Share

PHOSPENE
PHOSPENE
Penulis: faishaal

Phospene 1

BAB 1 

Setiap malam tiba, aku hanya terdiam, terpaku, melihat keheningan malam yang ketika kusadar tahun sudah berputar, bertambah satu dan ternyata kamu masih menjadi tema yang tak kunjung pudar untuk ku ceritakan.

Namanya Ragil Arkananta, untuk ukuran seorang pria dia termasuk unik, ia suka hal-hal yang berbau tentang puisi, dan dunia literasi. Malam ini, diksinya lagi-lagi hanya tentang dan untuk satu orang yang telah lama mengisi fikirannya. Gadis dengan rambut sebahu bernama Adira Asmaraloka telah berhasil mencuri perhatiannya sejak awal ospek kuliah, tepatnya 3 tahun yang lalu.

BRUKKK..... “Aduuhhhhh” terdengar suara rintihan kesakitan dari luar kamar ragil, ia langsung menghampiri arah suara itu.

“mamah, kenapa bisa jatuh gini astaga”

“aduuhhh gil, mamah kesandung meja ni bantuin mamah berdiri coba”

“ada-ada aja, kirain kenapa”, ragil pun membantu mamahnya berdiri sembari mendudukannya di kursi meja makan.

“ya mamah galiat makanya jatuh, ambilin hot krim mamah di laci depan tv, cepetan”

“Iya-iya, bentar mah”

“aduuhhhhhh” 

Ragil pun langsung ngacir dan mengambil hot krim yang mamahnya bilang tadi. Dan tidak lama, ragil langsung memberikan hot krim itu ke mamah nya.Ah iya, nama mamah Ragil adalah Rosita. Dia seorang ibu tunggal yang membesarkan ragil seorang diri. Walau begitu, rosita tidak pernah lelah membesarkan anaknya. Ia tetap berusaha untuk menghidupi keluarga kecilnya. Dan finally, untuk ukuran wanita sigle perent berusia 49 tahun itu, ia terbilang sukses dalam karier nya mengelola toko roti pribadinya. Ia mempunyai banyak cabang di berbagai kota dan juga mempunyai banyak pegawai.

“huuffff agak enakan sekarang” ucap bu rosita.

“gil, ini jam 3 malem kenapa belum tidur” ucapnya lagi. Ragil tidak menyaut, ia fokus membaluri kaki rosita. Akhirnya, rosita pun menepuk bahu ragil agak keras, “aw, sakit dong mah kenapa anaknya di geplak sih?”

“lagian orang tua nanya gak di jawab, kenapa balum tidur ini udah jam 3 pagi, besok kan kuliah”

“ragil lagi gabisa tidur aja mah, gatau kenapa”

“Yaudah, sekarang tidur bentar, nanti mamah bangunin. Inget! Pola tidur dijaga. Jangan begadang”

“Iya mamah sayang”. Setelah selesai mengolesi kaki mamanya, ragil langsung berdiri dan masuk ke kamarnya untuk tidur.

“mah, ragil tidur duluan ya, mamah jangan capek-capek”

“iya sana”

Ragil pun bergegas ke kamarnya dan tidur supaya tetap fresh saat besok kuliah.

Keesokan harinya...

Terlihat seorang mahasiswi tengah membaca buku diruangan kelas yang kosong. Disaat siswa siswi lain ke kantin saat jam istirahat, ia lebih suka membaca buku di kelas atau pergi ke perpustakaan untuk menghabiskan waktu. Namanya Adira Asmaraloka. Gadis kalem, pintar, manis dan tentu saja wanita kuat itu tengah terlarut dalam buku yang ia baca. Orang-orang biasa menyebutnya Dira, banyak yang iri sekaligus kagum padanya karena kepintaran dan keberaniannya melawan tree masketir yang merupakan siswi paling populer beranggotakan tiga orang bernama titha, arumi, dan yumi. Mereka selalu menggagu dira karena iri bahwa orang yang dicintai titha tenyata tertarik pada dira, ya, dia adalah Aksara Aditama. Bahkan orang bruntal, bengis dan kasar seperti Aries Rimbawan pun tertarik dengan adira. Entah apa yang istimewa dari gadis ini. Di mata titha, adira hanyalah gadis miskin yang sok menjunjung tinggi nilai harga dirinya hanya untuk terlihat keren saja. Tihta sangat membencinya, melihatnya saja bisa membuat titha naik darah dan emosi.

BRAAKKKKKK...

Tiba-tiba Titha datang dan langsung menggebrak meja dengan keras, membuat dira melonjak kaget, namun ia segera menormalkan keterkejutannya 

“HEH kutu buku, beliin gue minuman gih!” ucapnya terlihat sangat menyebalkan di mata dira. Namun, dira hanya melirik sekilas lalu kembali membaca bukunya.

“woi, lo budek ya?” ucap Arumi sambil memangku tangan

“HEH! LO DENGER GAK SI TITHA NGOMONG APA?” kata yumi sambil mendorong bahu dira hingga ia hampir terjatuh kebelakang namun berhasil ia tahan. Dira pun berdiri, dia sudah muak, mengapa mereka selalu menggangunya. Menyebalkan!. 

“iya denger terus kenapa?” Ucap dira santai, terlihat sangat tenang walau dihatinya ia sangat ingin marah. Namun sekuat mungkin menahan emosinya supaya tidak memperburuk keadaan.

“buset, songong lo ga ada abisnya ya?” Kata yumi

“titha punya kaki yang masih sehat buat jalan, dia juga kaya, punya banyak uang, dan yang paling penting, dia punya kalian berdua sebagai babunya” ucap dira terdengar sarkas. Tentu saja itu membuat emosi yumi memuncak dan menjambak rambut dira. “Apa lo bilang? Dasar cewek gatau diri”. Titha menghentikan, iya menampilkan senyum liciknya dan berkata “lepasin dia yum”

“Tapi ta, dia songong banget” 

“GUE BILANG LEPASIN YUM!” ucap titha berteriak kencang 

“lepasin aja dulu yum” kata arumi. Yumi pun melepaskan cengkraman tangannya yang tadi menjambak dira. 

“kenapa sih ta?, Gue lagi kesel sama dia” 

“tenang aja yum, gue punya ide buat dia nurunin keangkuhannya tanpa kita harus kotorin tangan kita, karena gak cocok tangan wangi, mulus, dan lembut punya kita megang kuman kaya dia”

“gue tau lo emang punya karakter keren, tapi tunggu saatnya gue bisa bikin lo ancur, dan gue harap lo mohon-mohon sama gue buat bantu lo” kata titha lagi dan langsung pergi dengan senyum licik yang terlihat di bibirnya. Dira tau, titha sedang merencanakan sesuatu. 

“Hiksss hikssss” terdengar suara rintih tangis seseorang di rooftop kampus, ya, dia adalah dira. Ia tengah menangis sekarang, rasanya lelah dan entah sampai kapan beban-beban di pundaknya itu akan hilang. Ia sudah menduga, bahwa thita pasti akan merencanakan sesuatu, dan terbukti ternyata dia mengambil kalung yang sangat berharga baginya. Kalung pemberian ibu dira yang sudah meninggal itu di ambil paksa secara tiba-tiba oleh titha and the genk saat dira lengah sewaktu berjalan menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil.

Plasback on 

“TITHA! KEMBALIIN KALUNG GUE! LO APA-APAAN SIH GALUCU TAHU NGAK!” Ucap dira berteriak namun tidak di hiraukan oleh titha. 

“Lo mau ini?” titha berucap sambil menenteng kalung milik dira 

“Kembaliin ta, itu satu-satu nya barang berharga yang gue punya”

“ups gue gapeduli” titha berniat ingin membuang kalung tersebut ke dalam kolam ikan yang ada di dekat taman kampus. Dira pun segera berlari namun dengan cepat yumi dan arumi mencekal tangannya.

“gue bakal kembaliin dan gue gabakal buang barang rongsokan ini tenang aja, tapi...“

“kembaliin ta! Apapun asal jangan kalung itu” ucap dira memotong perkataan titha

“oke gue bakal kembaliin...” titha terdiam sambil menatap dira dengan penuh kebencian lalu melanjutkan kata-katanya, “asal lo cium dulu kaki gue! Gimana, apa lo bersedia Adira Asmaraloka?”.

Dira terdiam, dia tidak menangis, tatapannya kosong, dan dengan susah payah lengannya terlepas dari yumi dan arumi, lalu ia bersujud berniat melakukan apa yang titha inginkan, mencium kakinya. Bisa bayangkan, seorang Adira Asmaraloka, gadis yang tidak pernah tunduk pada siapapun kini tidak berdaya. Ia akan melakukan apapun, asal kalung itu tidak hilang darinya. Bisa bayangkan betapa berartinya kalung pemberian mendiang ibunya tersebut bagi dirinya.

“Ayo cepetan, lemot sekali” ucap yumi.

Dengan sangat terpaksa dira melakukannnya. Tentu saja itu membuat titha merasa sangat menang sekarang. Dia lalu melempar kalung itu pada dira lalu mendekat sambil memegang pipi dira dengan kuat dan berkata “gue udah bilang, gue bakalan bikin lo mohon-mohon sama gue. Sekarang harga diri lo udah turun. Liat! Orang-orang sekarang menatap lo dengan rasa iba, kasihan dan menyedihkan. Satu hal, gue gak akan pernah kalah sama lo, dan lebih baik lo juga harusnya menjauh dari pandangan aksa. Inget, sampai kapanpun lo gak akan pernah selevel sama dia. Sadar diri lo! Ngerti?” ia melepas cengkraman tangannya dari pipi dira dan pergi dengan rasa penuh kemenangan.

Lagi,lagi dira kuat, tenang dan berusaha mengendalikan dirinya. Dia ambil kalung itu dan sesegera mungkin menghilang dari tatapan-tatapan iba itu. Dira berjalan dengan tenang menuju rooftop. Ia duduk di sebuah kursi yang sudah tersedia di roofop tersebut. Seperti basa, Dira selalu suka tempat ini. Sunyi dan menenangkan. Satu-satunya tempat dimana ia bisa menangis adalah rooftop. Namun, tanpa ia ketahui, ada mata yang selalu melihatnya, melihat rapuhnya, dan tentunya melihat ia menangis. Perlu kalian tahu bahwa dira tidak suka jika ada orang yang melihatnya menangis. Untuk itu, dia selalu bersikap tegar setiap saat.

Flashback off 

“hiiksss hiksss” sepasang mata itu tengah memperhatikannya, ia sudah sering melihat gadis ini menangis sebenarnya, dan yang ia lakukan hanya memperhatikannya tanpa berniat untuk menggangunya. Namun, kali ini ia tidak tahan lagi, ia menghampiri gadis itu dan memberikan sapu tangan padanya.

“Nih, lo jelek kalo nangis” Kata ragil, yaps, orang yang sering melihat dira menangis adalah Ragil Arkananta. Dira kaget dan langsung mengusap air matanya lalu berdiri dan menoleh ke belakang.

“lo? Sejak kapan disini?”

“sekitar satu jam yang lalu” kata ragil

“O-oh... “ dira merasa canggung dan malu sekarang, baru kali ini ada orang yang melihatnya menangis. Dira sesegera mungkin mengubah raut wajahnya dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. 

“its ok to not be okay, adira” ucap ragil. Dira pun langsung menatap wajah ragil dan berkata “Anggap aja lo galiat apa yang udah terjadi” lalu setelah itu dira bergegas untuk segera pergi dari rooftop. Setelah beberapa langkah dira pergi, ragil berkatai “gue sebenernya udah sering liat lo nangis disini”, tentu saja itu membuat langkah dira terhenti, dira benar-benar tidak suka ada orang yang melihatnya menangis. Ragil mendekat, “gue liat semuanya, sejak lama. Gue pikir orang kaya lo itu tahan banting. Soalnya gue liat lo bener-benar cuek sama sekitar. Tapi gue melupakan satu hal bahwa lo juga manusia. Bisa nangis juga”.

“Ah iya, gue punya cokelat, mau?” ragil berucap lagi sambil mengasongkan sebuah cokelat kepada dira, ia tidak tahu harus berbuat apa, laki-laki di hadapannya ini, dira tidak terlalu mengenalnya, yang dia tahu, Ragil adalahteman sekomuitas nya di BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa). Dia juga tau, ragil sangat ramah, friendly, dan juga lucu, dia selalu membuat orang-orang tertawa dan itu sudah bukan rahasia umum lagi. Dira lakukan kemudian menerima cokelat tersebut dan berkata “makasih” sambil tersenyum, dia tidak tahu apa yang harus dia katakan, rasanya sangat canggung sampai kemudian ragil berkata “hufftt cuacanya bagus ya hari ini, tapi agak sedikit suram” ucap ragil sambil menengadah ke atas langit. Dira ikut melihat ke atas dan berkata “gue fikir ini gak suram”

“Ah masasih? Liat lagi baik-baik coba, agak suram tahu, soalnya langit juga ikutan sedih karena cewek semanis lo sedih. Coba kalo lo senyum, langit pasti makin makin makin cerah”

“Isshhh...” Dira tersenyum dan mulai memakan cokelat yang tadi ragil berikan.

“lo tau gak? Cokelat katanya bisa bikin suasana hati kita semakin membaik tahu”

“Kaya pernah denger”

“nah kan. Coba rasain sekarang sensasinya”

Dira kemudian mulai mencoba merasakan efek dari sebuah cokelat, dan menurut nya tidak terlalu meleset, cokelat memang membuat suasana hatinya menjadi baik. Dia tersenyum.

“tuh kan senyum, semesta bakal lebih indah kalo kita isi dengan senyuman”. Ragil merasa bahagia karena ia bisa membuat dira tersenyum. Gadis yang ia kagumi ini benar-benar gadis unik. Dia sangat hebat menutupi robek lukanya dari dunia dan memilih melupakan semuanya dengan menangis, sendirian, tidak ada yang tahu, ya, kecuali ragil mungkin. Ia bertekad akan membuat dirinya lebih dekat dengan adira, mengetahui apa yang tidak dan ia sukai di dunia ini.

“ah iya, kita sekomunitas kan? Ya walaupun ga terlalu kenal-kenal banget tapi tahu lah. Lo orang nya kaya dont give a shit ya, eh sorry bukan gitu sih, lebih tepatnya gue tahu lo itu orangnya cuek sama hal-hal yang terjadi di sekitar lo, kan?. Tapi setelah gue sering liat lo nangis disini, gue pikir lo gak kaya yang gue kira, lo rapuh juga ternyata. Ada kalanya capek kan sama hal-hal yang terjadi dimana kita gak pernah mengharapkan kejadian-kejadian itu di kehidupan kita”.

Dira hanya terdiam lalu setelah itu berkata, “lo bilang gue udah sering nangis kan?”

“iya, sorry-sorry tapi itu gak sengaja. Soalnya gue juga suka diem disini dan gamau ganggu lo, gue lebih memperhatikan aja, siapa tahu lo lompat dari atas sini kan, hahaha canda”

“sejak kapan?”

“saat hujan turun, bahkan saat cuaca sangat indah sekalipun, 3 tahun yang lalu, lo menangis di tempat yang sama”

Dira menunduk dan tersenyum, “ternyata ada ya, yang liatin gue nangis sejak 3 tahun yang lalu haha. Lo tahu gak? Gue gasuka kalo ada orang yang liat gue nangis. Gue gak suka tatapan iba orang sama gue, dan gue gasuka liat orang mengasihani gue. Tapi, bener kata lo, gapapa untuk gak baik-baik aja. Gue cuma manusia biasa ternyata”.

Ragil hanya terdiam, merasakan debaran jantung nya yang semakin berdebar. Senyum itu, mampu membuat ragil rasanya ingin hidup lebih lama lagi.

“Yaudah, gue duluan ya, makasih cokelat nya gil”

“O-oh iya iya sama-sama” dira lalu pergi dari rooftop dan meninggalkan Ragil.

“ADIRA!!” ragil berteriak, sebenarnya dia ingin mengajak dira mengobrol lagi lain kali namun ia urungkan karena ia rasa, ia belum siap untuk hanya sekedar menatap lebih lama gadis itu. Bayangkan saja, hanya dengan menemani gadis ini, ragil sudah merasa sangat bahagia. Mungkin lain kali, saat ia bisa mengontrol irama jantungnya, baru ia akan mulai mencoba untuk lebih mengenal dira.

“ya?” ucap dira

“E-eh hati-hati” ucap ragil gugup

“pasti” setelah berkata seperti itu, dira sudah benar-benar pergi dari pandangan ragil. 

“Dari mana?” Terdengar nada dingin seseorang dari arah belakang dira saat ia tengah mengemas buku-buku dan akan segera pulang. Dira hanya menengok sebentar lalu melanjutkan membereskan buku tanpa menjawab pertanyaan dari orang itu.

“dari mana?” seseorang mencekal tangan dira dari belakang dan dira langsung berbalik arah menuju orang itu.

“lepas!” ucap dira tak kalah dingin

“jawab dulu pertanyaan gue, Adira Asmaraloka”

Dira langsung menepis tangan aksa, ya dia adalah Aksara Aditama, akar dari semua permasalahan dira dengan three masketeer. 

“Mau gue dari mana pun, gak ada urusannya sama lo”

“titha?” aksa langsung menebak apa yang terjadi dengan gadis ini, apalagi yang membuat hubungan dia dengan dira menjadi semakin renggang kalau bukan karena titha. Dulu, aksa dan dira sama-sama dekat. Mereka sering belajar bersama, mengerjakan tugas di luar, jalan bersama, dan banyak hal menyenangkan lainnya yang mereka lakukan bersama. Mereka sudah sama-sama nyaman satu sama lain. Namun, saat dira mengetahui hubungan aksa dengan titha dimana mereka sudah di jodohkan oleh orang tuanya, maka dari situlah dira mulai sedikit menghindar dari aksa. Di tambah, titha mengetahui jika aksa tengah dekat dengan dira membuat titha marah dan mulai mengganggu dira. Dari situlah jarak sedikit demi sedikit mulai terasa, dan dira pun telah membuang perasaannya pada aksa. Namun, aksa tetap pada pendiriannya. Karena hanya dira lah yang ia pedulikan, bukan yang lain. Walaupun aksa tahu dira sudah semakin jauh, dia tetap ingin mempertahankan kedekatannya dengan dira. Aksa percaya, rasa akan tumbuh lagi di hati dira suatu hari nanti. 

“dia bikin ulah apalagi sama lo?”

“udahlah, gausah di bahas lagi”

“bilang sama gue!”

“Lebih baik lo gusah datengin gue lagi kalo emang lo peduli sama gue”

“gue peduli, Cuma buat jauh dari lo, gue gabisa dir. Lo juga tahu itu”

“gue capek sa”

“ini gak adil! Gue dipaksa nyerah sama keadaanpun gabisa, gue tetep berjuang demi lo. Tapi lo? Lo malah membuat semuanya semakin rumit dir. Plies berjuang sama-sama, gue gamau kehilangan lo!” . Aksa bersikeras.

Kini keduanya sama-sama menbisu, mencerna apa yang telah terjadi kepada mereka selama ini. Dira pun pergi meninggalkan aksa, sedikit berlari karena aksa mengerjarnya.

DUGGGG!

Dira menabrak seseorang, dia adalah Aries Rimbawan, orang paling nyebelin yang dira kenal.

“eh maaf-maaf” dira pun langsung meminta maaf pada ari dan bergegas pergi dari kejaran aksa. Namun, ari menahannya.

“heh cewek nutrijell, kalo jalan pake mata dong”

“maaf, gue benar-benar gak sengaja” ucap dira, namun aksa keburu menemukannya

“DIR” aksa berteriak

“bisa gak? Gausah kaya anak kecil, selalu aja pergi, kita belum selesai ngomong” ucapnya lagi

“gak ada yang harus di omongin lagi sa, gue gabisa, tolong ngerti” 

“fine, kalo gitu ayo pulang, kita bicarain ini nanti”. Aksa ingin menarik dira namun dira menghindar, sorot matanya menyatakan bahwa dia tidak nyaman berada di situasi seperti ini. Ari yang mengamati pun kini mulai mengerti, ia langsung berinisiatif menyembunyikan dira di belakang punggungnya.

“Dia pulang sama gue” sahut ari, bicaranya benar-benar terlihat songong di mata aksa.

“Cih” aksa berdecih sembari memalingkan mukanya

“gausah ikut campur, dia sama gue!”

“dia gamau sama lo man, lo galiat dia udah gak nyaman?”

“Mending lo pergi!” ucap aksa

“wuihh santai men. Setau gue kalo cewek udah bilang ‘gak’ berarti udah, gausah maksa dia” ucap ari. Aksa pun langsung menatap ari dengan tatapan emosi.

“dia pulang sama gue, iyakan cewek nutrijell?” ucap ari lagi, sembari melirik ke arah dan menaikan alisnya. Dira mengangguk untuk segera mengakhiri drama ini. Terlepas ari berbicara benar dan tidaknya untuk mengantarnya pulang, itu urusan belakangan, yang penting saat ini ia terlepas dulu dari aksa.

“Dirr...” ucap aksa, kini sorot matanya mulai meneduh. Sorotan hangat yang benar-benar dira rindukan saat dulu menghabiskan waktu dengan aksa. Namun kini ia sudah membuang segala hal tentang aksa di hatinya. Waktu sudah merubah segalanya, termasuk perasaan dira untuk aksa.

“Maaf aksa” kata dira pelan. Ari pun segera membawa dira pergi dari hadapan aksa menuju tempat parkir. Namun di perjalanan dira berhenti dan melepaskan genggaman tangan ari pada lengannya.

“Makasih ari, udah nolongin gue”. Ari pun berbalik dan tersenyum, senyum yang sangat menyebalkan, pikir dira.

“dih makasih doang lo?”

“Terus gue harus gimana?” ucap dira mulai nyolot sambil memangku tangan. Ari dan dira memang selalu cekcok dan selalu memperdebatkan hal kecil. Semua bermula saat dira sedang memakan agar nutrijell yang ia buat dari rumah sebagai bekal supaya menghemat uang jajan. Namun saat dira memakannya di kantin, nutrijell nya jatuh karena seseorang datang dengan segerombolan lainnya sedang bercanda hingga dorong-dorongan dan berakhir tidak sengaja menyenggol dira. Akhirnya wadah nutrijell nya jatuh sekaligus agar-agar nya. Semenjak itu, ari mengenalkan dengan sebutan cewek nutrijell.

“dih mulai nyolot ya lo, udah sukur gue tolongin”

“yaudah lo mau apa?”

“Emmmmmmmmmmm” ari mulai berfikir

“ish lama, keburu sore nih!”

“buset galak bener, sabar ngapa”

“gue harus kerja nanti malem, harus siap-siap dari sekarang”

“Yaudah gue mau lo temenin gue ke mall, gue mau beli kado buat adek gue”

“Tapi gue pulang kerja jam 10, capek lah gak ada istirahat nya masa”

“dih, emang gue mau nya sekarang? Gak kan? Geer lu”

“Ohh kirain” ucap dira berusaha menormalkan raut mukanya supaya tidak terlihat sedang merasa malu.

“yaudah, besok. Balik dari kampus lo anterin gue. Gimana?”

“Oke setuju”

“yaudah hayuk!” ari menarik dira

“E-e eh, kan besok”

“iya, terus?”

“Ya terus sekarang mau kemana?” ucap dira bingung

“Nganterin lo pulang lah, kan tadi gue udah bilang” ucap ari enteng

“hah? Serius? Gue kira tadi lo bohong Cuma biar gue lepas doag dari aksa”. Ari sedikit mendekatkan dirinya pada dira dan berkata, “cowok gantle itu cowok yang bisa megang omongannya”.

“ciee pipi lo merah, salting lo ya?”. Dira dengan cepat memalingkan wajahnya dari ari.

“Enggak, siapa bilang, geer lo”

“Yaudah ayok”

“B-boleh? Serius? Gak jadi hutang nih?”

“Iyeee cewek nutrijelllll”

“gausah panggil nutrijell-nutrijell, malu tahu”

“bodooooooo”

Mereka pun berjalan menuju parkiran sambil berdebat tentang masalah agar nutrijell, lalu setelah itu mereka pulang menuju rumah dira.

Disisi lain, ragil tengah mengerjakan tugas di sebuah kedai kopi kesukaannya. Setelah selesai, ia terdiam sebentar untuk menikmati kopi yang tadi di pesannya. Tak sengaja muncul sebuah notifikasi dari i*******m yaitu,@asmaraloka.adira memperbahui kiriman barunya di I*******m, kira-kira seperti itu notifikasinya. Ragil pun langsung segera melihatnya. Postingan dira membuat ragil tersenyum. Ragil berfikir betapa sempurnanya gadis ini di matanya. Postingan dira ternyata menampilkan dira sedang menyanyikan sebuah lagu religi dengan menggunakan jilbab. Tentu saja itu membuat ragil merasa pangling saat melihatnya karena jujur ini pertama kalinya ragil melihat dira mengenakan jilbab. Ah iya, dira jarang sekali mengapload sesuatu di i*******m. Postingannya hanya ada beberapa, itu juga foto dirinya yang sengaja di buram kan, lalu foto tangan, serta sebuah vidio hitam putih dimana ia sedang menyanyikan lagu titik balik milik virgoun tanpa menampakan wajahnya. Sekarang setelah mungkin hampir satu tahun, dira memposting dirinya tengah bernyanyi dengan menampilkan wajahnya, tidak Hitam-Putih atau buram lagi. Ragil menyukai postingan dira lalu pergi dengan senyum mengembang di bibirnya.

Ragil benar-benar bahagia melihatnya. Awalnya Ragil tidak tahu perasaan apa yang tengah ia rasakan selama ini untuk dira. Ia hanya merasa selalu ingin melihat dira, ia senang saat dira tersenyum, saat bertemu dengan dira jantungnya selalu berdebar kencang lebih dari biasanya, saat dira menangis ragil selalu khawatir, ia selalu dan ingin dekat dengan dira, namun ia belumsiap dan lebih banyak memperhatikannya saja. Mungkin benar, perasaan ini adalah perasaan cinta. 

Hari sudah sore, saat ragil keluar dari kedai ia tidak sengaja melihat dira. Mereka ternyata saling melempar pandangan satu sama lain.

“Ragil?”

“Adira? Lo ngapain disini? Mau ngopi juga ya?”

“Oh ini, emm gue kerja disini, udah hampir semingguan”

“waaahh baru tau ni, gue juga sering kesini kalo ada tugas dan ngerjain nya sambil ngopi biar melek gitu hahah tapi udah beberapa minggu gue gak kesini sih makanya gatau kalo lo ternyata kerja disini”

Dira hanya tersneyum, ragil lalu berkata, “nyanyi lo bagus” dan kemuadian dira pun dibuat salah tingkah dengan ucap ragil itu.

“o-oh itu vidio lama sih, Cuma baru gue apload sekarang”

“lain kali boleh kali request”

“Haha boleh, yaudah gue masuk dulu ya”

“iya-iya”

Ragil melihat dira masuk ke kedai kopi yang barusan ia datangi, ragil tidak menyangka ternyata semesta ingin mendekatkan ia dan dira sesegera mungkin. Dengan dira bekerja disini, ragil pasti akan lebih sering berkunjung ke sini untuk melihatnya dengan alasan tugas. Ah iya, ragil dan dira beda jurusan. Jadi Ragil fikir dira tidak akan tau kalau tugas yang ia jadikan alibi untuk berkunjung ke sini adalah untuk menemuinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status