Share

POISONED LOVE
POISONED LOVE
Penulis: Yani

Arrogant Man

“Lyra, selama dua jam nanti, jangan ada yang menggangu saya.”

Perempuan yang merasa namanya terpanggil, mendongak. Membenarkan letak kaca mata tebalnya dan memandang sang bos yang berdiri menjulang di depannya.

“Baik, Sir,” jawabnya menyanggupi. Memangnya apa lagi yang harus Lyra jawab selain kata iya. Sebagai asisten, Lyra hanya membantu masalah pekerjaan dan memenuhi permintaan sang atasan. Tidak ikut campur dengan masalah pribadi sang atasan apalagi hobi yang terbilang aneh.

“Semua telepon masuk, kamu handle saja. Nanti kamu laporkan setelah saya senggang.”

Tanpa perlu dijelaskan, dia sudah tahu kegiatan apa yang dilakukan bosnya di ruangannya setelah ini. Apalagi barusan seorang wanita cantik baru saja masuk. Entah wanita keberapa dalam minggu ini, setiap hari selalu berganti. Jarinya bahkan tidak mampu menghitung sangking banyaknya.

Brian, seorang eksekutif muda, dengan wajah yang rupawan dan rahangnya yang tegas. Tidak sulit baginya berganti wanita dalam hitungan jam apalagi dengan daya pikatnya yang tinggi. Hampir tiap jam dikelilingi wanita-wanita cantik yang siap melebarkan pahanya dengan suka rela. Bahkan bertekuk lutut hanya untuk menjadi teman ranjangnya semalam. Hanya sampai itu, Brian lumayan keras menjaga batasannya.  Dia tidak suka terikat pada hubungan yang terlalu serius, semuanya hanya selingan untuk menyegarkan otaknya kembali.

Mungkin bila dihitung, dari 1000 wanita, hanya 1 wanita yang di luar kriterianya. Lyra, wanita yang menjadi asistennya sendiri. Wanita di bawah standar tapi memiliki otak yang sangat encer. Apalagi pekerjaannya yang selalu memuaskan membuat Brian mempertahankan wanita itu sampai lima tahun ini.

“Oh, ya. Kamu sudah siapkan kontrak dengan HK?” tanya Brian, saat baru selangkah dia berjalan. Dia baru ingat, nanti malam harus kembali meeting dengan perwakilan dari HK. Pertemuan penting dan lumayan memerlukan banyak persiapan sebelumnya. Bahkan semua karyawan bekerja lebih keras pada kesempatan ini, terutama Lyra.

Lyra mengangguk mantap, mengambil sebuah map cokelat dan tumpukan file yang sudah disusun rapi. “Semua sudah siap, Sir.”

Brian mengangguk puas. Tanpa berkata lagi, dia kembali melanjutkan langkah. Kali ini langkahnya sangat buru-buru. Ada hal mendesak yang harus dituntaskan, apalagi ini berkaitan pada pangkal pahanya yang mengembung.

Dia memang sengaja mengundang wanita ke kantornya. Ada ruangan khusus yang sering digunakannya untuk sekadar melepaskan hasrat yang kadang tidak tahu waktu. Brian pun sudah biasa melakukannya di kantor, apalagi dengan kesibukannya yang hampir memakan waktu.

Lyra hanya memandang kepergian atasannya dengan tatapan datar. Dia tidak pernah ikut campur pada apa pun yang menjadi hobi sang atasan. Pekerjaannya cukup pada berkas, bukan pada kebutuhan seksual Brian yang terlampau tinggi. Sering dia mendengar beberapa karyawan wanita bergosip di kantin atau kamar mandi. Bertanya dengan penasaran seperti apa wanita yang sedang berdekatan dengan pria itu. Lyra hanya menjawab seadanya, apalagi Brian bukan orang yang suka bermain dengan bawahannya sendiri. Pria itu selalu membawa orang luar.

Selagi menunggu kegiatan sang atasan selesai, Lyra memutuskan berselancar di mesin pencarian. Mulai mempelajari harga saham dan berita ekonomi yang setiap detiknya terus terupdate.

-oOo-

Fuck, lebih dalam!”

“Shhh ….”

“Oh, come on, Baby!”

Brian semakin terangsang mendengar kata-kata kasar yang sejak tadi wanita itu desahkan. Dia makin melesakkan miliknya makin dalam, hampir menyentuh dinding rahim wanita di bawahnya. Peluhnya mengucur deras, napasnya memburu, semakin mengejar sesuatu yang terasa akan segera sampai.

Brian makin bergerak cepat, hampir tidak terkendali. Sampai sesuatu yang terasa akan meledak, dia segera mengeluarkan miliknya. Mengurutnya cepat sampai cairan panas itu keluar dan menyembur di atas perut wanita yang sudah tergeletak pasrah.

Raut kepuasan tercetak di wajah keduanya. Wanita yang terbaring lemah itu melihat semuanya dengan decakan puas, mengagumi milik Brian yang tak pernah mengecewakan.

“Padahal aku tidak sedang masa subur. Kenapa kamu tidak mengeluarkannya di dalam?” tanya Donna, wanita yang pada hari ini menjadi teman ranjangnya.

Donna, seorang model papan atas yang selalu mengisi laman majalah dewasa. Tanpa dijelaskan, Brian sudah dapat menebak banyak lelaki yang menikmati wanita ini. Apalagi dia bisa merasakan milik wanita itu yang tidak lagi rapat.

Mendengar pertanyaan tadi, Brian hanya mampu mengedikkan bahunya pelan. “Hanya ingin di luar,” jawab Brian sekenanya.

Brian bangkit, memungut kembali pakaiannya yang tercecer di lantai. Tanpa melihat lagi pada Donna yang masih terbaring di atas ranjang dalam keadaan telanjang bulat. Bahkan selimut tidak berfungsi sebagaimana kegunaannya. Wanita itu seakan dengan sengaja mempertontonkan kemolekan badannya yang bugil.

“Tidak mau lanjut?” tanya Donna, memandang Brian dengan lekat dan menggoda. Bisa merasakan milik Brian adalah sebuah kebanggaan baginya. Apalagi di kalangan model, lelaki itu cukup terkenal dan mendapat julukan hot man. Semua temannya berlomba mendapatkan Brian dalam genggaman, bukan hanya menjadi teman tidur. Bila bisa, menjadi pasangan hidup Brian yang jelas akan menguntungkan mereka. Kedudukan pria itu lumayan tinggi dan pasti bisa menjamin kehidupan pasangannya juga.  

“Tidak. Aku masih ada rapat setelah ini.” Brian melihat arlojinya, terdengar dengusan pelan. Kali ini dia tidak terlalu bernafsu. Entah karena Donna kurang menggairahkan, atau memang karena pikirannya sedang terbebani pada meeting-nya sebentar lagi. Dua-duanya membuat birahinya tak seperti biasa.

“Kamu cepat berpakaian dan keluar!” usir Brian secara terang-terangan.

Donna mendelik, tak suka dengan sikap Brian yang tak berperasaan. “Kamu ngusir aku?” tanyanya dengan bibir yang terbuka lebar. Baru beberapa menit yang lalu sikapnya hangat, sekarang pria itu kembali menjadi dingin dan tak berperasaan.

“Aku hanya menyuruh kamu berpakaian dan keluar.”

“Sama saja!” sentak Donna kesal. Dia berdiri, menghampiri Brian yang sudah kembali rapi dengan pakaiannya.

Tanpa mempedulikan ketelanjangannya, Donna berdiri berhadapan dengan Brian. Tangannya terulur, menyentuh dada pria itu, menggambar sesuatu secara abstrak. “Aku selalu siap saat kamu sedang jenuh,” katanya, diakhir dengan kerlingan menggoda.

Brian menyingkirkan tangan Donna, mundur selangkah untuk memperbesar jarak di antara mereka. Wajahnya datar, memandang wanita itu dengan asing.

“Kita bicarakan lain waktu,” katanya asal.

Donna tersenyum miring. Dia mengangguk, akhirnya mau memakai baju sebelum disuruh dua kali. Dia tahu Brian adalah orang yang tidak suka dibantah. Apa pun yang disuruh, harus selalu dituruti. Donna tidak keberatan, selama bisa membuat pria itu menjadi miliknya.

Setelah beberapa saat basa-basi, Donna keluar dari ruangan yang menjadi tempatnya bercinta barusan. Penampilannya sudah kembali rapi, berjalan dengan dagu terangkat tinggi.

Gayanya yang angkuh menjadi ciri khas sendiri. Dia selalu merasa paling segalanya, orang-orang hanya serpihan kecil yang tidak ada harganya. Keluar dari ruangan, Donna melirik ke meja asisten, di sana Lyra masih berkutat dengan komputernya. Tampak sangat sibuk hingga tak menyadari keberadaannya.

Donna mendengus, pantas saja orang bilang asisten Brian tidak akan menjadi ancaman, penampilannya bahkan di bawah standar. Kaca mata tebal, wajah pas-pasan, dan seragam longgar seperti wanita hamil. Tidak ada yang menarik, Donna pun tidak perlu merasa tersaingi.

Lyra yang merasa diperhatikan, mendongak. Dia menatap Donna yang tak berhenti memperhatikannya. Dia tahu wanita model itu tengah menilai penampilannya, tidak sulit menebak. Lyra selalu hapal pada setiap gerak-gerik dan tatapan orang-orang padanya.

“Ekhem, ada yang bisa saya bantu, Nona?” tanya Lyra, menggunakan bahasa formalnya untuk menegur si model.

Donna tersenyum sinis, mengibaskan tangan seringan kapas. “Tidak ada,” katanya dan melenggang pergi begitu saja.

Sikap menyebalkan yang hanya disambut gelengan kepala oleh Lyra. Dia kembai berkutat pada pekerjaannya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status