Home / Romansa / PUDING JELLY / 9. Bertahan dengan Kamu

Share

9. Bertahan dengan Kamu

Author: yessiratna
last update Last Updated: 2022-02-12 06:39:29

( PoV Asmara )

"Sayang, ada guru baru lho di sekolahku. Wanita. Cantik banget lagi orangnya." Aku memeluk Aksara dengan begitu erat di balkon kamarku, ruang favorit kami dulu. Mencoba menikmati setiap momen kebersamaan dengannya yang akhir-akhir ini begitu langka aku dapatkan. Bagaimana tidak, Aksara mengaku sedang sibuk sekali menjalankan bisnis keluarganya dan juga bisnis keluarga Amanda, istrinya. Mau tak mau aku harus bersabar. Entahlah, aku merasa dia berubah. Mungkin dia memang sedang sibuk. Tapi, kesibukannya kini menjadi alasannya untuk selalu menghilang dan tak datang menemuiku.

"Oh ya? Siapa namanya?" Aksara melipat kedua tangannya di dada. Dia tak memelukku. Dia juga tak membelai rambut hitam panjangku yang selama ini selalu dia lakukan. Dia hanya menatap lurus ke arah depan. Dia bahkan tak mau menatapku.

"Namanya Bu Dira. Guru kesenian. Sumpah deh, kamu jangan sampai ketemu sama Bu Dira. Kamu nggak akan kuat. Aku aja yang perempuan, ngelihat Bu Dira itu udah spechless. Nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Sempurna banget soalnya. Kayak bidadari." Aku bangkit dari pelukan Aksara. Entah mengapa aku begitu bersemangat ketika menceritakan Bu Dira. Ya! Aku memang benar-benar kagum dengan beliau. Tak ada sedikitpun kecacatan dalam fisiknya. Perfect. Lebih-lebih dari aku yang mendapat julukan bidadari selama ini. Selain itu aku juga berusaha mencairkan suasana yang sedingin es batu sejak dia datang, dengan tetap bersikap seperti biasanya.

"Wah, jadi pengen lihat." Langsung ku tatap tajam mata Aksara yang sepertinya jadi benar penasaran. Ah, menyesal aku rasanya menceritakan Bu Dira kepadanya. Kenapa aku lupa sih kalau kekasihku ini adalah seorang playboy kaya raya yang wanitanya ada di mana-mana? Sial.

"Awas aja kalau berani." Aku cemberut. Memalingkan wajahku darinya. Sakit rasanya hatiku mendengarnya berbicara seperti itu.

"Ya emang kenapa? Lihat doang kan?" Aksara seperti tak merasa bersalah. Dia benar-benar keterlaluan. Ya! Dia seakan tak peduli jika aku merasakan sakit hati.

"Nanti kalau kamu suka sama Bu Dira gimana?" Aku merengek. Menggenggam kedua tangannya. Berharap dia tak melanjutkan rasa penasarannya itu. Dan tentu saja, masih berusaha bersikap biasa saja, meskipun perasaanku tak karuan. Tak nyaman dengan sikapnya.

"Ya kalau aku suka, tinggal aku pacarin aja. Udah dewasa juga kan. Daripada pacaran sama kamu, cuman dapet pelukan." Gila! Lagi-lagi dia menyindirku. Namun prinsip tetaplah prinsip. Aku tak akan goyah. Aksara hanya memacatiku. Dia tak akan menikahiku. Jadi aku tak mau mengorbankan apapun itu. Terutama keperawananku.

"Kok gitu sih? Katanya mau menghargai aku? Aku pacaran sama kamu karena memang aku cinta sama kamu lho. Aku tulus." Aku membela diri. Iya benar. Aku memang tulus mencintai Aksara. Aku tak mengharapkan apapun. Aku nyaman bersamanya. Aku ingin selalu berada di dekatnya. Itu saja. Ah, ingin sekali aku menangis mendengar perkataannya.

"Iya-iya." Seperti biasa setiap kali kita membahas soal ini, dia menjadi kesal. Dia bangkit dari duduknya. Merapikan pakaiannya yang acak-acakan setelah ulahku yang begitu erat memeluknya.

"Mau pergi?" Ku lihat wajahnya yang menjadi semakin masam. Menjadi semakin dingin. Dan matanya sama sekali tak menatapku.

"Mau cari angin segar. Di sini juga nggak ngapa-ngapain." Setelah melontarkan jawaban yang menyakitkan itu, tanpa menoleh sedikitpun ke arahku, Aksara pergi. Meninggalkanku dengan perasaan tak karuan. Aku diam saja.

Ya, aku memang tak bisa membantahnya. Aku mencintainya. Aku tak ingin kehilangan dia. Menjadi simpanannya, itu sudah cukup membuatku bahagia.

Aku tahu betul resikonya berpacaran dengan seorang lelaki beristri. Mereka, para lelaki beristri itu pasti tak akan pernah kuat menahan untuk tak melakukan apapun dengan pasangan selingkuh mereka. Mereka berselingkuh untuk mencari kesenangan. Dan itulah yang akhir-akhir ini membuat Aksara semakin menjauhiku. Namun, apalah daya ku. Setidaknya, aku tak rugi apapun di saat Aksara meninggalkanku nanti. Karena aku tahu siapa aku. Aku sadar dimana posisiku. Aku tak mungkin selamanya bersama lelaki beristri itu. Meskipun aku sangat menginginkannya.

Ah, aku menangis. Bahagia yang baru beberapa menit lalu ku rasakan setelah sekian lama aku melihat Aksara datang kepadaku, kini berubah menjadi sebuah tangisan. Tangisan tentang kesendirianku. Selalu seperti itu. Jujur aku tersiksa. Dia begitu cepat berubah. Perhatiannya hanya di awal hubungan. Selebihnya, tak ada kepedulian. Namun aku bisa apa?

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PUDING JELLY   82. Penolakan Lagi

    ( PoV Asmara )"Waktu itu aku nyari-nyari kamu Ra. Aku telusuri seluruh jalanan kayak orang gila biar bisa nemuin kamu." Albert menatapku. Tatapannya sayu. Dia sepertinya masih memendam perasaan kecewa kepadaku, dengan kepergianku waktu itu."Maafin aku, aku udah banyak salah sama kamu Al." Aku menunduk. Aku tak berani menatap matanya. Semakin aku menatapnya, semakin aku merasa tak pantas untuk mendapatkan maaf darinya."Aku nggak apa-apa Ra. Mungkin kamu takut sama aku malam itu. Mungkin kamu nggak mau deket lagi sama aku yang saat itu sedang kumat. Jadi kamu memutuskan untuk pergi. Dan aku ngerti." Albert semakin erat menggenggam tanganku. Sudah ku duga, dia tak akan marah kepadaku, sebesar apapun kesalahanku. Dia akan selalu memaafkanku meskipun aku telah membuatnya terluka. Sikapnya itulah yang membuatku semakin menyesal karena tak bisa mencintainya."Kamu udah banyak merawat aku Al, jadi aku nggak akan mungkin pergi hanya karena penyakit kamu itu." Ya. Malam itu aku mengetahui sa

  • PUDING JELLY   81. Ingin Tahu

    ( PoV Asmara )Kulihat Albert yang tampak kelelahan, tertidur di tepi tempat tidurku. Wajahnya yang tampan terlihat sayu karena terlalu banyak terjaga untuk menjagaku. Aku merasa begitu bersalah karenanya. Bagaimana ada seorang lelaki yang sebaik dirinya. Mencintai seorang wanita yang tak mencintainya dengan begitu besar. Wanita penyakitan seperti diriku.Ku belai lembut wajahnya. Ku telusuri setiap inci dari lekukan di wajah tampan itu untuk mencari kekurangannya. Kekurangan yang membuatku tak mencintainya. Namun semakin aku mencarinya, aku semakin tak mendapatkannya. Bahkan semakin aku melihatnya, wajahnya terlihat semakin tampan. Lantas, apa yang dalah denganku? Mengapa aku dengan sombongnya mengacuhkan seseorang yang tanpa cela ini? Mengapa aku tak bisa sedikitpun memberikan hatiku untuk lelaki yang sudah memberikan segalanya untukku ini? Mengapa aku tak bisa sedikit saja melihat cinta tulus dari lelaki yang sudah banyak berkorban untukku ini?Ah, rasanya aku benar-benar sudah gil

  • PUDING JELLY   80. Menjaga Asmara

    ( PoV Albert )"Kamu nggak ngejar Amel, Al?" Aku menatap Asmara tak berkedip untuk memastikan apakah dia benar Asmara atau bukan. Ku tatap wajahnya yang sayu, wajah yang selama ini selalu ku lihat di wajah Asmara karena memang kondisinya yang lemah sedari kecil, yang tak ku temukan dari wajah Asmara yang ku temui saat dia hilang ingatan tempo lalu."Nggak. Ngapain?" Aku tersenyum menatapnya. Melihat wajah ayunya, membuat jantungku terasa tak normal. Berdetak begitu cepat. Aku bahkan hampir lupa dengan Amel yang baru saja mengamuk karena cemburu melihat Asmara sedang berada di rumahku."Ya, kasihan aja sih. Aku nggak enak juga. Kalian bertengkar kan gara-gara aku tadi kalau aku nggak salah denger." Asmara menunduk. Menunjukkan kalau dia memang berada dalam penyesalan saat ini. Membuatku tak rela jika wajah wanita yang ku cintai itu menjadi murung karena sikap Amel yang kekanak-kanakan."Dih, apaan sih. Nggak, bukan gara-gara kamu. Amelnya aja yang kayak anak kecil. Cemburu nggak jelas.

  • PUDING JELLY   79. Amel Pergi Lagi

    ( PoV Albert )"Kamu nggak usah berisik bisa nggak sih Mel? Mara lagi sakit!" Aku kesal dengan Amel yang sedari tadi memintaku untuk mengantar Asmara pulang. Padahal dia melihat sendiri bagaimana kondisi Asmara saat ini. Asmara begitu lemah. Aku khawatir jika terjadi apa-apa dengannya lagi. Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan jika dia kembali tak mengingat apapun karena aku. Aku yang tiba-tiba saja membicarakan Amora di hadapannya."Kamu nggak ngerti ya Al? Itu tuh cuma caranya aja biar kamu mau balikan lagi sama dia. Biar kamu ninggalin aku. Ngerti nggak sih? Masak gitu aja nggak paham." Amel semakin tak terkendali. Dia bahkan berbicara dengan nada tinggi. Membuatku hampir saja frustasi di buatnya. Bagaimana tidak, ada Papa dan Mama di rumah. Dan Asmara, Asmara sedang beristirahat di dalam kamarnya yang memang bersebelahan dengan kamarku yang saat ini menjadi tempat perbincangan kami berdua. Atau lebih tepatnya, tempat pertengkaranku dan Amel."Mau kamu apa sih Mel? Kamu lupa kala

  • PUDING JELLY   78. Ingatanku Kembali

    ( PoV Asmara )"Makasih ya Al, udah nolongin aku tadi di jalan." Aku menyenderkan tubuhku yang masih terasa begitu lemah di senderan tempat tidurku. Ah, tidak. Tepatnya kamar tamu di rumah Albert, karena kamar itu kini bukan milikku lagi. Meskipun mungkin kamar itu masih sama seperti dulu dan tak ada sedikitpun yang berubah, aku tak berhak mengakuinya masih menjadi milikku. Karena aku sudah meninggalkannya."Sama-sama." Albert menunduk. Dia duduk di tepi tempat tidurku, namun membelakangiku. Dia terlihat tak senang melihatku. Entah apa yang membuatnya bersikap seperti ini kepadaku. Bukankah dia biasanya selalu ingin bertemu denganku? Bukankah dia bahkan tak akan melewatkan sedikit saja waktunya bersamaku?"Bisa minta tolong sekali lagi?" Aku menatapnya dalam. Mencoba mengartikan ekspresinya saat ini. Mungkinkah dia masih marah kepadaku setelah kejadian terakhir di villa tempo lalu? Ketika aku menolak pernyataan cintanya untuk yang kesekian kalinya. Mungkin saja iya. Aku memang keterla

  • PUDING JELLY   77. Mas Angga

    ( PoV Aksara )"Bener-bener gila si Dira. Dia tahu kan bagaimana kondisiku di dalam keluarga. Iya, oke kalau aku memang pewaris dari kekayaan orangtuaku yang tak akan habis di makan sampai tujuh puluh tujuh turunan. Tapi kan dia tahu kalau bukan aku satu-satunya pewaris orangtuaku. Bisa-bisanya dia minta sesuatu yang tak mungkin bisa aku kasih ke dia. Pakai acara ngancam segala lagi." Aku mengusap keningku dengan keras. Kepalaku serasa ingin pecah. Ingin sekali aku mengusir wanita gila itu saat ini juga. Selain aku sudah muak dengan tingkahnya, aku juga sudah tak ingin lagi melihat wanita yang sekarang sudah berubah menjadi macan loreng itu."Ah, mana panas banget lagi hari ini. Jalanan macet dari tadi nggak jalan-jalan. Kenapa sih ini? Perasaan kalau jam segini nggak pernah macet deh. Kan bukan jam berangkat dan pulang kerja. Lancar-lancar aja biasanya. Ah! Sial!" Aku memukul setir mobilku dengan keras. Udara yang begitu menyengat siang hari ini membuatku tak bisa menahan emosiku. AC

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status