Lyra Kyle, seorang asisten dengan penampilan nerd. Tidak ada yang menarik dari wanita itu selain otaknnya yang sangat cerdas. Bekerja selama lima tahun dengan atasan seorang player cukup membahayakan baginya. Pesona seorang Brian yang tidak dapat ditepis oleh wanita mana pun, terutama olehnya. Hingga di suatu malam yang tak terkira, Lyra mengungkapkan perasaannya. Tanpa pikir panjang, Brian menolak dengan keras, lengkap dengan cacian yang melukai perasaannya. Namun, pada saat itulah bom waktu seakan meledak.Semua berubah, semua rahasia seakan tersingkap, membuat gamang dua hati dan mempermainkannya dalam genggaman takdir.
Lihat lebih banyak“Lyra, selama dua jam nanti, jangan ada yang menggangu saya.”
Perempuan yang merasa namanya terpanggil, mendongak. Membenarkan letak kaca mata tebalnya dan memandang sang bos yang berdiri menjulang di depannya.
“Baik, Sir,” jawabnya menyanggupi. Memangnya apa lagi yang harus Lyra jawab selain kata iya. Sebagai asisten, Lyra hanya membantu masalah pekerjaan dan memenuhi permintaan sang atasan. Tidak ikut campur dengan masalah pribadi sang atasan apalagi hobi yang terbilang aneh.
“Semua telepon masuk, kamu handle saja. Nanti kamu laporkan setelah saya senggang.”
Tanpa perlu dijelaskan, dia sudah tahu kegiatan apa yang dilakukan bosnya di ruangannya setelah ini. Apalagi barusan seorang wanita cantik baru saja masuk. Entah wanita keberapa dalam minggu ini, setiap hari selalu berganti. Jarinya bahkan tidak mampu menghitung sangking banyaknya.
Brian, seorang eksekutif muda, dengan wajah yang rupawan dan rahangnya yang tegas. Tidak sulit baginya berganti wanita dalam hitungan jam apalagi dengan daya pikatnya yang tinggi. Hampir tiap jam dikelilingi wanita-wanita cantik yang siap melebarkan pahanya dengan suka rela. Bahkan bertekuk lutut hanya untuk menjadi teman ranjangnya semalam. Hanya sampai itu, Brian lumayan keras menjaga batasannya. Dia tidak suka terikat pada hubungan yang terlalu serius, semuanya hanya selingan untuk menyegarkan otaknya kembali.
Mungkin bila dihitung, dari 1000 wanita, hanya 1 wanita yang di luar kriterianya. Lyra, wanita yang menjadi asistennya sendiri. Wanita di bawah standar tapi memiliki otak yang sangat encer. Apalagi pekerjaannya yang selalu memuaskan membuat Brian mempertahankan wanita itu sampai lima tahun ini.
“Oh, ya. Kamu sudah siapkan kontrak dengan HK?” tanya Brian, saat baru selangkah dia berjalan. Dia baru ingat, nanti malam harus kembali meeting dengan perwakilan dari HK. Pertemuan penting dan lumayan memerlukan banyak persiapan sebelumnya. Bahkan semua karyawan bekerja lebih keras pada kesempatan ini, terutama Lyra.
Lyra mengangguk mantap, mengambil sebuah map cokelat dan tumpukan file yang sudah disusun rapi. “Semua sudah siap, Sir.”
Brian mengangguk puas. Tanpa berkata lagi, dia kembali melanjutkan langkah. Kali ini langkahnya sangat buru-buru. Ada hal mendesak yang harus dituntaskan, apalagi ini berkaitan pada pangkal pahanya yang mengembung.
Dia memang sengaja mengundang wanita ke kantornya. Ada ruangan khusus yang sering digunakannya untuk sekadar melepaskan hasrat yang kadang tidak tahu waktu. Brian pun sudah biasa melakukannya di kantor, apalagi dengan kesibukannya yang hampir memakan waktu.
Lyra hanya memandang kepergian atasannya dengan tatapan datar. Dia tidak pernah ikut campur pada apa pun yang menjadi hobi sang atasan. Pekerjaannya cukup pada berkas, bukan pada kebutuhan seksual Brian yang terlampau tinggi. Sering dia mendengar beberapa karyawan wanita bergosip di kantin atau kamar mandi. Bertanya dengan penasaran seperti apa wanita yang sedang berdekatan dengan pria itu. Lyra hanya menjawab seadanya, apalagi Brian bukan orang yang suka bermain dengan bawahannya sendiri. Pria itu selalu membawa orang luar.
Selagi menunggu kegiatan sang atasan selesai, Lyra memutuskan berselancar di mesin pencarian. Mulai mempelajari harga saham dan berita ekonomi yang setiap detiknya terus terupdate.
-oOo-
“Fuck, lebih dalam!”
“Shhh ….”
“Oh, come on, Baby!”
Brian semakin terangsang mendengar kata-kata kasar yang sejak tadi wanita itu desahkan. Dia makin melesakkan miliknya makin dalam, hampir menyentuh dinding rahim wanita di bawahnya. Peluhnya mengucur deras, napasnya memburu, semakin mengejar sesuatu yang terasa akan segera sampai.
Brian makin bergerak cepat, hampir tidak terkendali. Sampai sesuatu yang terasa akan meledak, dia segera mengeluarkan miliknya. Mengurutnya cepat sampai cairan panas itu keluar dan menyembur di atas perut wanita yang sudah tergeletak pasrah.
Raut kepuasan tercetak di wajah keduanya. Wanita yang terbaring lemah itu melihat semuanya dengan decakan puas, mengagumi milik Brian yang tak pernah mengecewakan.
“Padahal aku tidak sedang masa subur. Kenapa kamu tidak mengeluarkannya di dalam?” tanya Donna, wanita yang pada hari ini menjadi teman ranjangnya.
Donna, seorang model papan atas yang selalu mengisi laman majalah dewasa. Tanpa dijelaskan, Brian sudah dapat menebak banyak lelaki yang menikmati wanita ini. Apalagi dia bisa merasakan milik wanita itu yang tidak lagi rapat.
Mendengar pertanyaan tadi, Brian hanya mampu mengedikkan bahunya pelan. “Hanya ingin di luar,” jawab Brian sekenanya.
Brian bangkit, memungut kembali pakaiannya yang tercecer di lantai. Tanpa melihat lagi pada Donna yang masih terbaring di atas ranjang dalam keadaan telanjang bulat. Bahkan selimut tidak berfungsi sebagaimana kegunaannya. Wanita itu seakan dengan sengaja mempertontonkan kemolekan badannya yang bugil.
“Tidak mau lanjut?” tanya Donna, memandang Brian dengan lekat dan menggoda. Bisa merasakan milik Brian adalah sebuah kebanggaan baginya. Apalagi di kalangan model, lelaki itu cukup terkenal dan mendapat julukan hot man. Semua temannya berlomba mendapatkan Brian dalam genggaman, bukan hanya menjadi teman tidur. Bila bisa, menjadi pasangan hidup Brian yang jelas akan menguntungkan mereka. Kedudukan pria itu lumayan tinggi dan pasti bisa menjamin kehidupan pasangannya juga.
“Tidak. Aku masih ada rapat setelah ini.” Brian melihat arlojinya, terdengar dengusan pelan. Kali ini dia tidak terlalu bernafsu. Entah karena Donna kurang menggairahkan, atau memang karena pikirannya sedang terbebani pada meeting-nya sebentar lagi. Dua-duanya membuat birahinya tak seperti biasa.
“Kamu cepat berpakaian dan keluar!” usir Brian secara terang-terangan.
Donna mendelik, tak suka dengan sikap Brian yang tak berperasaan. “Kamu ngusir aku?” tanyanya dengan bibir yang terbuka lebar. Baru beberapa menit yang lalu sikapnya hangat, sekarang pria itu kembali menjadi dingin dan tak berperasaan.
“Aku hanya menyuruh kamu berpakaian dan keluar.”
“Sama saja!” sentak Donna kesal. Dia berdiri, menghampiri Brian yang sudah kembali rapi dengan pakaiannya.
Tanpa mempedulikan ketelanjangannya, Donna berdiri berhadapan dengan Brian. Tangannya terulur, menyentuh dada pria itu, menggambar sesuatu secara abstrak. “Aku selalu siap saat kamu sedang jenuh,” katanya, diakhir dengan kerlingan menggoda.
Brian menyingkirkan tangan Donna, mundur selangkah untuk memperbesar jarak di antara mereka. Wajahnya datar, memandang wanita itu dengan asing.
“Kita bicarakan lain waktu,” katanya asal.
Donna tersenyum miring. Dia mengangguk, akhirnya mau memakai baju sebelum disuruh dua kali. Dia tahu Brian adalah orang yang tidak suka dibantah. Apa pun yang disuruh, harus selalu dituruti. Donna tidak keberatan, selama bisa membuat pria itu menjadi miliknya.
Setelah beberapa saat basa-basi, Donna keluar dari ruangan yang menjadi tempatnya bercinta barusan. Penampilannya sudah kembali rapi, berjalan dengan dagu terangkat tinggi.
Gayanya yang angkuh menjadi ciri khas sendiri. Dia selalu merasa paling segalanya, orang-orang hanya serpihan kecil yang tidak ada harganya. Keluar dari ruangan, Donna melirik ke meja asisten, di sana Lyra masih berkutat dengan komputernya. Tampak sangat sibuk hingga tak menyadari keberadaannya.
Donna mendengus, pantas saja orang bilang asisten Brian tidak akan menjadi ancaman, penampilannya bahkan di bawah standar. Kaca mata tebal, wajah pas-pasan, dan seragam longgar seperti wanita hamil. Tidak ada yang menarik, Donna pun tidak perlu merasa tersaingi.
Lyra yang merasa diperhatikan, mendongak. Dia menatap Donna yang tak berhenti memperhatikannya. Dia tahu wanita model itu tengah menilai penampilannya, tidak sulit menebak. Lyra selalu hapal pada setiap gerak-gerik dan tatapan orang-orang padanya.
“Ekhem, ada yang bisa saya bantu, Nona?” tanya Lyra, menggunakan bahasa formalnya untuk menegur si model.
Donna tersenyum sinis, mengibaskan tangan seringan kapas. “Tidak ada,” katanya dan melenggang pergi begitu saja.
Sikap menyebalkan yang hanya disambut gelengan kepala oleh Lyra. Dia kembai berkutat pada pekerjaannya.
Setelah beberapa saat, Brian dan Lyra memutuskan untuk berbicara tentang rencana mereka untuk masa depan. Mereka berdua ingin memiliki hubungan yang serius dan memulai babak baru dalam hidup mereka."Aku ingin kita bisa memiliki rumah sendiri dan hidup bersama," kata Brian dengan nada yang penuh harapan. "Aku ingin kita bisa memiliki anak-anak dan membangun keluarga yang bahagia."Lyra merasa sangat terkejut dan bahagia ketika mendengar kata-kata Brian. Ia menyadari bahwa Brian telah membuat pilihan yang tepat dan bahwa ia siap untuk memiliki hubungan yang serius dengan Brian."Aku juga ingin itu, Brian," kata Lyra dengan nada yang penuh kasih sayang. "Aku ingin kita bisa memiliki rumah sendiri dan hidup bersama. Aku ingin kita bisa memiliki anak-anak dan membangun keluarga yang bahagia."Brian dan Lyra memeluk satu sama lain dengan erat, merasakan kebahagiaan dan kelegaan yang tidak terhingga. Mereka berdua tahu bahwa mereka telah membuat pilihan yang tepat dan bahwa mereka siap untu
Brian merasa sangat terharu ketika memikirkan tentang Lyra dan Sophia. Ia menyadari bahwa ia memiliki perasaan yang kuat terhadap kedua wanita tersebut, tapi ia juga tahu bahwa ia tidak bisa memiliki keduanya secara bersamaan.Setelah beberapa hari berpikir, Brian akhirnya membuat keputusan yang sulit. Ia memutuskan untuk memilih Lyra daripada Sophia.Brian merasa bahwa Lyra adalah wanita yang lebih tepat untuknya. Ia menyadari bahwa Lyra memiliki sifat yang baik, cerdas, dan cantik. Ia juga merasa bahwa Lyra memiliki perasaan yang sama terhadapnya.Sementara itu, Brian juga menyadari bahwa Sophia memiliki perasaan yang kuat terhadapnya, tapi ia juga tahu bahwa Sophia memiliki masa lalu yang rumit dan memiliki perasaan yang masih terikat dengan masa lalunya.Brian merasa bahwa ia tidak bisa membiarkan perasaan Sophia terhadapnya menjadi penghalang untuk memiliki hubungan yang serius dengan Lyra. Ia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Sophia dan memulai hubungan yang serius
Brian dan Lyra telah berkencan selama beberapa bulan dan hubungan mereka semakin dekat. Mereka berdua sangat bahagia dan puas bisa memiliki satu sama lain.Namun, suatu hari, Brian menerima sebuah telepon dari seseorang yang tidak terduga. Seseorang itu adalah mantan pacar Brian, Sophia.Sophia adalah seorang wanita yang sangat cantik dan pintar. Ia memiliki rambut panjang yang berwarna hitam dan mata yang berwarna biru. Ia juga memiliki tubuh yang sangat indah dan langsing.Brian dan Sophia pernah memiliki hubungan yang sangat serius beberapa tahun yang lalu. Namun, mereka berdua memutuskan untuk berpisah karena beberapa alasan.Brian tidak pernah melupakan Sophia dan masih memiliki perasaan yang sangat kuat terhadapnya. Namun, ia telah berkencan dengan Lyra dan merasa sangat bahagia dengan hubungan mereka.Sophia juga tidak pernah melupakan Brian dan masih memiliki perasaan yang sangat kuat terhadapnya. Ia telah mendengar bahwa Brian telah berkencan dengan Lyra dan ingin tahu apa ya
Brian dan Lyra duduk di atas pantai yang indah, menikmati matahari terbenam yang memancarkan cahaya keemasan di langit. Mereka berdua telah berhasil menghentikan rencana ayah tiri Lyra dan menyelamatkan perusahaan.Brian memandang Lyra dengan mata yang penuh kasih sayang. "Aku sangat bangga denganmu, Lyra," katanya dengan nada yang berani. "Kamu sangat kuat dan berani."Lyra tersenyum dan memandang Brian dengan mata yang penuh cinta. "Aku juga bangga denganmu, Brian," katanya dengan nada yang berani. "Kamu sangat pintar dan berani."Brian mengambil tangan Lyra dan memegangnya dengan erat. "Aku sangat bahagia bisa bersama denganmu, Lyra," katanya dengan nada yang penuh kasih sayang.Lyra memandang Brian dengan mata yang penuh cinta. "Aku juga sangat bahagia bisa bersama denganmu, Brian," katanya dengan nada yang penuh kasih sayang.Mereka berdua kemudian berpelukan dan menikmati matahari terbenam yang memancarkan cahaya keemasan di langit. Mereka berdua merasa sangat bahagia dan puas b
Mereka bertiga memutuskan untuk memanggil polisi dan memberitahu mereka tentang mobil yang tidak dikenal tersebut. Mereka memberikan informasi tentang mobil tersebut dan meminta polisi untuk membantu mereka.Polisi meminta mereka untuk berhati-hati dan tidak melakukan apa-apa yang dapat memicu ancaman tersebut. Mereka juga meminta mereka untuk memantau mobil tersebut dan memberitahu mereka jika ada perubahan.Mereka bertiga merasa lega karena polisi telah memutuskan untuk membantu mereka. Mereka juga merasa bahwa mereka telah melakukan hal yang benar dengan melaporkan ancaman tersebut kepada polisi.Namun, ketika mereka sedang memantau mobil tersebut, mereka melihat bahwa mobil tersebut telah bergerak dan menuju ke arah rumah Lyra. Mereka merasa khawatir dan tidak percaya."Apa yang harus kita lakukan?" tanya Lyra dengan khawatir."Aku tidak tahu," jawab Brian. "Tapi kita harus berhati-hati.""Aku setuju," kata Liam. "Kita harus memanggil polisi dan memberitahu mereka tentang mobil ya
Mereka bertiga terkejut dan tidak percaya ketika mereka menemukan bahwa ada seseorang lain yang terlibat dalam rencana Alex. Mereka tidak tahu siapa orang itu dan apa motifnya."Siapa orang itu?" tanya Brian dengan penasaran."Aku tidak tahu," jawab Lyra. "Tapi kita harus mencari tahu."Mereka bertiga memutuskan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mencari tahu siapa orang itu dan apa motifnya. Mereka mulai mencari informasi dan melakukan wawancara dengan beberapa orang yang mungkin terlibat dalam rencana Alex.Setelah beberapa hari melakukan penyelidikan, mereka bertiga akhirnya menemukan jawaban. Mereka menemukan bahwa orang itu adalah none lain dari CEO perusahaan mereka sendiri, Mr. Johnson.Mereka bertiga terkejut dan tidak percaya ketika mereka menemukan bahwa Mr. Johnson terlibat dalam rencana Alex. Mereka tidak tahu apa motifnya dan mengapa Mr. Johnson ingin menghancurkan perusahaan mereka."Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Lyra dengan khawatir."Aku tid
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen