Share

Crazy Idea

Author: Yani
last update Last Updated: 2021-04-09 22:30:07

“Tidak salah banyak perusahaan yang bekerja sama dengan Anda.”

Brian yang mendengar pujian tersebut tersenyum puas. Sebenarnya sudah sering sekali dia mendengar kalimat senada, tapi tetap saja hatinya tak pernah biasa.

Memiliki perusahaan multinasional yang bergerak dalam bidang komunikasi jelas tidak segampang yang dilihat orang. Banyak kerja keras dan juga usaha, naik turun bukan hal baru bagi mereka.

Brian memulai semuanya dari titik nol. Memulai dari hal kecil sampai bisa merengkuh banyak negara agar ikut bekerja sama dalam lingkarannya. Bahkan menyeleksi orang-orang yang bernaung dalam atap yang sama, bersinergi untuk mengembangkan perusahan tersebut sampai berhasil di titik ini.

“Saya harap kerja sama ini bisa berjalan dengan lancar,” timpal Brian, mengalami salah satu perwakilan dari Hong Kong.

Mereka sudah melalui meeting yang cukup panjang, saling memahami visi misi satu sama lain untuk mendapatkan kesamaan. Setelah mendapatkan penilaian yang cukup, pihak masing-masing mulai menimang keuntungan yang didapatkan masing-masing hingga terciptalah sebuah kesepakatan kerja sama.

Lyra yang sejak tadi berdiri di belakang Brian hanya memandang semuanya dengan datar. Meski begitu, otaknya tetap berkerja keras. Sang atasan yang tak lain adalah Brian sering meminta ulasan singkat setelah meeting tersebut. Lyra seakan tidak memiliki waktu untuk bersantai, kecuali malam hari saat tertidur.

“Lyra, setelah ini saya tidak ada jadwal, kan?” tanya Brian, memandang sang asisten yang sigap mengecek notesnya.

“Tidak ada, Pak.”

“Bagus,” Brian berdecak puas. Dia segera mengirim pesan pada sang sopir. “Kita pergi setelah ini,” katanya, kembali memasukkan ponsel ke dalam saku jas.

Lyra yang mendengarnya mengerutkan kening dalam, membenarkan letak kaca mata besarnya yang hampir merosot. “Kita mau ke mana, Pak?” tanyanya yang tidak bisa diam

Brian tidak langsung menjawab. Dia memilih berjalan keluar yang langsung diikuti oleh Lyra. Mereka tidak beriringan, karena Lyra selalu menjaga jarak dan berjalan di belakang, memberi jarak dengan sang atasan. Brian sendiri tidak peduli dengan hal tersebut. Dia lebih mementingkan sopir yang mungkin sudah berada di luar.

“Masuk, kita perlu menikmati keberhasilan tadi,” kata Brian yang mengagetkan Lyra.

Lyra menatapnya dengan aneh. Seakan Brian sedang mabuk dan tidak sadar dengan ucapannya barusan. Pasalnya sejak dulu, Lyra sangat tahu sang atasan tidak pernah mau berlama-lama dengannya kecuali urusan pekerjaan.

“Maaf?” Lyra merasa pendengarannya yang bermasalah. “Kita mau ke mana, Pak? Sepertinya tidak ada lagi meeting.”

Brian memutar bola mata malas. “Jangan banyak tanya,” katanya dan segera masuk di kursi belakang. Sangat malas untuk membuang waktu dengan mendebat sang asisten.

Lyra menurut. Dia segera membuka pintu samping kemudi, duduk di dekat sopir seperti biasanya.

Selama perjalanan, Lyra menyibukkan diri dengan membuka email dan mencatat sesuatu yang penting. Ini dilakukannya karena Lyra yakin setelahnya dia tidak akan bisa begadang. Otaknya sudah keruh dengan kantuk yang perlahan datang. Namun rupanya Brian pun tidak membiarkannya bebas begitu saja. Sekarang Lyra harus menahan diri agar tidak kembali bertanya tujuan mereka.

Padahal otaknya sudah banyak berharap istirahat. Apalagi tubuhnya juga lelah, meronta meminta ranjang.

Hingga setengah jam kemudian, mobil berhenti di parkiran klub yang cukup terkenal. Klub yang biasanya didatangi kalangan atas seperti Brian ini.

Lyra menatap sang atasan dengan tatapan aneh. “Pak?”

“Turun!” perintah Brian yang sudah turun lebih dulu.

Lyra lagi-lagi menurut. Dia segera mensejajarkan langkahnya, dengan gerakan tak terkira mencekal lengan pria itu secara spontan. Namun, hanya berlangsung beberapa detik, Lyra langsung melepaskannya, seakan sadar sudah melakukan hal lancang. “Maaf,” sesalnya dengan kepala menunduk berkali-kali.

Brian pun juga sempat terkejut. Tidak menyangka dengan sentuhan kecil begitu saja membuat sesuatu seakan meledak dalam perutnya. Dia kembali menatap Lyra yang sedikit tidak tenang, tidak seperti biasanya.

“Pak, saya izin pulang saja, ya.” Lyra memandang sekitaran dengan cemas, ketara sekali dia langsung tidak suka dengan situasi saat ini. Apalagi semakin malam, semakin banyak orang-orang yang berdatangan.

Brian makin mengerutkan keningnya. Merasa bingung dengan ucapan wanita itu yang terlalu cepat. Namun, dia masih cukup jelas menangkap maksudnya. “Kenapa?”

Lyra tampak ragu. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan pada sang atasan. Meski dia adalah wanita dewasa, tidak sekalipun dia memasuki tempat itu. Baginya, pekerjaan sudah cukup menjajah banyak waktu. Apalagi di dalam sana, Lyra yakin bukan hanya tempat orang berpesta minuman, tapi juga wanita. Memikirkannya saja, dia sudah bergidik.

Brian yang sudah habis kesabaran, berdecak keras. “Sudah jangan banyak alasan. Kita masuk dan berpesta di sana!” katanya dengan suara dingin.

Setelahnya belum ada perdebatan lagi, Lyra kembali mengikuti dalam diam. Tidak bisa menolak, tidak bisa berasalan pergi. Sepertinya dia memang harus bertahan beberapa jam di dalam sana.

Seperti yang sudah diperkirakan, di dalam sana lautan manusia memadati ruangan yang cukup besar. Musik berdentum dengan sangat keras. Beberapa orang di dance floor berjoget, menggoyangkan tubuh dengan lihai. Tampak sangat bebas dan liar. Beberapa lagi, di tempat yang cukup remang, beberapa pasangan berbuat hal yang sangat intim.

Lyra sampai berkali-keli membuang wajah, enggan mendapatkan tontonan tersebut. Sampai mereka tiba di sebuah sudut ruangan dengan dua sofa panjang yang melingkar. Sepertinya tempat itu sudah menjadi hak paten sang atasan. Karena sejak tadi tidak ada yang berani menempati sofa panjang tersebut.

Baru saja duduk, seorang wanita berpakaian seksi menghampiri mereka. Tanpa aba-aba segera mendudukkan diri di pangkuan Brian. Kedua tangannya mengalung, mendekatkan wajahnya dengan tatapan sensual.

“Mau bersenang-senang?” tanya wanita itu, tepat di depan bibir Brian

Brian menyeringai, menyambut dengan tangan terbuka. Tanpa membuang waktu, dia segera meraih tengkuk wanita yang entah siapa namanya. Ini nikmat yang tidak boleh dilewatkan. Mereka terus berciuman dengan panas, saling melumat dan menyecap rasa masing-masing. Bunyi decapan dua bibir tersebut masih bisa terdengar oleh Lyra.

Lyra yang duduk di sofa yang sama, meski cukup menjaga jarak jelas melihat tontonan tersebut secara langsung. Dia sampai membelalakkan mata, tak percaya sang atasan melakukan hal mesum tepat di depannya.

Ini pertama kalinya. Karena sejak dulu, Brian selalu menyewa ruangan sendiri untuk menuntaskan hasratnya. Dia tidak pernah melakukannya di tempat terbuka. Namun, melihat ekspresi Lyra dari ekor matanya membuat Brian merasa tertantang. Dia tersenyum di sela ciumannya, sebuah ide gila muncul di kepalanya. Tujuannya hanya satu; ingin melihat reaksi sang asisten yang biasanya selalu kaku, tanpa ekspresi.

Brian dengan nakal mengusap sepanjang paha wanita dalam ciumannya. Semakin ke atas, elusannya makin pelan dan mengundang gairah. Membuat wanita itu makin ganas mencium, sesekali mengigit bibirnya. Brian membiarkan saja, padahal ekor matanya tak pernah lepas menatap Lyra yang terus terpaku.

Apalagi saat wanita tersebut mendesah diselingi pekikan kencang, wajah Lyra makin memerah. Brian memang sengaja memasukkan jarinya, menyentuh titik terbasah di dalam sana dan memainkannya dengan pelan, sesekali gerakan acak yang membuat wanita itu menggelinjang keenakan.

“Shhh … faster, babyyy!” desah wanita itu, makin menggerakkan bokongnya, mengejar jari Brian di dalamnya.

Lyra merasa udaranya menipis. Bukan dirinya yang dicumbu, tapi tubuhnya yang merasa panas. Ini tidak bisa dibiarkan. Dia tidak boleh terlalu lama melihat pemandangan tersebut. Apalagi dia merasakan sesuatu yang basah di pangkal pahanya. Dengan terburu-buru, Lyra segera berdiri. Dia harus menghindar.

Namun, Brian seakan tak membiarkannya mudah. Pria itu menghentikan cumbuannya dengan sang wanita, dan beralih menatap Lyra. “Kamu mau ke mana?” tanyanya dengan suara keras.

Lyra tampak linglung, menatap segala arah hanya untuk mengulur waktu sementara otaknya bekerja keras mencari alasan. “Saya ke toilet dulu, Pak,” pamitnya terburu. Tanpa mendengar jawaban sang atasan, Lyra ngacir dari sana. Sudah tidak tahan bersikap biasa saja.

Sementara Brian tersenyum puas. Sedikit menangkap gelagat sang asisten yang tidak pernah dilihatnya sejak dulu. Setelahnya dia kembali bercumbu, sembari menunggu Lyra datang lagi.

To Be Continued ... 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • POISONED LOVE   Ending

    Setelah beberapa saat, Brian dan Lyra memutuskan untuk berbicara tentang rencana mereka untuk masa depan. Mereka berdua ingin memiliki hubungan yang serius dan memulai babak baru dalam hidup mereka."Aku ingin kita bisa memiliki rumah sendiri dan hidup bersama," kata Brian dengan nada yang penuh harapan. "Aku ingin kita bisa memiliki anak-anak dan membangun keluarga yang bahagia."Lyra merasa sangat terkejut dan bahagia ketika mendengar kata-kata Brian. Ia menyadari bahwa Brian telah membuat pilihan yang tepat dan bahwa ia siap untuk memiliki hubungan yang serius dengan Brian."Aku juga ingin itu, Brian," kata Lyra dengan nada yang penuh kasih sayang. "Aku ingin kita bisa memiliki rumah sendiri dan hidup bersama. Aku ingin kita bisa memiliki anak-anak dan membangun keluarga yang bahagia."Brian dan Lyra memeluk satu sama lain dengan erat, merasakan kebahagiaan dan kelegaan yang tidak terhingga. Mereka berdua tahu bahwa mereka telah membuat pilihan yang tepat dan bahwa mereka siap untu

  • POISONED LOVE   Memilih

    Brian merasa sangat terharu ketika memikirkan tentang Lyra dan Sophia. Ia menyadari bahwa ia memiliki perasaan yang kuat terhadap kedua wanita tersebut, tapi ia juga tahu bahwa ia tidak bisa memiliki keduanya secara bersamaan.Setelah beberapa hari berpikir, Brian akhirnya membuat keputusan yang sulit. Ia memutuskan untuk memilih Lyra daripada Sophia.Brian merasa bahwa Lyra adalah wanita yang lebih tepat untuknya. Ia menyadari bahwa Lyra memiliki sifat yang baik, cerdas, dan cantik. Ia juga merasa bahwa Lyra memiliki perasaan yang sama terhadapnya.Sementara itu, Brian juga menyadari bahwa Sophia memiliki perasaan yang kuat terhadapnya, tapi ia juga tahu bahwa Sophia memiliki masa lalu yang rumit dan memiliki perasaan yang masih terikat dengan masa lalunya.Brian merasa bahwa ia tidak bisa membiarkan perasaan Sophia terhadapnya menjadi penghalang untuk memiliki hubungan yang serius dengan Lyra. Ia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Sophia dan memulai hubungan yang serius

  • POISONED LOVE   Cinta dari Masa Lalu

    Brian dan Lyra telah berkencan selama beberapa bulan dan hubungan mereka semakin dekat. Mereka berdua sangat bahagia dan puas bisa memiliki satu sama lain.Namun, suatu hari, Brian menerima sebuah telepon dari seseorang yang tidak terduga. Seseorang itu adalah mantan pacar Brian, Sophia.Sophia adalah seorang wanita yang sangat cantik dan pintar. Ia memiliki rambut panjang yang berwarna hitam dan mata yang berwarna biru. Ia juga memiliki tubuh yang sangat indah dan langsing.Brian dan Sophia pernah memiliki hubungan yang sangat serius beberapa tahun yang lalu. Namun, mereka berdua memutuskan untuk berpisah karena beberapa alasan.Brian tidak pernah melupakan Sophia dan masih memiliki perasaan yang sangat kuat terhadapnya. Namun, ia telah berkencan dengan Lyra dan merasa sangat bahagia dengan hubungan mereka.Sophia juga tidak pernah melupakan Brian dan masih memiliki perasaan yang sangat kuat terhadapnya. Ia telah mendengar bahwa Brian telah berkencan dengan Lyra dan ingin tahu apa ya

  • POISONED LOVE   SWEET MOMENT

    Brian dan Lyra duduk di atas pantai yang indah, menikmati matahari terbenam yang memancarkan cahaya keemasan di langit. Mereka berdua telah berhasil menghentikan rencana ayah tiri Lyra dan menyelamatkan perusahaan.Brian memandang Lyra dengan mata yang penuh kasih sayang. "Aku sangat bangga denganmu, Lyra," katanya dengan nada yang berani. "Kamu sangat kuat dan berani."Lyra tersenyum dan memandang Brian dengan mata yang penuh cinta. "Aku juga bangga denganmu, Brian," katanya dengan nada yang berani. "Kamu sangat pintar dan berani."Brian mengambil tangan Lyra dan memegangnya dengan erat. "Aku sangat bahagia bisa bersama denganmu, Lyra," katanya dengan nada yang penuh kasih sayang.Lyra memandang Brian dengan mata yang penuh cinta. "Aku juga sangat bahagia bisa bersama denganmu, Brian," katanya dengan nada yang penuh kasih sayang.Mereka berdua kemudian berpelukan dan menikmati matahari terbenam yang memancarkan cahaya keemasan di langit. Mereka berdua merasa sangat bahagia dan puas b

  • POISONED LOVE   Teror, Lagi

    Mereka bertiga memutuskan untuk memanggil polisi dan memberitahu mereka tentang mobil yang tidak dikenal tersebut. Mereka memberikan informasi tentang mobil tersebut dan meminta polisi untuk membantu mereka.Polisi meminta mereka untuk berhati-hati dan tidak melakukan apa-apa yang dapat memicu ancaman tersebut. Mereka juga meminta mereka untuk memantau mobil tersebut dan memberitahu mereka jika ada perubahan.Mereka bertiga merasa lega karena polisi telah memutuskan untuk membantu mereka. Mereka juga merasa bahwa mereka telah melakukan hal yang benar dengan melaporkan ancaman tersebut kepada polisi.Namun, ketika mereka sedang memantau mobil tersebut, mereka melihat bahwa mobil tersebut telah bergerak dan menuju ke arah rumah Lyra. Mereka merasa khawatir dan tidak percaya."Apa yang harus kita lakukan?" tanya Lyra dengan khawatir."Aku tidak tahu," jawab Brian. "Tapi kita harus berhati-hati.""Aku setuju," kata Liam. "Kita harus memanggil polisi dan memberitahu mereka tentang mobil ya

  • POISONED LOVE   Dalang 2

    Mereka bertiga terkejut dan tidak percaya ketika mereka menemukan bahwa ada seseorang lain yang terlibat dalam rencana Alex. Mereka tidak tahu siapa orang itu dan apa motifnya."Siapa orang itu?" tanya Brian dengan penasaran."Aku tidak tahu," jawab Lyra. "Tapi kita harus mencari tahu."Mereka bertiga memutuskan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mencari tahu siapa orang itu dan apa motifnya. Mereka mulai mencari informasi dan melakukan wawancara dengan beberapa orang yang mungkin terlibat dalam rencana Alex.Setelah beberapa hari melakukan penyelidikan, mereka bertiga akhirnya menemukan jawaban. Mereka menemukan bahwa orang itu adalah none lain dari CEO perusahaan mereka sendiri, Mr. Johnson.Mereka bertiga terkejut dan tidak percaya ketika mereka menemukan bahwa Mr. Johnson terlibat dalam rencana Alex. Mereka tidak tahu apa motifnya dan mengapa Mr. Johnson ingin menghancurkan perusahaan mereka."Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Lyra dengan khawatir."Aku tid

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status