Share

Bab 6

Penulis: Piemar
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-21 19:40:20

Di istana Kerajaan Velmont, Ratu Seraphina berjalan bolak balik dengan gelisah. Ia sedang menunggu kabar dari kastil Pangeran Leonhart.

“Bagaimana? Apa Pangeran Leonhart membatalkan pernikahan?” tanya Ratu Seraphina pada Duke Arvin yang baru saja menyambanginya.

Duke Arvin membungkuk di hadapannya. “Maafkan hamba, Yang Mulia. Belum ada kabar apapun tentang hal itu. Hanya saja menurut informan, mereka baru saja tiba di kastil Pangeran Leonhart,” tukas Duke Arvin dengan hati-hati. 

Ratu Seraphina menghela nafas pelan. Perlahan ia kembali ke singgasananya. Ia duduk, menatap Arvin seperti menimbang hidupnya. “Leon pasti jijik melihatnya. Si pelayan buruk rupa itu pasti akan diusir, dan Velmont tidak akan punya alasan untuk menuntut balik mahar. Benar-benar ide gila. Tapi … apakah akan berhasil?”

Duke Arvin tertawa pendek, pahit. “Rencanaku selalu berhasil, Yang Mulia. Kita tinggal tunggu saja waktunya. Tak mungkin Pangeran Leonhart menahan gadis itu lebih lama. Pilihannya … dia akan mengembalikannya ke istana. Pernikahan hanya terjadi secara simbolik. Atau—”

“Atau dia menghabisinya—” sela sang ratu bernada getir, membayangkan gadis yang mirip seseorang di masa lalunya itu mati dipenggal oleh Pangeran Leonhart. 

Duke Arvin menelan salivanya. Untuk soal itu, ia tidak tega hanya sekedar membayangkannya. Ana pernah menyelamatkannya saat ia pernah digigit ular berbisa. Ia tidak akan lupa kebaikan gadis itu. 

“Apa kau sudah mendapat informasi soal asal usul gadis itu?” 

Ratu Seraphina mengganti topik pembicaraan. 

Duke Arvin menunduk, meski matanya tak benar-benar menatap lantai marmer. Ada sesuatu di balik tatapannya—entah kesangsian, atau sekadar cemas. Ia menengadah. “Dia hanya gadis yatim piatu dari Panti Merlow, Westmere. Anak-anak di panti itu kebanyakan anak dari korban perang, Yang Mulia,”

Ratu Seraphina bernafas lega. Ia bangkit, gaunnya bergoyang menyapu lantai. Namun di balik keanggunannya, tatapannya masih tajam dan dalam. “Kau telah melakukan pekerjaan yang sempurna, Arvin. Kau layak dihargai.”

Duke Arvin tersenyum mendengar pujian sang ratu.

Malam itu Ratu Seraphina mungkin bisa tidur nyenyak. Sebelum beranjak ke atas ranjang, ke dua tangan melingkari tubuhnya, membuatnya terhenyak.

“Ibu,” bisik suara seorang gadis yang terdengar familiar.

Ratu Seraphina menoleh lalu mencubit hidungnya. “Kenapa kau kembali? Belum waktunya kau muncul, Clarissa,”

Putri Clarissa memasang wajah yang ditekuk. Ia berbicara pelan. “Aku lelah harus menyembunyikan wajahku ini, Ibu.”

“Tunggulah sebentar!” kata Ragu Seraphina dengan tersenyum samar.

.

.

.

Pangeran Leonhart menyeringai dingin setelah melihat wajah asli Ana—yang dikira cacat dan penyakitan.

“Jadi ini hadiah yang mereka kirim padaku? Mereka mendapat wilayah tambang sedangkan aku? Pelayan buruk rupa.”

Ia mencengkram dagu Ana dengan paksa. Lalu ia mendorongnya hingga ke dinding.

Pria itu mengira jika gadis itu masih bisa dimanfaatkan. Setidaknya wajah cantik dan tubuh moleknya bisa sedikit menghiburnya malam itu. Namun, di luar dugaan, ia ingin muntah melihat wajahnya.

“Lepaskan aku, Yang—” gumam Ana saat berusaha melepas cengkraman satu tangan kekar Pangeran Leonhart. 

Tenaganya kalah jauh. Postur tubuh dirinya dan pria itu sangat kontras. Di hadapannya ia seperti seekor kelinci. Dan, Pengeran Leonhart seperti lambang kerajaan, seekor singa yang lapar. 

Dengan begitu mudah, pria keji itu menarik tubuh mungil Ana. Nafas Ana pendek-pendek, saat cengkraman Pangeran Leonhart menekan nadi di lehernya.

Alih-alih mendengar suara Ana yang nyaris hilang, Leonhart menatapnya dengan sorot permusuhan. “Ratu telah menghina kerajaan Ravensel.”

Air mata sudah mengambang di matanya yang sialnya indah—berwarna hijau zaitun. Namun ia tidak gentar. “Aku siap dihukum, Yang Mulia,” katanya setelah cengkraman Leonhart mengendur.

Tunggu, gadis itu sama sekali tidak takut. Ia mengira jika gadis itu akan memelas dengan menangis kencang. Namun … cara ia bicara seperti tak gentar. Tatapannya menyiratkan luka yang tak kasat mata. 

Pangeran Leonhart menarik diri. Tubuh gadis itu jatuh terhuyung ke lantai. Nafasnya masih memburu. Ia menghirup udara rakus.

Pangeran Leonhart menatap gadis itu lagi. Kali ini tak sebengis tadi. 

“Apa kau tidak takut aku akan memenggal kepalamu? Kesalahanmu sangat fatal! Kau sudah berpura-pura menjadi Putri Clarissa!”

Ana hanya bisa terbaring lemah. Tubuhnya menggigil karena kelelahan, napasnya tersengal, dan bibirnya bergetar pelan—berusaha mengucap sesuatu, namun suara itu tak kunjung keluar. Hanya udara dari bibirnya yang setengah terbuka.

“Pengawal, bawa dia pergi!” suara dingin Pangeran Leonhart menggema seperti palu hukuman, menghantam dada Ana.

Pintu kamar terbuka. Dua pengawal bertubuh tinggi besar dan bersenjata melangkah masuk tanpa ragu. Ana menoleh panik, matanya membelalak. Belum sempat ia bergerak, kedua tangannya sudah dicengkeram keras. Ia diseret keluar kamar pengantin seperti tahanan hina.

Gaun pengantinnya terseret lantai, dan pandangannya kabur oleh air mata. Malam pertama yang seharusnya sakral dan indah berubah menjadi malam hukuman dan penghinaan. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 6

    Di istana Kerajaan Velmont, Ratu Seraphina berjalan bolak balik dengan gelisah. Ia sedang menunggu kabar dari kastil Pangeran Leonhart.“Bagaimana? Apa Pangeran Leonhart membatalkan pernikahan?” tanya Ratu Seraphina pada Duke Arvin yang baru saja menyambanginya.Duke Arvin membungkuk di hadapannya. “Maafkan hamba, Yang Mulia. Belum ada kabar apapun tentang hal itu. Hanya saja menurut informan, mereka baru saja tiba di kastil Pangeran Leonhart,” tukas Duke Arvin dengan hati-hati. Ratu Seraphina menghela nafas pelan. Perlahan ia kembali ke singgasananya. Ia duduk, menatap Arvin seperti menimbang hidupnya. “Leon pasti jijik melihatnya. Si pelayan buruk rupa itu pasti akan diusir, dan Velmont tidak akan punya alasan untuk menuntut balik mahar. Benar-benar ide gila. Tapi … apakah akan berhasil?”Duke Arvin tertawa pendek, pahit. “Rencanaku selalu berhasil, Yang Mulia. Kita tinggal tunggu saja waktunya. Tak mungkin Pangeran Leonhart menahan gadis itu lebih lama. Pilihannya … dia akan menge

  • PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 5

    Mendengar teriakan Madam Mia, Ana langsung mencari cermin rias. Matanya membulat dan bibirnya menganga saat melihat wajahnya di sana.“Apa yang terjadi pada wajahku?” gumam Ana dengan tak percaya.“Apa kau merusak wajahmu dengan sengaja Ana?” kata Madam Mia langsung mendekat. Ia menilik wajah Ana dari jarak sangat dekat. Bahkan ia menyentuh bagian pipi kanan dan kirinya bergantian.“Ough, gatal, Madam,” kata Ana dengan lenguhan pelan. Ia meringis kesakitan.Madam Mia menghela nafas berat, “Jika Baginda Ratu tahu, kau—”“Cepat obati dia dan rias!” Suara kharismatik terdengar. Baik Ana maupun Madam Mia langsung membungkukan badan mereka, menyapa sang ratu. Madam Mia mengangguk pelan seraya menjawab, “baik, Yang Mulia,”Ratu Seraphina menatap Ana sebentar dengan tatapan yang rumit lalu pergi begitu saja meninggalkan mereka. Aneh, reaksinya datar.“Ana, apa yang terjadi?” desak Madam Mia—masih kaget kenapa wajah Ana berubah mengerikan.Ana mencoba mengingat kejadian semalam. “Madam, sem

  • PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 4

    Malam itu, di kamar, Ana duduk memeluk lututnya di tepi ranjang. Tangan lentiknya menggenggam liontin berukiran bunga lily yang berkilauan indah. Ia bisa melihat pantulan wajah cantiknya dari sana.Oh, Tuhan, apa yang harus aku lakukan?Berbagai doa melangit. Berharap ada keajaiban datang.Mata Ana terasa panas. Ia tidak bisa membayangkan dirinya akan menikah dengan pangeran keji dan buruk rupa. Menikah dengannya sama seperti menggali kuburannya sendiri.Seketika ingatannya berlabuh pada hari di mana sebelum ia dipanggil pihak istana untuk datang. “Ana… kau punya hak untuk tahu ini.”Suara parau itu datang dari seorang wanita tua bersurai keperak-perakan yang tengah berdiri di bangku kayu dekat pintu dapur istana. Tangannya gemetar saat membawa sebuah kotak kayu berbahan walnut dengan pengait dari logam yang sudah berkarat tergerus waktu.Ana menoleh tatkala mendengar suaranya. Sontak, ia menghentikan pekerjaannya. Ditaruhnya periuk berisi sup daging yang baru saja diangkatnya. “B

  • PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 3

    Ratu Seraphina menelan salivanya. “Kau?” tanyanya tak bisa menyembunyikan rasa semburat penasaran sekaligus keterkejutannya. Ini pertama kalinya ia melihat wajah Ana tanpa veil.Bergegas, Ana menunduk dalam. Ia juga tak kalah terkejut melihat reaksi sang ratu. Sebaliknya, ia mengira Ratu Seraphina begitu jijik dan benci melihatnya. ‘Tak mungkin! Matanya mirip …’ batin sang ratu dengan perasaan yang berkecamuk.Ratu Seraphina memangkas jarak di antara mereka. Tangannya terulur pada wajahnya namun segera ia menariknya kembali.“Yang Mulia, dia gadis yang menggantikan Putri Clarissa,” lapor Duke Arvin dengan nada hati-hati. Ia sedikit menunduk, tahu betul bahwa kabar ini bukan hal sepele. Ia hanya ditugasi mencari gadis yang mirip dengan Putri Clarissa.Berusaha menormalkan perasaannya, Ratu Seraphina berdiri membelakangi jendela besar aula timur, sorot matanya kosong menatap kebun mawar yang sedang mekar. Wajahnya tenang—hingga sulit ditebak apakah ia marah, sedih, atau curiga.Ana dud

  • PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 2

    Ana menunduk dalam-dalam saat pangeran itu mendekat. Sial, justru langkah pria bertubuh tinggi besar itu berhenti… tepat di hadapannya. Jarak mereka hanya beberapa jengkal. Ana bahkan bisa merasakan hembusan nafasnya yang beraroma mint campur rosemary. Aneh, katanya wangi nafasnya bau bawang putih dan telur busuk. Tapi aroma nafasnya harum. Apalagi … ciumannya. Beberapa detik Ana mengusik pikiran itu. “Angkat wajahmu,” suaranya dalam dan dingin.Ana mendongak—hanya setengah. Sungguh, mendadak ia diserbu rasa takut bercampur gugup yang tinggi. Ada banyak ketakutan yang menyelimuti dirinya. Bagaimana kalau ia ketahuan bukan Putri Clarissa? Mungkin jasadnya akan berakhir di balairung eksekusi kerajaan.Pangeran Leonhart menatap gadis itu seperti ingin menyelami isi kepalanya. “Lebih tinggi.”Dengan ragu, Ana menengadah, menatap matanya. Seketika keheningan turun. Ana bisa melihat jelas tatapan gelap milik pangeran itu. Manik matanya berwarna hitam pekat seperti batu obsidian. Indah na

  • PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 1

    “Jangan menatapnya terlalu lama. Kau bisa lupa siapa dirimu.”Ana mengangkat wajahnya dari cermin kecil di ruang rias. Suara itu datang dari pelayan tua di belakangnya—yang hari ini ditugaskan mendandani Putri Clarissa.Ana hanya menunduk dalam. Tangannya gemetar saat menyentuh bros emas yang tersemat di dada gaun birunya. Gaun itu bukan miliknya. Nama ini pun bukan miliknya. Tapi malam ini, ia akan melangkah ke tengah aula sebagai Putri Clarissa—dalam acara pertunangan politik yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.Semuanya demi sang Ratu. Ia merasa terjebak di sana. Padahal ia hanyalah seorang koki yang ditugasi untuk membuat kue tart ulang tahun untuk sang putri. Tak dinyana, tiba-tiba ia diseret masuk ke dalam ruang rias sang putri.Sebuah veil tipis menutupi wajahnya, menyamarkan identitas yang ia pinjam. Beberapa kali ia menghela nafas sesak. Ia tidak bisa melarikan diri seperti seekor kerbau yang dicucuk hidungnya. Takdir sedang mempermainkannya.“Yang Mulia menunggu di aula.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status