Share

Part 4 London Eye

Author: prisma wati
last update Last Updated: 2022-09-30 12:58:28

Agatha tengah berada di salah satu pusat perbelanjaan di London, ia ditemani oleh beberapa pengawal karena Rafka masih ada pekerjaan sehingga tidak bisa menemaninya pergi. Rafka hanya mengatakan bahwa ia akan menjemputnya saat Agatha selesai dengan kegiatannya. 

Saat ini tangan seluruh pengawalnya sudah penuh dengan barang-barang belanjaannya. Entah sudah berapa banyak uang yang ia habiskan Agatha tidak peduli. Mengingat keluarga Rafka yang begitu sukses, ia yakin kegiatan belanjanya hanyalah hal kecil bagi Rafka. 

Setelah puas mengitari seluruh tempat yang ada, saat ini Agatha masuk ke dalam sebuah salon kecantikan. Agatha berencana merubah penampilan rambutnya dengan warna yang lebih gelap.

Tak terasa hari sudah semakin sore, Rafka sudah datang menjemputnya dan menyuruh para pengawalnya untuk kembali. Rafka begitu terpesona melihat penampilan baru Agatha yang tampak begitu alami.

“Warna itu sangat cocok untukmu Div,” puji Rafka membuat pipi Agatha sedikit memerah.

“Kita mau kemana?” tanya Agatha saat mobil yang dikendarai Rafka bukan menuju arah Penthousenya. 

“Ke tempat yang sangat ingin aku kunjungi sama kamu Div,” sahut Rafka sambil membawa tangan Agatha dan menciumnya.

Entah mengapa jantungnya berdebar cukup kencang saat Rafka mengatakan dan melakukan hal-hal manis untuknya. Meskipun ia tahu kata-kata itu bukanlah untuk dirinya, tetapi tidak bisa dipungkiri kalau Agatha merasa bahagia berada di samping Rafka. 

Rafka menghentikan mobilnya setelah dua puluh lima menit berkendara. dia langsung turun dan mengitari mobil lalu membukakan pintu dan mengulurkan tangannya untuk Agatha.

“London Eye?” Agatha tersenyum sambil melihat ke arah bianglala raksasa itu.

“Yap, aku harap kamu suka, karena terakhir kali kita ke tempat ini kamu menangis,” jawab Rafka

Agatha hanya menganggukan kepalanya berpura-pura seakan ia mengetahui apa yang Rafka bicarakan.

“Menangis ketika datang ke sini sangatlah merusak momen,” pungkas Agatha seolah sedang mengejek gadis yang berpura-pura menjadi dirinya itu. 

Tanpa menunggu Rafka, Agatha berjalan lebih dulu. Gadis itu sangat menikmati suasana hatinya yang bahagia saat itu.

Setelah beberapa saat berkeliling di sekitar London Eye. Akhirnya mereka memutuskan untuk naik ke dalam kapsul bianglala raksasa itu saat langit sudah mulai gelap dan lampu London Eye itu menyala dengan terangnya.

“Kamu terlihat begitu cantik, apalagi saat di bawah cahaya,” gumam Rafka dengan suara yang cukup kecil, namun masih mampu didengar.

Rafka menggenggam tangan Agatha untuk masuk ke dalam saat pintu kapsul penumpang terbuka, memperlihatkan ruang yang cukup luas, yang dapat memuat sekitar dua puluh orang di dalamnya. 

Pantulan wajah cantik Agatha terlihat jelas di kaca. Agatha tampak begitu menikmati panorama Kota London yang luar biasa indah. Dari ketinggian mereka dapat memandang bangunan-bangunan tua terkenal di London seperti Big Ben dan juga House of Parliament dengan sangat jelas. Selain itu terlihat cukup jelas hamparan Sungai Thames yang terbentang luas.

Semuanya tampak begitu kecil dari atas, saat London Eye berada di puncak dan bergerak semakin tinggi. Bangunan-bangunan itu lebih terlihat seperti miniatur Kota yang dipenuhi cahaya putih di sekitarnya.

Detak jantung Agatha berdebar lebih kencang, pipinya mulai memanas, saat merasakan tangan Rafka yang menahan tengkuknya lalu mendekatkan tubuhnya ke arah gadis itu. Rafka memisahkan jarak di antara mereka dengan merengkuh pinggang Agatha agar semakin mendekat. Tak lama, Agatha dapat merasakan sentuhan bibir Rafka mulai menyesap bibirnya dengan lembut. Agatha mulai memejamkan kedua matanya, tubuhnya bergeming tidak menolak sentuhan bibirnya. Namun, tidak pula membalasnya. 

Agatha membuka kedua matanya perlahan, ketika tidak lagi  merasakan sentuhan bibir Rafka di bibirnya. Ia melihat Rafka mulai menjauhkan wajahnya “Ma-af seharusnya a-ku tidak melakukannya Div,” gumam Rafka dengan suara pelan, tetapi tangannya masih menangkup wajah Agatha. Untuk sesaat Agatha masih terdiam. 

Sekarang giliran gadis itu yang mendekatkan wajahnya ke arah Rafka, secara perlahan gadis itu mulai mengecup lembut bibir Rafka yang terasa begitu manis di bibirnya. Agatha seperti telah kehilangan akal sehatnya, dengan langsung melumat bibir Rafka dan menciumnya semakin dalam. Meskipun ini bukan ciuman pertamanya, atau mungkin lebih tepatnya Rafka adalah pria kesekian kali yang pernah melakukan ini dengannya. Namun, Agatha merasakan pria di hadapannya ini berbeda dengan pria lain yang pernah ia temui. 

Mereka menghentikan kegiatannya, ketika merasakan nafas yang terasa menipis. Mereka melepaskan ciuman sejenak, untuk menarik oksigen. Lalu kembali melanjutkannya lagi sampai terengah-engah. Agatha mulai merasa bibir Rafka akan menjadi candu baginya. Rafka mengurungkan  niatnya saat ingin mendekatkan lagi bibirnya dengan Agatha, karena tiba-tiba saja perut mereka berbunyi secara bersamaan, membuat mereka saling menatap lalu beberapa detik kemudian saling tertawa. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pacar Kedua & Istri Rahasia    Part 147 Akhir Segalanya (Tamat)

    Rafka menatapnya dengan mata penuh air mata. Tangannya yang besar dan kuat menggenggam tangan Agatha dengan lembut. "Aku mencintai kamu. Aku selalu mencintai kamu, dan aku akan terus mencintai kamu, Tha."Agatha merasa hatinya hangat mendengar kata-kata itu. Meskipun dalam kondisi yang rapuh, cinta mereka tetap mengalir begitu kuat di antara mereka. Agatha menatap mata Rafka dengan pandangan lembut, bibirnya terangkat dalam senyuman yang penuh makna. "Aku juga mencintai kamu, Rafka."Tangan mereka saling berpegangan erat, menyampaikan dukungan, cinta, dan perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Agatha merasakan kehangatan dalam genggaman tangan Rafka, seolah-olah itu adalah tali yang mengikat hati mereka.Agatha merasakan rasa sakit yang semakin memburuk. Dia tahu bahwa waktu mereka sangatlah terbatas. Dengan suara yang lemah, ia berbicara lagi, kali ini dengan serius, "Rafka, kamu harus kuat."Rafka menatap Agatha dengan rasa takut yang tidak tersembunyi. "Apa yang kamu bic

  • Pacar Kedua & Istri Rahasia    Part 146 Harapan

    Beberapa hari berlalu, kondisi Agatha tetap kritis. Rafka terus menghabiskan waktu di rumah sakit, bergantian menjaga bayi perempuannya dan mengunjungi Agatha. Dia merasa seolah hidupnya berada dalam titik balik yang kritis. Perasaannya bercampur antara rasa harapan dan kegelisahan yang tak terbayangkan.Selama berhari-hari ini, Rafka terus menjaga putrinya dengan penuh kecintaan dan tekad. Dia bersama keluarganya dan keluarga Agatha bergantian menjaga Agatha, berdoa dan berharap agar wanita itu segera pulih dan bisa bersama mereka lagi.Ruang perawatan Agatha juga menjadi tempat di mana para keluarga mereka bergantian menjaga. Karina dan Ravindra, yang penuh kehangatan, seringkali mengambil giliran menjaga Agatha ketika Rafka perlu beristirahat sejenak. Adiva juga ada di sana, membantu dengan segala hal yang dibutuhkan. Meskipun situasinya tidak mudah, atmosfer di dalam ruangan itu penuh dengan kasih sayang dan semangat perjuangan.Ketika hari beranjak malam, Rafka masih terjaga, mem

  • Pacar Kedua & Istri Rahasia    Part 145 Akhir Segalanya?

    Rafka berusaha untuk tenang dan kuat di hadapan Ayra. Gadis kecil itu masih belum paham betapa seriusnya situasi ini, dan Rafka ingin melindungi perasaannya. Dia menundukkan badan untuk berada pada tingkat mata Ayra ketika gadis kecil itu menatapnya dengan mata penuh pertanyaan. "Papa, apa yang terjadi sama Mama?" tanyanya dengan nada khawatir.Rafka membungkukkan tubuhnya untuk berada sejajar dengan Ayra. Dia menyeka air mata yang hampir jatuh dari mata kecil Ayra dengan lembut, mencoba memberikan senyum lembut. "Ayra, Mama sedang sakit dan sedang dirawat oleh dokter. Papa dan semua orang sedang berusaha yang terbaik untuk membantu Mama."Ayra menggigit bibirnya, terlihat cemas. "Mama akan baik-baik saja, kan, Papa?" tanyanya dengan penuh harapan.Rafka mengecup kening Ayra lembut. "Kita berdoa bersama-sama, sayang. Mama sangat kuat dan Mama juga ingin cepat kembali bersama kita."Tak lama kemudian, semua keluarga berdatangan ke rumah sakit. Karina dan Ravindra datang dengan wajah pe

  • Pacar Kedua & Istri Rahasia    Part 144 Terbaring Lemah

    Agatha terus menjalani rawat inap di rumah sakit, dipantau dengan ketat oleh para dokter dan perawat. Setiap detik waktu terasa berharga bagi Rafka dan semua orang yang peduli dengan Agatha. Rafka duduk di samping tempat tidur Agatha, matanya tidak pernah lepas dari wanita yang sedang berjuang ini. Dia merasakan ketidakpastian yang semakin mendalam, kekhawatiran yang tak terkendali.Agatha terbaring lemah di tempat tidurnya, wajahnya pucat dan matanya terlihat letih. Pendarahan yang dialaminya telah membuat kondisinya semakin memburuk. Meskipun Agatha mencoba menjaga semangatnya, tetapi tubuhnya semakin tak mampu mempertahankan. Rafka merasa frustasi karena merasa tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu Agatha. Dia ingin sekali bisa menghapus semua rasa sakit yang Agatha rasakan, namun dia tahu dia hanya bisa berdoa dan berharap yang terbaik.Rafka menggenggam tangan Agatha dengan erat, merasakan getaran kelemahan dalam genggaman itu. Dia merasa hatinya teriris melihat Agatha yang

  • Pacar Kedua & Istri Rahasia    Part 143 Menebus Kesalahan

    Di dalam ruang perawatan yang hening, mata Agatha perlahan terbuka dan tatapannya memandang wajah lelah Rafka. Luka lebam di pipi pria itu memperoleh perhatiannya, dan segera Agatha mengeluarkan pertanyaan khawatir dari bibirnya. "Wajah kamu kenapa?"Namun, jawaban yang ia terima bukanlah tentang luka lebam itu. Rafka hanya menatapnya dengan ekspresi yang rumit, seolah ada banyak hal yang ingin ia sampaikan, tetapi dia kesulitan menemukan kata-kata yang tepat. Agatha bisa merasakan kecemasan yang menghantui Rafka, dan ia tahu bahwa saat ini mereka harus menghadapi kenyataan bersama."Bagaimana kondisimu?" tanya Rafka, suaranya lembut namun penuh dengan kekhawatiran. Agatha terpancar kekaguman dalam tatapannya saat melihat perasaan Rafka yang terangkum dalam raut wajahnya.Agatha mencoba tersenyum lemah, meskipun rasa sakit dan kebingungannya masih menghantui. "Aku baik-baik saja," jawabnya pelan.Namun, perhatian Rafka beralih dari kesehatannya sendiri dan dengan penuh kekhawatiran ia

  • Pacar Kedua & Istri Rahasia    Part 142 Gelombang Perasaan

    Dalam keheningan ruang perawatan, setelah berbicara dengan Agatha, Ivan merasa seolah dia tenggelam dalam gelombang perasaan yang tak tertahankan. Dia berusaha memproses semua yang telah terjadi, memahami pilihan-pilihan yang sulit yang telah dibuat oleh Agatha, dan merasa terhempas oleh kemungkinan terburuk yang dapat terjadi pada wanita itu dan bayi yang dikandungnya.Namun, pandangannya tiba-tiba terganggu oleh sosok yang mendekat dari kejauhan. Rafka, dengan wajah yang penuh kekhawatiran, berjalan menuju Ivan dengan langkah tergesa-gesa. Ivan bisa merasakan adanya ketegangan di udara saat Rafka semakin mendekat. Tatapan mereka bertemu dalam keheningan yang berat.Tak lama setelah Rafka berada di depan Ivan, pria itu seolah melepaskan semua ketegangan yang ada dalam dirinya. Ia langsung mencengkeram kerah baju Ivan dengan kasar, menggeramkan pertanyaan yang memancar dari dalam hatinya. "Apa yang kamu lakukan kali ini?"Ivan menatap tajam Rafka, mencoba membaca perasaan yang ada di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status