Share

Phospene 5

​Bab 5

Jatuh cinta ialah paket yang saling melengkapi. Luka adalah resiko, dan bahagia adalah pemanis skenario.

Setelah malam itu, dimana dira dan ragil telah saling mengungkapkan perasaan masing-masing, kini mereka sudah resmi menjalin sebuah hubungan sudah hampir 6 bulan. Pahit manis cinta mereka jalani dengan tenang dan tak satupun saling meninggalkan. 

Semester 4 sudah tiba, hanya tinggal satu bulan lagi mereka akan lulus wisuda. Ragil tentu saja akan menjalankan bisnis perusahaan keluarga. Dan dira, ia telah di butuhkan oleh sebuah perusahaan dimana itu masih berkaitan dengan cabang perusahaan ragil. Hanya tinggal menunggu mereka lulus untuk menjalani kehidupan baru tersebut.

“Pacar aku lagi ngapain?” ragil terlihat berbisik dari belakang, membuat dira merasa kaget.

“Ih, ragil ... Kaget tahu” dira memanyunkan bibirnya.

“lagi baca apaan sih? Kaya nya fokus amat”

“ini, aku lagi iseng aja baca novel”

“Oooh”

“emm.. soal kemarin, aku mau minta maaf sekali lagi”

Kemarin ragil terlewat cemburu karena ia fikir, dira dan ari ada kedekatan. Terlihat ari yang sedang menalikan tali sepatu dira yang lepas. Dira berniat ingin menalikannya sendiri, namun ari dengan sigap mencegahnya dan menalikan tali tersebut. Tak sengaja, ragil yang melihat itupun langsung melewati mereka berdua tanpa sepatah kata pun. Dira yang melihat itu langsung mengejar ragil dan menjelaskan apa yang terjadi. Ragil mulai melunak dan ia pikir, ia tidak berfikir macam-macam pada dira saat itu. Mereka pun akhirnya baik-baik saja.

“gapapa, aku Cuma pengen kamu lebih percaya aku” kata dira.

“maaf, udah salah paham”

“Gapapa” dira pun ttersenyum. Ragil yang melihat itupun lantas langsung memeluk dira.

Setelah mereka bercengkrama, dira pergi ke sebuah mall untuk membeli baju yang akan ia gunakan untuk berkerja di sebuah perusahaan yang akan ia tempati nanti setelah lulus. Saat dira sedang melihat-lihat baju yang sekiranya akan cocok untuknya, ari datang dari belakang sambil menepuk pundak dira.

Ah iya sekedar info, sebenarnya dira tidak tahu bahwa orang yang menemuinya waktu itu adalah utusan ragil. Ragil adalah calon CEO di sebuah perusahaan mama nya, tak hanya toko roti, mama ragil juga seorang pemilik perusahaan makanan yang telah bekerja dengan kolega luar negri dan memiliki saham paling banyak. Ia memerintahkan seseorang untuk menawarkan pekerjaan pada dira sebagai seorang karyawan pemegang keuangan, sesuai dengan jurusan yang dira ambil di kampus. Namun tentu saja itu akan di tolak oleh dira jika ia tahu kalau ragil lah yang menyuruh orang untuk bekerja di sana. Untuk itu, ia sengaja menyembunyikan hal ini dari dira.

“oi cewek nutrijell”

“ASTAGA” dira langsung terkaget.

“ari, lo ngaget gue aja”

“ciee lagi belanja baju buat kerja ciee, dah dapet kerja nih sebelum lulus, hebat bener”

“Ish gausah berisik deh” dengan nada sebal, dira memilih-milih baju lagi.

“Eh, abis ini ikut gue yuk” ari berucap sambil terus memperhatikan dira.

“enggak ah, gue juga belum selesai ini”

“dih, lo gak inget apah dulu waktu lo di kejar-kejar sama si aksa gue yang bantu lo nolongin. Sebagai gantinya lo anter gue beli kado, tapi gak ada tuh sampe sekarang”

“kalo gak niat hutang budi gausah nawarin apa-apa” lanjutnya. Dira yang mendengar itupun langsung teringat dengan hal itu. Astaga, bagaimana bisa ia lupa akan janji yang ia buat.

“yaudah ok, tapi gue belum selesai nih”

“its ok, gue tungguin, no problem”

Setelah menemukan baju yang cocok, dira lantas membawa baju tersebut ke kasir untuk membayarnya. Setelah itu, ari langsung menarik tangan dira dan membawanya pergi, namun dira menahannya.

“ari ...” dira sedikit berteriak namun ari tetap menarik tangannya dengan cepat.

“ARIES RIMBAWA” setelah berteriak cukup keras dan berhasil menyita perhatian orang-orang di sekitar, ari lantas berhenti dan berbalik.

“Kenapa?” ari nampak kebingungan.

“Lepasin tangan gue” pintanya.

Ari yang melihat tangannya memegang tangan dira lantas reflek langsung melepaskannya.

“oh, sorry, gue gak sengaja” dira hanya terdiam.

“gue tahu, lo udah jadi milik ragil, gue gak akan lupa satu hal itu”

“bagus kalo lo paham” dira pun langsung mendahului ari dan meninggalkan nya di belakang.

“Woi, tungguin gue, emang lo tahu gue bakal ajal lo kemana?”

Dira yang mendengar itupun lantas menutupi kupingnya dengan tangan, ari yang melihat dira seperti tengah meledeknya lantas hanya tersenyum.

Dan disini lah mereka, di sebuah bioskop, menonton film bersama. Ari yang melihat dira tengah memainkan ponselnya lantas paham bahwa dira pasti tengah memberitahu ragil bahwa mereka tengah bersama.

“Kabar kabar kabar” ari meledek.

Dira langsung melihat sinis ke arah ari, membuat ari gemas akan tingkahnya.

“iya iya, biar gak salah paham, ngerti gue”

“bagus lah” kemudian dira segera meletakan ponselnya ke dalam tas dan fokus menonton film tersebut.

Di tengah-tengah flm di mulai, ari lantas menoleh ke arah dira dan berkata.

“dira, apa boleh kalo gue rebut lo dari ragil?” tatapannya sangat serius, membuat dira sedikit gugup.

“apa-apaan sih lo, ngawur aja” dira masih menganggap bahwa ari tengah becanda sekarang ini.

“gue serius” sungguhnya.

Dira yang melihat itupun menatap balik ari, ia akui, ari memang tampan dan sangat berkharisma. Ia juga sangat baik padanya. Namun semua itu tidak akan membuat Dira berpaling dari ragil. Ia jelas akan memilih ragil.

“gak bisa” dira berucap dengan tegas, sorot matanya sangat tajam dan ia juga terlihat serius. Ari hanya menghela napas dan menyunggingkan senyumnya.

Setelah selesai menonton film, keadaan diantara keduanya nampak terlihat canggung. Sampai pada akhirnya dira berbicara.

“Jadi, hutang gue lunas ya”

‘heuh, ok”

“yaudah gue pulang duluan”

“Gue anter”

“Gausah, gue duluan, bye”

Baru beberapa langkah dira berjalan, ari tiba-tiba berteriak.

“DIRA, SOAL YANG TADI, GUE SERIUS”

Dira langsung menghentikan langkahnya.

“Gue percaya, kalo jodoh itu di tangan Tuhan. Mau gimana pun lo dan ragil ingin terus bersama, kalo lo jodoh gue, Ragil bisa apa?”

Dira memejamkan matanya, ia terdiam sebentar dan melanjutkan langkah kakinya untuk pergi.

Setelah kerjadian itu beberapa bulan yang lalu, dira terlihat menghindari ari. Ah iya, kini dira sudah bekerja di sebuah perusahaan yang sudah menunggunya beberapa bulan sebelum pelulusan. Kini, ia adalah seorang karyawan.

Hari-hari berlalu, dira sangat menikmati pekerjaan ini, sangat cocok dengan keahliannya dalam memanag keuangan. Hingga satu waktu tiba, dimana ia merasakan kekecewaan atas seseorang.

“adira, tolong antarkan berkas ini ke ruangan CEO”

“baik pak”

Dira pun langsung menuju ruangan CEO, ini pertama kalinya ia memasuki ruangan itu setelah 2 bulan.

​Tok tok tok

“masuk” Dira yang tidak tahu bahwa ragil lah yang ada di ruangan itu pun lantas shock. 

“ragil?”

Ragil yang tengah Menulis sesuatu lantas menghentikan aktivitasnya.

“Dira?”

“J-jadi, kamu CEO nya?”

“dir ...” ragil mulai cemas.

“k-kamu ta-tahu aku disini selama ini?”

Ragil hanya diam, ia menunduk, seharusnya ia memberitahukan hal ini dari awal.

“oh jangan-jangan, kamu yang nyuruh orang buat nyuruh aku kerja disini?”

“JAWAB GIL” dira mulai hilang kendali.

“Sorry bukan aku gamau bilang, aku cum—“ omongan ragil pun langsung di potong oleh dira.

“CUMA APA? CUMA KASIHAN?”

“gak gitu dir, kamu dengerin aku dulu” pinta Ragil 

“Kamu pikir dengan cara kamu ngelakuin ini ke aku, aku bakal seneng? Gak gil. Ini tandanya kamu ngeraguin kemampuan aku. Aku pengen di terima di sebuah perusahaan karena emang skill aku itu bagus, aku bisa. Bukan karena kamu pacar aku. Ini jelas ngerendahin aku banget”

“Dir..?”

“makasih atas bantuannya, saya keluar”

Dira pun pergi dengan perasaan marah, langkahnya terburu-buru. Ragil langsung mengerjarnya.

“DIRA BERENTI!” habis sudah kesabaran ragil.

“APALAGI?” dira juga berteriak. Ragil mengusap wajahnya dan menyeret paksa dira ke rooftop kantor.

“LEPAS!” dira melepaskan tangannya dari ragil.

“APA GIL? KAMU UDAH BIKIN AKU KECEWA TAHU GAK!”

“GAK ADA MAKSUD AKU BUAT NGERENDAHIN KAMU ATAU MERAGUKAN KEMAMPUAN KAMU, AKU MAU KAMU KERJA DISINI JUGA BIAR AKU BISA LOAT KAMU TIAP HARI, KIBA BAKAL SAMA-SAMA” teriak ragil.

“TAPI GIL ... DENGAN CARA KAMU BEGITU AKU NGERASA DI RENDAHIN, AKU MERASA KEMAMPUAN AKU GAK ADA ARTINYA. CARA KAMU SALAH DARI AWAL KENAPA GAK BILANG SAMA AKU”

Dira menangis, ia benci ini, entah harus bagaimana lagi agar air matanya tidak keluar namun justru terus semakin deras. Tindakan Ragil sangat melukai hatinya. 

“COBA AJA KAMU NGOMONG DARI AWAL GIL, KAMU HARGAIN AKU”

“KARENA AKU TAHU KAMU BAKAL NOLAK!” teriak ragil.

“KALO KAMU TAHU AKU BAKAL NOLAK, KAMU GAK BAKAL LAKUIN INI. PERTENGKARAN INI GAK BAKAL TERJADI”

“AKU RASA UDAH GIL, MASALAH INI MUNGKIN SEPELE BUAT KAMU, TAPI ENGGAK BUAT AKU. KITA UDAHAN AJA” Dira pun pergi dari rooftop meninggalkan ragil.

“DIR ... DIRA ... ADIRA...” ragil berteriak, ia sangat menyesali apa yang terjadi.

Sebenarnya masalah seperti ini seharusnya bisa di selesaikan dengan baik-baik. Namun, dira terlanjur kecewa. Ia pikir, bukan tentang dengan siapa atau bagaiaman cara ragil memberinya sesuatu yang justru itu dapat membantu mempermudah hidupnya. Tapi ini soal harga diri, dira sangat menjunjung harga dirinya. Semua yang ia dapatkan dari cara ragil tentu saja bertentangan dengan prinsip hidupnya. Ia ingin berhasil dengan kemampuannya sendiri, berdiri dengan kakinya sendiri, dan berhasil karena dirinya memang mampu. Hal sepele bagi orang lain mungkin tidak sepele bagi dira. Ini sungguh melukai hatinya.

Ragil berusaha dengan keras membujuk dira kembali, memikirkan sekali lagi keputusannya dengan kepala dingin. Namun hati dira sudah keras. Ia semakin membuat ragil hampir mati karena sikapnya, ditambah dira dan ari semakin dekat.

Kini hubungan dira dan ragil semakin buruk, tidak ada sapaan, hanya hindar yang tersisa. Dira semakin dekat dengan ari, dan ragil terus berusaha membuat dira kembali namun kecewa sudah terlanjur menyelimuti hubungan mereka.

Kini, tahun berganti, surat undangan datang pada Ragil. Tertulis sebuah nama seseorang yang ia cintai, ya, undangan itu dari dira. Ia akan segera menikah dengan ari. Ragil memejamkan mata, seperti biasa, sensasi phospene adalah sensasi kesukaannya, namun, disana sudah tidak ada lagi senyum itu. Dan bayangan dira semakin jauh. 

Tangan saya erat memegang tangan kamu. Kamu memukul tangan saya. Terasa tidak sakit sama sekali. Tangan saya tetap memegang tangan kamu.

Tangan saya erat memegang tangan kamu. Kamu menemukan sebatang lidi. Kamu pukul pada tangan saya. Terasa sedikit sakit. Tangan saya tetap memegang tangan kamu.

Lalu, kamu menemukan sebuah tongkat. Kamu pukulkan pada tangan saya. Terasa sakit. Tangan saya tetap memegang tangan kamu.

Lagi, kamu menemukan sebuah pisau. Kamu tancapkan pada tangan saya. Terasa sakit sekali. Darahpun keluar tiada henti. Walaupun begitu Tangan saya tetep memegang tangan kamu.

Akhirnya kamu menemukan sebuah tangan. Lalu menggenggamnya. Tapi kali ini, tangan saya melepaskan tangan kamu.

           Tamat

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status