Share

Part 6 Kekesalan

Rafka terkesiap saat seorang wanita tiba-tiba memeluknya.  “Aku kangen banget sama kamu Raf,” ucap Kiara kepada Rafka.

Tak lama, Rafka melihat sekilas ke arah Agatha yang sedang berjalan ke arahnya. Dengan cepat ia melepaskan pelukan Kiara dan membawanya masuk ke dalam mobil. 

“Ada apa sih Raf, sikap kamu aneh banget,” kesal Kiara.

“Nggak ada apa-apa semua baik-baik saja,” balas Rafka sambil menyuruh pak Beni, supirnya untuk segera pergi dari bandara. 

“Kamu yakin? kamu kelihatan kayak menghindari seseorang.”

“Kalau kamu ada masalah, kamu bisa cerita sama aku Raf,” lanjut Kiara sambil menggenggam tangan Rafka. 

“Itu cuma perasaan kamu aja Ra,” jawab Rafka.

“Selama beberapa hari ini aku nggak bisa hubungi kamu, aku khawatir Raf. David bilang kamu ada urusan mendadak ke London,” celoteh Kiara lalu menyandarkan kepalanya di bahu Rafka. 

“Kamu nggak perlu khawatir,” ujar Rafka dengan singkat.

“Aku sayang kamu Raf.” Kiara semakin menguatkan genggaman tangannya seolah tidak ingin melepaskan Rafka, sementara pria itu hanya terdiam dan tidak menjawabnya. 

“Aku mau istirahat sebentar,” pungkas Rafka sambil memejamkan matanya membuat Kiara sedikit kesal karena Rafka tidak membalas perkataannya. Namun, di sisi lain ia memahami kesibukan Rafka yang membuat pria itu lelah. 

Satu jam kemudian, mereka tiba di rumah mewah milik keluarga Bagaskara. Kiara langsung membangunkan Rafka yang tertidur. 

“Raf, ayo bangun! kita sudah sampai,” ucap Kiara sambil menepuk pelan pipi Rafka.

Beberapa saat kemudian, Rafka membuka matanya dan langsung keluar dari mobil diikuti Kiara di belakangnya. 

Ketika mereka masuk, Karina tampak menyambut dan sudah berdiri di ambang pintu kemudian memeluk Kiara dan Rafka bergantian.

“Papamu sudah menunggu untuk makan malam,” ujar Karina kepada keduanya.

“Rafka mau mandi dulu Ma, nanti akan menyusul.” Tanpa menunggu balasan Karina, Rafka langsung pergi menuju kamarnya yang ada di lantai dua. 

Perlahan Rafka membuka pintu kamarnya yang sudah lama tidak ia tempati itu. Sudah sekitar dua tahun Rafka pindah ke apartemennya sendiri. Awalnya Karina tidak menyetujui keinginan Rafka untuk pindah. Namun, Rafka begitu bersikeras sehingga membuat Karina pasrah akan keputusan putranya itu.

Rafka merebahkan tubuhnya di atas kasurnya yang begitu rapi. Tak lama, ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya lalu mencoba menghubungi seseorang. 

“Halo Bos,” ujar David dari seberang telepon.

“Bagaimana Adiva? Apakah kalian sudah sampai?” tanya Rafka.

“Sudah Bos, pesan dari Bos juga sudah saya sampaikan. Sekarang Adiva sedang beristirahat,” jawab David. 

“Apakah Bos ingin berbicara dengan dia? atau masih ada yang harus saya sampaikan?” tanya David kemudian.

“Tidak perlu, terima kasih David,” ucap Rafka sebelum mematikan sambungan teleponnya. 

Selama beberapa saat, David terdiam kemudian memutuskan untuk menyegarkan tubuhnya. 

“Akhirnya kamu turun juga, sini Sayang, Mama sudah buatkan udang saus tiram kesukaan kamu,” ujar Karina dengan semangat saat melihat putranya berjalan ke arah meja makan.

Rafka langsung duduk di seberang Ravindra. “Papa dengar kamu pergi ke London karena urusan mendesak. Urusan apa yang kamu lakukan?” tanya Ravindra dengan pandangan yang cukup tajam.

“Rafka rasa, nggak semua urusan harus Rafka laporkan ke Papa,” jawab Rafka dengan tegas.

“Kamu mau tambah apa lagi Raf?” tanya Karina mencoba mengalihkan situasi yang tampak tegang di antara Rafka dan suaminya. 

“Jelas, kamu harus. Papa tidak ingin kamu sampai membuat kesalahan yang akan merugikan nama baik keluarga,” balas Ravindra dengan penekanan di tiga kata terakhirnya.

“Ini hidup Rafka Pa, Rafka berhak untuk memutuskan jalan hidup Rafka sendiri. Papa nggak perlu khawatir karena Rafka nggak akan melakukan kesalahan ataupun mengulangi kesalahan yang pernah Papa buat. Rafka akan menjaga orang yang Rafka cintai Pa,” Tegas Rafka sambil menyuap makanan yang ada di piringnya, sementara Ravindra tampak menahan kesal dan mengepal tangannya dengan kuat.

“Keterlaluan kamu! saya mendidik kamu bukan untuk berkata kurang ajar seperti ini” bentak Ravindra.

“Sudah, cukup Mas. Aku rasa  kamu yang keterlaluan, Mau kamu itu apa sih? anak nggak pulang kamu nantikan, anak sudah ada di rumah malah kamu begini,” kesal Karina sambil menahan tangisnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status