Share

Bab. 18

Author: Arizumi
last update Last Updated: 2021-09-18 12:55:38

Ivana menyesap kopi di hadapan ya. Pikiranya kalut memikirkan ucapan David. Ia tak habis sosok David. Apa dia orang gila? Huuhft tanya Ivana dalam hati. Ia tak ingin memikirkan itu. Lebih baik menyalakan shower, lalu berdiri di bawahnya. Air membasahi seluruh tubuhnya. Sedikit memberikan kesegaran di tubuhnya. 

Setengah jam kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhnya. 

"Nih, ada telepon dari nomer tak di kenal, kayaknya David deh!" kata Lisa sembari menyerahkan ponsel ke pada Ivana. Ivana mengambil ponsel dari tangan Lisa. Tapi segera mematikan panggilan telepon itu. 

"Kenapa di matikan Van?" 

"Dah lah, aku males sama dia! Orang nggak jelas! Gangguin aja!" 

"Terserah kamu deh! " ucap Lisa akhirnya mengalah. Tak ingin debat dengan temannya ini. 

Ivana menyisir rambutnya yang basah, kemudian memesan makanan online. Lisa sedari tadi sibuk chatingan sambil senyum-senyum. "Duh bikin iri aja deh," Batin Ivana. 

Tok... Tok.. 

"Siapa sih malam-malam ketok pintu, Jangan-jangan David? Gumam Lisa. 

" Enggak, dari grab food. Aku tadi pesen makanan," kata Ivana kemudian membuka pintu. Laki -laki perawakan kurus tinggi berdiri di depan pintu sambil membawakan kotak pizza di tangannya. 

"Met malam Mbak, dengan Mbak Ivana? Saya mengantarkan pesanan Mbak," 

Ivana menerima kotak pizza dari tangan kurir itu. 

Mereka menyantap Pizza bareng. Setelah makan mereka bebersih diri lalu tidur. Terdengar Lisa sudah terlelap dalam mimpi. Terdengar suara dengkuran halus dari hidungnya. Tapi dirinya tak bisa memejamkan matanya. Pikirannya tertuju pada David. Lelaki itu terus saja mengodanya. Ia menghela napas pelan. Apa aku harus menerimanya? Tapi aku tak punya perasaan apa pun padanya? Pikiran itu berkecamuk dalam benak Ivana. Karena lelah memikirkan itu, akhirnya ia tertidur. 

Ivana terbangun saat mendengar suara lantunan Ayat suci dari kamar sebelah. Ia melihat jam di Nakas. Ternyata jam lima pagi, dengan masih menahan kantuk, Ivana beranjak, menyibak kan selimut. Langkahnya ia seret ke kamar mandi. Air wudhu membuka mata Ivana. Ia menjalankan sholat subuh. Selesai sholat ia penasaran dengan suara orang yang mengaji. Apa itu David? Suara itu menyentuh hatinya. Ia bengong sesaat, hatinya merasa hampa, sudah lama ia tak menyentuh kitab sucinya. Tergerak hatinya ingin kembali membaca kitab sucinya. Teringat Lisa sering baca Alquran setiap kali sholat, ia menguncang tubuh Lisa. 

"Lisa, bangun! Udah jam lima ini, kamu nggak sholat? Aku pinjem alqur'an ya? " 

Mendengar suara Ivana, Lisa membuka matanya. Ia mengucek matanya untuk menghilangkan kantuknya. 

"Iya, Van. Di tas ambil aja! " Kata Lisa. Ivana kemudian mengambil Alquran di dalam tas Lisa, membaca dengan hati-hati. Tak terasa air mata menetes dari kedua matanya. Sudah lama ia meninggalkan Kitabnya. Kini ketenangan hadir setelah selesai membaca kitab sucinya. 

Sinar mentari masuk lewat jendela kamarnya. Ivana sudah rapi, ia menguncir rambutnya ke atas,  memakai kaos dan jeans. Tak lupa make up natural menghiasi wajahnya. 

"Kita sarapan pagi yuks, Lis. Sambil jalan-jalan di kota Pontianak ini," 

"Iya, sebentar aku pake bedak dulu,"ucap Lisa sembari memoleskan bedak di wajahnya. 

Ivana sudah memesan ojek online setengah jam yang lalu.  

" Lis, aku tunggu di luar ya, jangan lupa nanti pintu di kunci! " 

"Oke," 

Ivana melangkah keluar, ia ingin menunggu Lisa di Grab mobil yang sudah datang satu menit yang lalu. 

Ivana melangkah ringan keluar dari kamarnya. Tak sengaja berpapasan dengan David. 

"Van, mau kemana?" 

Ivana diam, sambil melirik lelaki di depanya ini. Pagi ini tampak tampan. "Issh kenapa aku memperhatikan dia sih! " Omel nya dalam hati. 

"Aku mau makan pagi di luar," ucap Ivana berusaha ramah. Ia ingat nasehat orang tuanya yang harus selalu ramah pada orang yang bertanya. 

"Ceklek," 

Lisa keluar dari kamar kemudian mengunci pintu. 

"Ayoo Van, kita berangkat! Aku dah laper nih! Maaf mas siapa ya? Tanya Lisa menyelidiki lelaki di hadapan ya ini. 

" Saya David Mbak, temen Ivana." 

"Ohh, Ayo kita sarapan pagi bareng, kamu nggak ada acara kan! " David spontan mengeleng. Ia senang bukan main saat Temen Ivana menawarkan sarapan bareng. Artinya kesempatan makan bersama Ivana terbuka lebar. Ivana melototi inisiatif Lisa mengajak David sarapan bersama. 

"Jangan terlalu membenci seseorang, nanti jatuh cinta lho," Ledek Lisa. 

Mereka bertiga masuk mobil grab, Ivana dan Lisa duduk di belakang. Sedang David duduk di depan. Mereka keliling kota Pontianak. Sampai akhirnya mereka berhenti di depan restoran seafood, itu permintaan Lisa. 

Restoran seafood model panggung, di sini menyediakan berbagai masakan seafood. Ada udang cumi serta kerang. Juga makanan laut lainya. Mereka memilih tempat duduk lesehan. 

David duduk di depan Ivana. Ia memandang gadisnya lekat. Keinginan mengungkapkan perasaan hatinya begitu besar. Tak ingin ia tunda, saat ini juga harus mengutarakan perasaannya. 

"Ivana, aku mencintai mu, maukah kau menjadi pacar ku? " 

Bersambung. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pacar Kedua.    Bab. 19

    Ivana terpana mendengar ucapan David.'What jadi istri! Ia ingin tertawa tapi di tahan. Tak ingin merendahkan laki-laki di hadapanya ini. Ia di ajarkan Ayahnya untuk menghargai laki-laki. Ivana terdiam sesaat, memikirkan cara menolak tak menyinggung perasaan David. Ia hanya ingin fokus bekerja di Penerbangan. Ada tanggungan yang harus di bayar, tak ingin buru- buru menjalin sebuah hubungan dengan seorang laki-lakiIvana menatap lekat David sambil menata kata- kata yang pas untuk di ucapkan."Makasih David, sudah sudi mencintai ku. Tapi maaf aku tak bisa menjadi istrimu, aku masih ingin bekerja.Deg.Sakit mendadak menjangkiti hati David. Di cerna segala kata- kata gadis manis di hadapanya. Tanganya mengepal Menahan nyeri yang bersarang di dada.Apa sesakit ini di tolak wanita yang di cintai? Batin DavidTapi David bersikap biasa saja dan berusaha tegar. Sebisa mungkin berpikiran positif. Ia ingin mendapat hat

  • Pacar Kedua.    Bab. 18

    Ivana menyesap kopi di hadapan ya. Pikiranya kalut memikirkan ucapan David. Ia tak habis sosok David. Apa dia orang gila? Huuhft tanya Ivana dalam hati. Ia tak ingin memikirkan itu. Lebih baik menyalakan shower, lalu berdiri di bawahnya. Air membasahi seluruh tubuhnya. Sedikit memberikan kesegaran di tubuhnya.Setengah jam kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhnya."Nih, ada telepon dari nomer tak di kenal, kayaknya David deh!" kata Lisa sembari menyerahkan ponsel ke pada Ivana. Ivana mengambil ponsel dari tangan Lisa. Tapi segera mematikan panggilan telepon itu."Kenapa di matikan Van?""Dah lah, aku males sama dia! Orang nggak jelas! Gangguin aja!""Terserah kamu deh! " ucap Lisa akhirnya mengalah. Tak ingin debat dengan temannya ini.Ivana menyisir rambutnya yang basah, kemudian memesan makanan online. Lisa sedari tadi sibuk chatingan sambil senyum-senyum. "Duh bikin iri aja deh

  • Pacar Kedua.    17. Menyusul Ke Pontianak.

    David tak kehilangan akal untuk mendapatkan gadis pujaaanya. Ia terbang menuju pontianak. Dalam hati ia terus berdoa berharap cintanya akan di terima. Sakit hati yang pernah di rasakan dulu membuatnya semakin yakin untuk memperjuangkan cintanya. rasa ini di hatinya. Kini David di Bandara. Sesampainya di Bandara David langsung chek in dan menuju kabin pesawat karena sebentar lagi tiba waktunya take off. Perjalanan udara menuju pontianak menghabiskan waktu hampir dua jam lamanya hingga sang burung besi berhasil landibg di salah satu Bandara kota Pontianak. Pesawat terbang mulus ke Pontianak.'Bismillah' ucap David dalam hati sebelum melangkahkan kakinya keluar dari Pesawat. Saat itu suasana sangat ramai penumpang lain yang satu pesawat denganya berhamburan keluar dari pesawat menuju tempat tujuan masing-masing. David melihat Pesawat Ivana terpakir sempurna di Bandara. Harapan membuncah di dada lelaki tampan ini. Bertemu Ivana terb

  • Pacar Kedua.    Bab. 16. Aksi Reta.

    Reta memperkenalkan diri. "Saya Reta pak. Kekasih David." Deg. "Kalau dia mau melamar putri Bapak tolong di tolak ya pak," Ayah Ivana melongo mendengar ucapan wanita di depanya ini. Padahal ia baru saja menyukai David. Tak tau kenapa begitu melihat David langsung suka. "Eeh ... iya nak, tenang saja. Jaga David ya jangan sampai hilang dari gengamanmu!" ucap Ayah Ivana agak emosi. Ayah Ivana mencoba menghubungi Ivana. Tapi tak bisa sinyalnya nggak ada 'Hmm ... mungkin di pesawat,' batin Ayah Ivana. Dia hanya mengirim chat. 'Ivana, apa kamu mengenal David?' 'Dia tadi kesini melamarmu? Apa dia kekasihmu?' Send ke Ivana. Suatu saat pasti di baca. Ivana baru aja turun dari pesawat. Ia bersama Lisa dan dua temen lainya. Ina dan Sofi. Lelah kentara di wajah mereka. Tangan satunya menenteng tas koper. Bayangan Bed Hotel menghantui Waj

  • Pacar Kedua.    Bab. 15. Menyelidiki.

    Reta memarkirkan mobilnya di depan Rumah David. Ia ingin mengawasi siapa gerangan penganti dirinya. Setelah sejam dua jam berlalu akhirnya ada tanda- tanda David keluar dari rumahnya. Sebuah sedan mercedez milik David keluar. Segera Reta mengikutinya. 'Aku pastikan menemukan siapa Penganti kekasihku,' batin Reta. David melajukan mobilnya ke Rumah orang tua Ivana di kampung. Ia di beri tau informan semua tentang Ivana. David sangat senang. Saat berhasil menemukan semua tentang Ivana. Hatinya berbunga. Sepanjang perjalanan ia bersiul. Ingin segera menemukan rumahnya. Ketika masuk perkampungan Ivana. Ia bertanya tanya tentang Rumah Ivana. Ia berhasil menemukan rumah Ivana setelah bersabar tanya- tanya dengan orang kampung di situ. David tertegun. Rumah modern bercat krem berdiri di depanya. David menyiapkan batinya. "Assalamualaikum ...." "Walaikum salam ...." Laki- laki paruh baya keluar.

  • Pacar Kedua.    Bab. 14.

    David meletakan koper di kamarnya. Ia merebahkan diri sambil menelungkup memeluk bantal. Bayangan Ivana melintas di pikiranya. Ia senyum sendiri tatkala Memori Ivana melintas. "Napa senyum- senyum? Di bilang bawa kesini Mama ingin kenalan calon istrimu ko!" Mamanya sudah ada di kamar David. "Ngagetin aja deh Ma," David bangkit duduk di atas bed. "Mama ... tolong sini duduk," "Ada apa Putra sulung Mama?" "Mama ...." David menatap lurus Ibunya. "Ada apa sih, hmmm!" "Mau minta kawin? Makanya kan udah Ibu bilang. Bawa kesini biar Mama bisa kenalan siapa namanya tadi ...." Mama nyerocos tanpa bisa di cegah. Bagai Kereta jalan atas rel. "Ivana ...." "Iya, Ivana." David menunduk sebentar kemudian ambil nafas di buang pelan. "Kenapa sih, ko teka- teki gini. Mama nanti migrain lho?

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status