Share

Part 4 London Eye

Agatha tengah berada di salah satu pusat perbelanjaan di London, ia ditemani oleh beberapa pengawal karena Rafka masih ada pekerjaan sehingga tidak bisa menemaninya pergi. Rafka hanya mengatakan bahwa ia akan menjemputnya saat Agatha selesai dengan kegiatannya. 

Saat ini tangan seluruh pengawalnya sudah penuh dengan barang-barang belanjaannya. Entah sudah berapa banyak uang yang ia habiskan Agatha tidak peduli. Mengingat keluarga Rafka yang begitu sukses, ia yakin kegiatan belanjanya hanyalah hal kecil bagi Rafka. 

Setelah puas mengitari seluruh tempat yang ada, saat ini Agatha masuk ke dalam sebuah salon kecantikan. Agatha berencana merubah penampilan rambutnya dengan warna yang lebih gelap.

Tak terasa hari sudah semakin sore, Rafka sudah datang menjemputnya dan menyuruh para pengawalnya untuk kembali. Rafka begitu terpesona melihat penampilan baru Agatha yang tampak begitu alami.

“Warna itu sangat cocok untukmu Div,” puji Rafka membuat pipi Agatha sedikit memerah.

“Kita mau kemana?” tanya Agatha saat mobil yang dikendarai Rafka bukan menuju arah Penthousenya. 

“Ke tempat yang sangat ingin aku kunjungi sama kamu Div,” sahut Rafka sambil membawa tangan Agatha dan menciumnya.

Entah mengapa jantungnya berdebar cukup kencang saat Rafka mengatakan dan melakukan hal-hal manis untuknya. Meskipun ia tahu kata-kata itu bukanlah untuk dirinya, tetapi tidak bisa dipungkiri kalau Agatha merasa bahagia berada di samping Rafka. 

Rafka menghentikan mobilnya setelah dua puluh lima menit berkendara. dia langsung turun dan mengitari mobil lalu membukakan pintu dan mengulurkan tangannya untuk Agatha.

“London Eye?” Agatha tersenyum sambil melihat ke arah bianglala raksasa itu.

“Yap, aku harap kamu suka, karena terakhir kali kita ke tempat ini kamu menangis,” jawab Rafka

Agatha hanya menganggukan kepalanya berpura-pura seakan ia mengetahui apa yang Rafka bicarakan.

“Menangis ketika datang ke sini sangatlah merusak momen,” pungkas Agatha seolah sedang mengejek gadis yang berpura-pura menjadi dirinya itu. 

Tanpa menunggu Rafka, Agatha berjalan lebih dulu. Gadis itu sangat menikmati suasana hatinya yang bahagia saat itu.

Setelah beberapa saat berkeliling di sekitar London Eye. Akhirnya mereka memutuskan untuk naik ke dalam kapsul bianglala raksasa itu saat langit sudah mulai gelap dan lampu London Eye itu menyala dengan terangnya.

“Kamu terlihat begitu cantik, apalagi saat di bawah cahaya,” gumam Rafka dengan suara yang cukup kecil, namun masih mampu didengar.

Rafka menggenggam tangan Agatha untuk masuk ke dalam saat pintu kapsul penumpang terbuka, memperlihatkan ruang yang cukup luas, yang dapat memuat sekitar dua puluh orang di dalamnya. 

Pantulan wajah cantik Agatha terlihat jelas di kaca. Agatha tampak begitu menikmati panorama Kota London yang luar biasa indah. Dari ketinggian mereka dapat memandang bangunan-bangunan tua terkenal di London seperti Big Ben dan juga House of Parliament dengan sangat jelas. Selain itu terlihat cukup jelas hamparan Sungai Thames yang terbentang luas.

Semuanya tampak begitu kecil dari atas, saat London Eye berada di puncak dan bergerak semakin tinggi. Bangunan-bangunan itu lebih terlihat seperti miniatur Kota yang dipenuhi cahaya putih di sekitarnya.

Detak jantung Agatha berdebar lebih kencang, pipinya mulai memanas, saat merasakan tangan Rafka yang menahan tengkuknya lalu mendekatkan tubuhnya ke arah gadis itu. Rafka memisahkan jarak di antara mereka dengan merengkuh pinggang Agatha agar semakin mendekat. Tak lama, Agatha dapat merasakan sentuhan bibir Rafka mulai menyesap bibirnya dengan lembut. Agatha mulai memejamkan kedua matanya, tubuhnya bergeming tidak menolak sentuhan bibirnya. Namun, tidak pula membalasnya. 

Agatha membuka kedua matanya perlahan, ketika tidak lagi  merasakan sentuhan bibir Rafka di bibirnya. Ia melihat Rafka mulai menjauhkan wajahnya “Ma-af seharusnya a-ku tidak melakukannya Div,” gumam Rafka dengan suara pelan, tetapi tangannya masih menangkup wajah Agatha. Untuk sesaat Agatha masih terdiam. 

Sekarang giliran gadis itu yang mendekatkan wajahnya ke arah Rafka, secara perlahan gadis itu mulai mengecup lembut bibir Rafka yang terasa begitu manis di bibirnya. Agatha seperti telah kehilangan akal sehatnya, dengan langsung melumat bibir Rafka dan menciumnya semakin dalam. Meskipun ini bukan ciuman pertamanya, atau mungkin lebih tepatnya Rafka adalah pria kesekian kali yang pernah melakukan ini dengannya. Namun, Agatha merasakan pria di hadapannya ini berbeda dengan pria lain yang pernah ia temui. 

Mereka menghentikan kegiatannya, ketika merasakan nafas yang terasa menipis. Mereka melepaskan ciuman sejenak, untuk menarik oksigen. Lalu kembali melanjutkannya lagi sampai terengah-engah. Agatha mulai merasa bibir Rafka akan menjadi candu baginya. Rafka mengurungkan  niatnya saat ingin mendekatkan lagi bibirnya dengan Agatha, karena tiba-tiba saja perut mereka berbunyi secara bersamaan, membuat mereka saling menatap lalu beberapa detik kemudian saling tertawa. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status