Reta memperkenalkan diri. "Saya Reta pak. Kekasih David."
Deg.
"Kalau dia mau melamar putri Bapak tolong di tolak ya pak,"
Ayah Ivana melongo mendengar ucapan wanita di depanya ini. Padahal ia baru saja menyukai David. Tak tau kenapa begitu melihat David langsung suka.
"Eeh ... iya nak, tenang saja. Jaga David ya jangan sampai hilang dari gengamanmu!" ucap Ayah Ivana agak emosi.
Ayah Ivana mencoba menghubungi Ivana. Tapi tak bisa sinyalnya nggak ada
'Hmm ... mungkin di pesawat,' batin Ayah Ivana.
Dia hanya mengirim chat.
'Ivana, apa kamu mengenal David?'
'Dia tadi kesini melamarmu? Apa dia kekasihmu?'
Send ke Ivana. Suatu saat pasti di baca.
Ivana baru aja turun dari pesawat. Ia bersama Lisa dan dua temen lainya. Ina dan Sofi. Lelah kentara di wajah mereka. Tangan satunya menenteng tas koper. Bayangan Bed Hotel menghantui Wajah Ivana. Ingin segera memejamkan matanya dan terlelap dalam mimpi.
Akhirnya mereka sampai Hotel kota Pontianak. Ivana menaruh kopernya di pojok kamar. Ia berlari kecil ke kamar mandi. Ritual mandi kemudian berwudhu. Dan menjalankan perintah Sang Maha Agung menjalankan sholat maghrib.
"Ivana ikut nggak? Kita mau keluar jalan- jalan di Kota pontianak."
"Nggak Lis, aku nitip capcay goreng aja,"
"Oke deh ...."
Lisa keluar bersama Ina dan Sofi. Sedang Ivana hanya nitip makanan. Ia merebahkan diri di Bed. Tangan kanannya meraih di tas. Seharian ini tak sempet pegang hp. Sibuk di pesawat.
Ia hidupkan hp. Layar hp menyala. Ada notif pesan dari Ayah juga David.
Ivana membuka notif dari Ayahnya.
Mata Ivana membulat sempurna saat lihat chat Ayahnya.
What?
David melamarku?
'Issh nih orang. Bikin kesal aja deh' gumam Ivana.
Ia kemudian menelpon Ayahnya. Setelah ngomong panjang lebar. Ayah membenarkan berita itu.
"Kau mengenal David nak?" Tanya Ayah.
"Iya, Ayah."
"Kau pacarnya?"
"Bukan Ayah,"
"Tapi kenapa dia melamarmu?"
"Tak tau Ayah."
"Sepertinya dia menyukaimu. Di liat dari tatapan matanya. Walau ada cewek yang mengaku kekasih David,"
Ivana terdiam sesaat.
Pertemuan saat bersama David melesat kedalam pikiranya.
'Apa benar dia menyukaiku,' batin Ivana.
"Nak," panggil Ayah.
Panggilan Ayahnya membuyarkan lamunanya.
"Kamu capek ya?"
"Ya, Ayah."
"Ya dah kamu isirahat," Ayah Ivana kemudian memutuskan panggilan teleponya. Setelah telepon dengan Ayahnya. Ia menghubungi David. Panggilan tersambung.
"Halo ... gadisku yang paling cantik di hatiku,"
"Isssh ... bisa nggak? Nggak gombalin aku?"
"Nggak sayang,"
"Astaga!"
"Oh ya, kenapa kamu lamar aku?"
"Yah karena aku Cinta kamu. Ivana Anastasia."
"Ya Allah ...." ucap Ivana menghela nafas panjang berusaha menghadapi mahluk langka di dunia ini.
"Ivana ... aku mencintaimu," ucap David lembut. Tapi Ivana tak meresponnya. Walau ada getar aneh di hatiny tak ingin larut dalam kata- kata yang memabukan ini.
"Ini udah malam David, aku mau istirahat." ucap Ivana datar. Meletakan hpnya di nakas. Memejamkan mata, tak ingin berhubungan dengan seseorang yang serius denganya. Cita- cita menjadi pramugari internasional yang belum kesampaian, ia kesampingkan dulu urusan pribadinya ini. Membayarkan hutang Ayahnya di Bank dan menyekolahkan adiknya juga prioritasnya hidup Ivana saat ini.
Hp David bisa melacak keberadaan seseorang yang baru saja di teleponya.
"Aah kamu rupanya di Pontianak!" Gumam David girang. Segera ia pesen tiket online ke Pontianak. Packing baju secukupnya dan turun membawa koper di tanganya.
"Mau kemana lagi David? Baru aja pulang. Mau pergi lagi? Apa nggak capek itu kaki?"
"Nggak Ma, yang penting hati bahagia!"
"Isssh ... yang lagi jatuh cinta nggak bisa di bilangin!"
"Hehehe ... mau ke pontianak Ma, menjemput Ivana!"
"Oh ... ya. Hati- hati sayang. Secepatnya bawa calon mantuku."
David tak kehilangan akal untuk mendapatkan gadis pujaaanya. Ia terbang menuju pontianak. Dalam hati ia terus berdoa berharap cintanya akan di terima. Sakit hati yang pernah di rasakan dulu membuatnya semakin yakin untuk memperjuangkan cintanya. rasa ini di hatinya. Kini David di Bandara. Sesampainya di Bandara David langsung chek in dan menuju kabin pesawat karena sebentar lagi tiba waktunya take off. Perjalanan udara menuju pontianak menghabiskan waktu hampir dua jam lamanya hingga sang burung besi berhasil landibg di salah satu Bandara kota Pontianak. Pesawat terbang mulus ke Pontianak.'Bismillah' ucap David dalam hati sebelum melangkahkan kakinya keluar dari Pesawat. Saat itu suasana sangat ramai penumpang lain yang satu pesawat denganya berhamburan keluar dari pesawat menuju tempat tujuan masing-masing. David melihat Pesawat Ivana terpakir sempurna di Bandara. Harapan membuncah di dada lelaki tampan ini. Bertemu Ivana terb
Ivana menyesap kopi di hadapan ya. Pikiranya kalut memikirkan ucapan David. Ia tak habis sosok David. Apa dia orang gila? Huuhft tanya Ivana dalam hati. Ia tak ingin memikirkan itu. Lebih baik menyalakan shower, lalu berdiri di bawahnya. Air membasahi seluruh tubuhnya. Sedikit memberikan kesegaran di tubuhnya.Setengah jam kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhnya."Nih, ada telepon dari nomer tak di kenal, kayaknya David deh!" kata Lisa sembari menyerahkan ponsel ke pada Ivana. Ivana mengambil ponsel dari tangan Lisa. Tapi segera mematikan panggilan telepon itu."Kenapa di matikan Van?""Dah lah, aku males sama dia! Orang nggak jelas! Gangguin aja!""Terserah kamu deh! " ucap Lisa akhirnya mengalah. Tak ingin debat dengan temannya ini.Ivana menyisir rambutnya yang basah, kemudian memesan makanan online. Lisa sedari tadi sibuk chatingan sambil senyum-senyum. "Duh bikin iri aja deh
Ivana terpana mendengar ucapan David.'What jadi istri! Ia ingin tertawa tapi di tahan. Tak ingin merendahkan laki-laki di hadapanya ini. Ia di ajarkan Ayahnya untuk menghargai laki-laki. Ivana terdiam sesaat, memikirkan cara menolak tak menyinggung perasaan David. Ia hanya ingin fokus bekerja di Penerbangan. Ada tanggungan yang harus di bayar, tak ingin buru- buru menjalin sebuah hubungan dengan seorang laki-lakiIvana menatap lekat David sambil menata kata- kata yang pas untuk di ucapkan."Makasih David, sudah sudi mencintai ku. Tapi maaf aku tak bisa menjadi istrimu, aku masih ingin bekerja.Deg.Sakit mendadak menjangkiti hati David. Di cerna segala kata- kata gadis manis di hadapanya. Tanganya mengepal Menahan nyeri yang bersarang di dada.Apa sesakit ini di tolak wanita yang di cintai? Batin DavidTapi David bersikap biasa saja dan berusaha tegar. Sebisa mungkin berpikiran positif. Ia ingin mendapat hat
Ivana berlari ke dalam rumah, di tanganya ada surat kelulusanya. Dia lulus predikat bagus. Walau tidak rangking satu Tapi rangking tiga dari seluruh siswa. Ivana merasa bersyukur juga bahagia. Setidaknya bisa mengurangi beban orang tuanya. Ivana menemui ayah dan Ibunya dengan wajah ceria."Assalamulaikum ...." sapa Ivana ceria."Walaikum salam ...." balas orang tua Ivana kompak. Ivana langsung memeluk Ibunya."Ibu ... aku lulus," Ivana menyerahkan surat tanda kelulusan kepada Ibunya."Alhamdulilah." ucap Ibu bersyukur. Mata Ibu berbinar- binar karena bahagia. Tapi bayangan masa depan melintas di pikiran Ivana. Impian menjadi pramugari sudah lama dalam benaknya. "Ayah, Ibu ... Ivana ingin kuliah pramugari, apa boleh?" Tanya Ivana menatap orang tuanya bergantian. sendu wajah mereka mendengar permintaan putri sulungnya.Ivana ingin menjadi Pra
Ayah mengantar sampai Terminal. Sendu menatap putrinya sebentar lagi akan jauh darinya. Tapi kini dia telah dewasa, biarkan memilih jalan hidup.Bus datang tepat di hadapan mereka. Sebelum naik Ivana berpamitan dulu sama Ayahnya."Ayah, Ivana Pamit ya," ucap Ivana sambil mencium punggung tangan lelaki paruh baya di depanya."Hati- hati Ya ... ingat pesan Ayah,"Ivana menganguk lemah, sedih harus berpisah dengan keluarganya. Tapi ini juga demi masnya juga untuk mereka. Ia masuk ke dalam Bus dan duduk di barisan tengah pinggir jendela. Ayah melambaikan tangan, Ivana tersenyum tipis sambil melambaikan tangan untuk Ayahnya.Bus berjalan membelah jalan menuju Kota Jogyakarta. Jarak dari kampung Ivana lumayan jauh memakan waktu lima jam.Akhirnya Bus sampai di Depan kampus. Ia sejenak kagum dengan Keindahan kampus ini. Lantai tiga menjulang tinggi dengan &nb
Tiba saatnya ujian. Seluruh siswa mengikuti dengan semangat. Seminggu kemudian. Seluruh siswa lulus. Pengumuman telah di pasang. Sorak sorai mewarnai kelulusan. Mereka saling berpelukan berhasil mengakhiri masa Diklat ini.Ivana bersama segengnya berpelukan sambil menangis. Ada keharuan yang menjalar di hati. Sebentar lagi mereka akan merindukan saat- saat seperti ini.Segeng mereka ada Ivana, Norma, Ani dan Tara. Mereka merayakan kelulusan ini, menuju ke kantin. Makanan favorit mereka telah menunggu. Mereka semua suka soto daging, minum es teh."Mbok jum tolong siapkan soto daging empat ya, sama es teh," ucap Tara sopan."Baik Mbak," ucap Mbok jum sopan.Kali ini mereka di traktir Tara. Tara yang paling kaya di antara mereka. Ayahnya pebisnis eksport import.Mereka menikmati makan soto bersama."Eeh besok kita
Pov. David.Saat Aku terburu- buru melangkah menuju pesawat. Seorang Pramugari manis menabraku. Tas yang ku pegang pun sampai terjatuh. Sebelum aku mengambil tasku, dia buru meminta maaf. Suaranya terdengar merdu di telingaku. Aku langsumg mendongak melihat wajah manisnya. Mata yang jeli bulu lentik sontak menghipnotisku. Sesaat waktu seperti berhenti.Setelah meminta maaf, ia pun sepertinya terburu- buru. Ternyata dompet make upnya jatuh. Aku sempet melihat nama di tanda pengenal. Nama Ivana Anastasia."Ivana ...."Dia berhenti tapi sepertinya kesal namanya aku panggil. Ia berbalik memasang wajah datar. Aku gemes melihatnya.Melihat aku mengulurkan dompet, ia tersenyum manis. Membuatku melayang ke Nirwana. Penasaran menyapa Jiwaku. Hatiku kembali menghangat setelah hampir satu tahun mati.****
David mencoba melupakan kisah masa lalunya. Kini ia bisa berjalan tegak. Meninggalkan sisi kelam dalam hidupnya.Drttt..."Haloo Bos, saya udah di Bandara. Sebentar lagi sampai kantor."Oke, saya Tunggu David,"" Baik Bos," ucap David segera mengambil Tas. Melangkahkan kakinya menuju kantor Bosnya.Di kantor ia segera menemui Bosnya. Bos David menyambut dengam ramah."Hai David ...." sapa Bos George. Bos David orang Belanda. Tapi dia pandai Bahasa Inggris."Hai juga Bos ...."Mereka duduk di sofa empuk ruang kantor. Bos menyerahkan berkas pengambilan Kapal. Bos George membeli kapal baru dari jepang. Ia menyerahkan berkas untuk pengambilan kapal pada David. Tanpa berkas itu kapal tak bisa di ambil.Bos George juga membelikan tiket ke Jepang. Menyerahkan kepada Davi