Share

9. Bertahan dengan Kamu

( PoV Asmara )

"Sayang, ada guru baru lho di sekolahku. Wanita. Cantik banget lagi orangnya." Aku memeluk Aksara dengan begitu erat di balkon kamarku, ruang favorit kami dulu. Mencoba menikmati setiap momen kebersamaan dengannya yang akhir-akhir ini begitu langka aku dapatkan. Bagaimana tidak, Aksara mengaku sedang sibuk sekali menjalankan bisnis keluarganya dan juga bisnis keluarga Amanda, istrinya. Mau tak mau aku harus bersabar. Entahlah, aku merasa dia berubah. Mungkin dia memang sedang sibuk. Tapi, kesibukannya kini menjadi alasannya untuk selalu menghilang dan tak datang menemuiku.

"Oh ya? Siapa namanya?" Aksara melipat kedua tangannya di dada. Dia tak memelukku. Dia juga tak membelai rambut hitam panjangku yang selama ini selalu dia lakukan. Dia hanya menatap lurus ke arah depan. Dia bahkan tak mau menatapku.

"Namanya Bu Dira. Guru kesenian. Sumpah deh, kamu jangan sampai ketemu sama Bu Dira. Kamu nggak akan kuat. Aku aja yang perempuan, ngelihat Bu Dira itu udah spechless. Nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Sempurna banget soalnya. Kayak bidadari." Aku bangkit dari pelukan Aksara. Entah mengapa aku begitu bersemangat ketika menceritakan Bu Dira. Ya! Aku memang benar-benar kagum dengan beliau. Tak ada sedikitpun kecacatan dalam fisiknya. Perfect. Lebih-lebih dari aku yang mendapat julukan bidadari selama ini. Selain itu aku juga berusaha mencairkan suasana yang sedingin es batu sejak dia datang, dengan tetap bersikap seperti biasanya.

"Wah, jadi pengen lihat." Langsung ku tatap tajam mata Aksara yang sepertinya jadi benar penasaran. Ah, menyesal aku rasanya menceritakan Bu Dira kepadanya. Kenapa aku lupa sih kalau kekasihku ini adalah seorang playboy kaya raya yang wanitanya ada di mana-mana? Sial.

"Awas aja kalau berani." Aku cemberut. Memalingkan wajahku darinya. Sakit rasanya hatiku mendengarnya berbicara seperti itu.

"Ya emang kenapa? Lihat doang kan?" Aksara seperti tak merasa bersalah. Dia benar-benar keterlaluan. Ya! Dia seakan tak peduli jika aku merasakan sakit hati.

"Nanti kalau kamu suka sama Bu Dira gimana?" Aku merengek. Menggenggam kedua tangannya. Berharap dia tak melanjutkan rasa penasarannya itu. Dan tentu saja, masih berusaha bersikap biasa saja, meskipun perasaanku tak karuan. Tak nyaman dengan sikapnya.

"Ya kalau aku suka, tinggal aku pacarin aja. Udah dewasa juga kan. Daripada pacaran sama kamu, cuman dapet pelukan." Gila! Lagi-lagi dia menyindirku. Namun prinsip tetaplah prinsip. Aku tak akan goyah. Aksara hanya memacatiku. Dia tak akan menikahiku. Jadi aku tak mau mengorbankan apapun itu. Terutama keperawananku.

"Kok gitu sih? Katanya mau menghargai aku? Aku pacaran sama kamu karena memang aku cinta sama kamu lho. Aku tulus." Aku membela diri. Iya benar. Aku memang tulus mencintai Aksara. Aku tak mengharapkan apapun. Aku nyaman bersamanya. Aku ingin selalu berada di dekatnya. Itu saja. Ah, ingin sekali aku menangis mendengar perkataannya.

"Iya-iya." Seperti biasa setiap kali kita membahas soal ini, dia menjadi kesal. Dia bangkit dari duduknya. Merapikan pakaiannya yang acak-acakan setelah ulahku yang begitu erat memeluknya.

"Mau pergi?" Ku lihat wajahnya yang menjadi semakin masam. Menjadi semakin dingin. Dan matanya sama sekali tak menatapku.

"Mau cari angin segar. Di sini juga nggak ngapa-ngapain." Setelah melontarkan jawaban yang menyakitkan itu, tanpa menoleh sedikitpun ke arahku, Aksara pergi. Meninggalkanku dengan perasaan tak karuan. Aku diam saja.

Ya, aku memang tak bisa membantahnya. Aku mencintainya. Aku tak ingin kehilangan dia. Menjadi simpanannya, itu sudah cukup membuatku bahagia.

Aku tahu betul resikonya berpacaran dengan seorang lelaki beristri. Mereka, para lelaki beristri itu pasti tak akan pernah kuat menahan untuk tak melakukan apapun dengan pasangan selingkuh mereka. Mereka berselingkuh untuk mencari kesenangan. Dan itulah yang akhir-akhir ini membuat Aksara semakin menjauhiku. Namun, apalah daya ku. Setidaknya, aku tak rugi apapun di saat Aksara meninggalkanku nanti. Karena aku tahu siapa aku. Aku sadar dimana posisiku. Aku tak mungkin selamanya bersama lelaki beristri itu. Meskipun aku sangat menginginkannya.

Ah, aku menangis. Bahagia yang baru beberapa menit lalu ku rasakan setelah sekian lama aku melihat Aksara datang kepadaku, kini berubah menjadi sebuah tangisan. Tangisan tentang kesendirianku. Selalu seperti itu. Jujur aku tersiksa. Dia begitu cepat berubah. Perhatiannya hanya di awal hubungan. Selebihnya, tak ada kepedulian. Namun aku bisa apa?

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status