berkutik sedikit pun, dira benar-benar sempurna malam ini. Ia memakai gaun berwarna hitam dengan sedikit motif bunga di bagian perut. Rambutnya di biarkan terurai, serta tidak lupa hiasan jepit rambut di bagian kiri yang membuat nya terlihat elegant. Make up yang ia gunakan sedikit lebih berani dari biasanya, terlihat sangat cantik dan berbeda. Ragil sangat amat mengagumi ciptaan tuhan yang satu ini.

“e-eh so-sory lama” dira yang di tatap seperti itu lantas merasa sangat gugup.

“its ok” ragil memalingkan pandangannya, ia juga sedikit merasa malu karena ketahuan sedang menatap dira amat sangat.

“yaudah pak, dira berangkat dulu ya”

“Iya hati-hati nak”

“om saya izin ya” kata ragil sambil bersalaman pada galih.

“iya, saya titip dira ya nak ragil”

“Pasti om”

Kali ini ragil membawa mobil, iya tidak ingin merusak pakaian dan rambut dira karena angin. Ragil membukakan pintunya untuk dira.

“Silahkan masuk tuan Puteri” dengan gaya khas pangeran 

“Haha” dira tertawa kecil.

Setelah melewati perjalanan dengan saling canggung, namun menyenangkan. Kini mereka telah tiba di sebuah restoran yang cukup mewah. Ragil ingin membuat malam ini istimewa. Ia berencana setelah makan malam ini selesai, ia akan mengungkapkan perasaannya pada dira.

“kamu serius ngajak aku ke tempat kaya gini?”

“iya”

Dira hanya melongo, ia tidak menyangka akan di bawa ke tempat mewah seperti saat ini. 

“Disini pasti mahal gil, ayo kita ganti tempat aja”

“Dir, its ok, ayok” ragil memberikan uluran tangannya agar mereka bisa bergandengan tangan. Awalnya dira ragu, namun melihat sorot mata ragil, ia lantas menerima uluran tangan itu.

“ok”

Kini, mereka duduk di bangku paling pojok sebelah kanan. Suasana restoran ini sangat romantis untuk pasangan. Ragil sengaja memilih tempat ini karena suasana romantis ini mungkin bisa membantu ia untuk melancarkan niatnya.

Di tengah Dinner mereka, ragil merasa resah. Akankah dia mengungkapkan perasaannya sekarang?. Akankah dira menerima cintanya?. Apakah tidak akan ada penolakan malam ini?. Aarrrgghh ragil sangat over thinking. Namun, ia tidak ingin membiarkan kesempatan ini terbuang sia-sia.

“adira” panggil ragil.

“Hmm?” dira yang tengah memakan makanannya kini beralih menatap ragil.

“aku mau ngomong sesuatu sama kamu” kini ragil sudah membuang keraguannya dan menepis pikiran-pikiran yang ada di otaknya. 

“a-apa?” dira mulai resah.

“Ekhem” ragil berdeham untuk agar ia merasa rileks.

“dari awal kita etemu tiga setengah tahun yang lalu, saat itu aku melihat kamu berbeda. Maksud dari berbeda ini, kamu wanita unik. Kamu benci menangis, kamu suka menolong siapa saja tanpa ingin orang lain tahu kebaikan kamu, kamu yang selalu ingin terlihat kuat dimata manusia lain, kamu yang jarang memperlihatkan ke eksistensian kamu di dunia maya, kamu yang pekerja keras, kamu yang jarang tersenyum, dan kamu yang apa adanya, aku mulai menyukai semuanya.”

“entah kamu merasa juga perubahan dalam diri kamu atau enggak, aku gak tahu. Yang jelas, aku selalu perhatiin kamu. Beberapa bulan terakhir ini, entah kenapa kamu jadi banyak senyum. Itu buat aku makin jatuh sama pesona kamu. Ditambah lagi, kadang senyum di wajah kamu itu aku yang ciptain, serasa bahagia banget rasanya. Kamu juga terlihat ramah sama siapapun akhir-akhir ini. Tapi, terlepas perubahannya di diri kamu saat ini ada atau enggak, itu gak sama sekli merubah perasaan aku ke kamu. Aku tetep kagum, terpesona, dan jauh cinta sama kamu setiap hari”

Dira yang mendengar itu merasakan sesuatu berdetak sangat kencang di dalam sana (hatinya) ia tidak menyangka, selama ini ada orang yang tulus mencintainya dalam diam.

“dan juga, kadang hati aku sedikit nyeri saat awal tahun ke dua kita di kampus, kamu deket sama cowok lain. Sejak saat itu, aku jadi tahu yang namanya cemburu. Tapi sekali lagi, terlepas dari itu semua, gak ada sedikitpun perasaan aku sama kamu mengurang, bahkan semakin bertambah saat kita semakin dekat akhir-akhir ini”

Ragil ingin menuangkan semuanya, rasa yang ia pendam selama ini kepada dira. Apa yang ia rasakan, cemburu dan kekagumannya, ragil ingin dira tahu.

“ya meskipun mungkin Cuma aku yang merasa kita deket akhir-akhir ini. Kebersamaan kita, sengaja atau enggak saat kita berpegangan tangan, senyum kamu juga, entah kenapa membuat aku semakin resah. Hingga akhirnya, saat - saat seperti ini terjadi. Kini, disini, aku mau bilang sama kamu, aku mau mengungkapkan apa yang selama ini aku rasain ke kamu, mungkin ini mendadak buat kamu tapi, aku benar-benar gak bisa nahan lagi. Aku cinta sama kamu, Adira Asmaraloka”

Lega, lepas, perasaan yang kian tahun kian menumpuk akhirnya tertuangkan juga malam ini. Ia tidak berharap banyak, hanya ingin dira tahu perasaan nya saja. Jika memungkinkan dira menerima perasaannya ini, itu adalah sebuah keberuntungan terbesar dalam hidupnya. 

Dira yang mendengar itupun hanya berkaca-kaca.

“ekhem” dira berdeham sambil mengusap air matanya agar tidak jatuh, ia benci menangis. Ia tidak ingin suasana ini rusak hanya karena ia menangis.

“gil, jujur aja, saat kamu ngomong tadi, aku benar-benar gak nyangka bahwa kamu ternyata suka aku dari lama. Aku, jujur, pada akhir-akhir ini, kebersamaannya kita, canda tawa kita, dan semua hal yang kita lewati bareng-bareng buat aku bahagia. Hingga pada suatu hari saat itu, ku pikir aku mulai tertarik sama kamu. Aku ngerasa nyaman dan terlindungi saat sama kamu. Aku merasa jadi diri aku sendiri sejak kita sama-sama. Dan ... Mungkin, aku juga jatuh cinta sama kamu”

Mereka saling bertatapan, kebahagiaan terpancar dari mata mereka satu sama lain.

“adira, ini aku dengan sekurang-kurangnya nya aku. Jadi, apa kamu mau nerima perasaan aku?” harap-harap cemas ragil berucap

“Ini aku, juga dengan sekurang-kurangnya aku, dengan kurang ajar menerima perasaan kamu dengan sepenuh hati, Ragil Arkananta”

Ragil yang mendengar itu pun lantas lansung menggenggam tangan dira. Ia memejamkan matanya, lagi-lagi ia sangat suka sensasu phospen karena disana ada dira dan senyumannya. Kini, dira terpangpang jelas di hadapannya, dan dia miliknya saat ini.

“Aku mencintaimu, Adira Asmaraloka”

“Aku juga mencintaimu, Ragil arkananta”

Ragil berdiri dan menghapiri dira untuk memeluknya. Ini, pelukan pertamanya pada seorang wanita setelah ibu nya. Ragil benar-benar sangat bahagia malam ini. Dira balas memeluk ragil, ia juga sangat bahagia malam ini.

Orang-orang yang melihat mereka berpelukan pun lantas merasa keheranan. Namun tiba-tiba ada yang bersorak untuk ragil dan dira, lantas semua yang ada di restoran itu bertepuk tangan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status