Share

Part 5 Kembali ke Indonesia

Keesokan harinya, Agatha dan Rafka suda berada di pesawat untuk kembali pulang ke Indonesia. Selama di penerbangan, Agatha lebih banyak menghabiskan waktunya untuk tidur. Perjalanan panjang sangat membuatnya bosan dan mengantuk. Apalagi yang  Rafka lakukan hanyalah bekerja dan membaca dokumen-dokumen penting yang telah dikirimkan seseorang bernama David sebelumnya. 

Agatha hanya bangun sesekali untuk menikmati beberapa makanan dan camilan yang disediakan oleh maskapai penerbangan ini. Namun yang gadis itu inginkan saat ini adalah menyesap segelas anggur merah. Sudah beberapa hari ini ia tidak merasakannya karena Rafka yang melarangnya. Dan sekarang Rafka selalu menolak pramugari yang menawarinya minuman yang cukup memabukkan itu. Alhasil Agatha menjadi kesal dan membuang pandangannya. 

“Ada apa?” tanya Rafka dengan lembut setelah menyadari perubahan mood Agatha.

“Mau minum,” rengek Agatha seperti anak kecil.

“Minum apa?” tanya Rafka lagi. 

“Mau itu.” Agatha menunjuk segelas wine yang terletak di seberang mereka. 

“Aku kira kamu nggak suka,” ujar Rafka sambil tak henti menatap gadis itu.

Ditatap seperti itu cukup membuat Agatha gugup. “Ya … mungkin dulu nggak suka. Tapi, sekarang suka banget,” balas Agatha dengan raut wajah memelas.

Rafka tampak berpikir sejenak. “Okay, tapi satu gelas aja ya.” 

Agatha refleks memeluk dan mencium pipi Rafka sekilas. “Thank you.”

Sementara Rafka tersenyum melihat perubahan sikap gadis yang ia kira adalah Adiva karena gadis di sampingnya ini menjadi ekspresif dan ceria. 

“Kamu jangan kerja terus dong, bosan tahu lihatnya,” ujar Agatha sambil mencari-cari film yang bagus untuk ditonton. 

Rafka segera menuruti Agatha dan membereskan pekerjaannya. “Okay, sekarang mau apa?” tanya Rafka membuat jantung Agatha tiba-tiba berdetak lebih kencang. 

“Nggak jadi, sekarang aku ngantuk. Mau tidur aja,” kata Agatha sembari menarik selimut untuk menutupi wajahnya. 

***

Setelah perjalanan panjang dan melelahkan, akhirnya mereka tiba di Bandara Soekarno Hatta sekitar jam setengah delapan malam. Rafka hanya sibuk dengan ponselnya setelah turun dari pesawat. Sementara Agatha mengedarkan pandangannya ke sekeliling bandara, sudah beberapa tahun sejak Darren mengajaknya pindah ke Amerika, Agatha belum pernah kembali lagi ke Indonesia sejak itu. 

“Nanti David akan jemput kamu karena aku harus kembali dulu ke rumah Papa,” ujar Rafka setelah mematikan sambungan teleponnya.

“Kenapa nggak bareng aja?” tanya Agatha dengan polosnya. Sementara Rafka hanya menundukkan kepalanya sambil memegang tangan Agatha.

“Aku mau, Div. Tapi, untuk saat ini aku belum bisa. Nggak boleh ada yang tahu kamu kembali dan ada di sini,” jelas Rafka.

“Sebenarnya apa yang dialami gadis itu sampai Rafka bersikap seperti ini.”

“Okay, aku ngerti,” balas Agatha kemudian mereka saling memandang dan berpelukan.

Tak lama, Rafka melepas pelukannya saat melihat David datang dan berjalan ke arahnya dan Agatha. “Maaf, sedikit terlambat Bos. Seperti biasa, jalanan cukup macet.” 

Rafka menepuk pundak David. “It’s okay Vid. Tolong jaga dia ya,” bisik Rafka kepada David.

“Siap Bos,” balasnya singkat. 

“Hai, sudah lama nggak ketemu,” sapa Agatha pura-pura mengakrabkan dirinya pada David. Ia merasa kalau David dapat membantunya dan dapat menjadi sumber informasi atas rasa penasarannya pada gadis bernama Adiva.

David terdiam sejenak, merasa aneh dengan sikap Agatha karena tidak biasanya Adiva menyapanya dan berbicara kepadanya lebih dulu.  “Mari saya antar,” pungkas David.

“Kamu jaga diri baik-baik ya. Untuk sementara David akan mengawasimu, nanti aku akan menemui kamu kalau urusanku sudah selesai,” kata Rafka sembari mengecup singkat puncak kepala Agatha yang dibalas dengan anggukan oleh Agatha. 

“Kamu tenang aja, aku bisa jaga diri baik-baik,” ujar Agatha sebelum melangkah pergi mengikuti David menuju ke mobilnya. 

Agatha mengurungkan niatnya masuk ke dalam mobil,  saat ia melihat dari kejauhan seorang wanita seusianya yang berlari ke arah Rafka dan langsung memeluknya. 

“Siapa gadis itu?” tanya Agatha kepada David yang tak menjawab dan hanya berdiri di sampingnya.

“Ayo masuk!” ujar David kepada Agatha.

“Saya nggak akan masuk, kalau kamu belum menjawab pertanyaan saya,” kesal Agatha akan sikap David yang begitu kaku.

“Itu bukan hak saya untuk menjelaskan,” balasnya dengan tanpa ekspresi. 

Saat David lengah, Agatha mencoba berlari ke arah mereka. Namun, sayangnya Agatha jatuh ketika menabrak seseorang, saat ia bangun Rafka dan gadis yang bersamanya sudah menghilang. Dengan perasaan kesal dan penasaran Agatha kembali dan langsung masuk ke dalam mobil. 

Selama perjalanan, Agatha berusaha untuk mendapatkan informasi mengenai kehidupan Adiva, tetapi David hanya berbicara seperlunya saja membuat Agatha lelah dan kesal. 

Satu jam kemudian, mereka tiba di sebuah apartemen mewah yang ada di Jakarta. David membangungkan Agatha yang tertidur. “Kita sudah sampai.” ujar David sambil menggerakan pundak Agatha. 

Agatha membuka matanya perlahan, tanpa banyak bicara David berjalan lebih dulu. Agatha yang masih mengantuk terpaksa mengikuti David dengan malas. 

Setelah menaiki lift mereka sampai di sebuah kamar apartemen. “Anda akan tinggal disini, semua kebutuhan anda juga sudah disiapkan. Jika anda butuh sesuatu anda bisa ….”

Agatha langsung menutup mulut David, setelah untuk pertama kalinya David mengeluarkan perkataan panjang, tetapi tidak ingin Agatha dengar. 

“Ya baiklah, saya sudah tahu. Kamu boleh pergi, saya lelah sekarang dan ingin istirahat!” seru Agatha yang langsung merebahkan dirinya di atas sofa. 

“Malam ini Bos belum bisa datang, masih ada urusan yang harus diselesaikan,” ujar David sebelum meninggalkan Agatha di kamar apartemennya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status