Ivana menyesap kopi di hadapan ya. Pikiranya kalut memikirkan ucapan David. Ia tak habis sosok David. Apa dia orang gila? Huuhft tanya Ivana dalam hati. Ia tak ingin memikirkan itu. Lebih baik menyalakan shower, lalu berdiri di bawahnya. Air membasahi seluruh tubuhnya. Sedikit memberikan kesegaran di tubuhnya.
Setengah jam kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhnya. "Nih, ada telepon dari nomer tak di kenal, kayaknya David deh!" kata Lisa sembari menyerahkan ponsel ke pada Ivana. Ivana mengambil ponsel dari tangan Lisa. Tapi segera mematikan panggilan telepon itu. "Kenapa di matikan Van?" "Dah lah, aku males sama dia! Orang nggak jelas! Gangguin aja!" "Terserah kamu deh! " ucap Lisa akhirnya mengalah. Tak ingin debat dengan temannya ini. Ivana menyisir rambutnya yang basah, kemudian memesan makanan online. Lisa sedari tadi sibuk chatingan sambil senyum-senyum. "Duh bikin iri aja deh," Batin Ivana. Tok... Tok.. "Siapa sih malam-malam ketok pintu, Jangan-jangan David? Gumam Lisa. " Enggak, dari grab food. Aku tadi pesen makanan," kata Ivana kemudian membuka pintu. Laki -laki perawakan kurus tinggi berdiri di depan pintu sambil membawakan kotak pizza di tangannya. "Met malam Mbak, dengan Mbak Ivana? Saya mengantarkan pesanan Mbak," Ivana menerima kotak pizza dari tangan kurir itu. Mereka menyantap Pizza bareng. Setelah makan mereka bebersih diri lalu tidur. Terdengar Lisa sudah terlelap dalam mimpi. Terdengar suara dengkuran halus dari hidungnya. Tapi dirinya tak bisa memejamkan matanya. Pikirannya tertuju pada David. Lelaki itu terus saja mengodanya. Ia menghela napas pelan. Apa aku harus menerimanya? Tapi aku tak punya perasaan apa pun padanya? Pikiran itu berkecamuk dalam benak Ivana. Karena lelah memikirkan itu, akhirnya ia tertidur. Ivana terbangun saat mendengar suara lantunan Ayat suci dari kamar sebelah. Ia melihat jam di Nakas. Ternyata jam lima pagi, dengan masih menahan kantuk, Ivana beranjak, menyibak kan selimut. Langkahnya ia seret ke kamar mandi. Air wudhu membuka mata Ivana. Ia menjalankan sholat subuh. Selesai sholat ia penasaran dengan suara orang yang mengaji. Apa itu David? Suara itu menyentuh hatinya. Ia bengong sesaat, hatinya merasa hampa, sudah lama ia tak menyentuh kitab sucinya. Tergerak hatinya ingin kembali membaca kitab sucinya. Teringat Lisa sering baca Alquran setiap kali sholat, ia menguncang tubuh Lisa. "Lisa, bangun! Udah jam lima ini, kamu nggak sholat? Aku pinjem alqur'an ya? " Mendengar suara Ivana, Lisa membuka matanya. Ia mengucek matanya untuk menghilangkan kantuknya. "Iya, Van. Di tas ambil aja! " Kata Lisa. Ivana kemudian mengambil Alquran di dalam tas Lisa, membaca dengan hati-hati. Tak terasa air mata menetes dari kedua matanya. Sudah lama ia meninggalkan Kitabnya. Kini ketenangan hadir setelah selesai membaca kitab sucinya. Sinar mentari masuk lewat jendela kamarnya. Ivana sudah rapi, ia menguncir rambutnya ke atas, memakai kaos dan jeans. Tak lupa make up natural menghiasi wajahnya. "Kita sarapan pagi yuks, Lis. Sambil jalan-jalan di kota Pontianak ini," "Iya, sebentar aku pake bedak dulu,"ucap Lisa sembari memoleskan bedak di wajahnya. Ivana sudah memesan ojek online setengah jam yang lalu. " Lis, aku tunggu di luar ya, jangan lupa nanti pintu di kunci! " "Oke," Ivana melangkah keluar, ia ingin menunggu Lisa di Grab mobil yang sudah datang satu menit yang lalu. Ivana melangkah ringan keluar dari kamarnya. Tak sengaja berpapasan dengan David. "Van, mau kemana?" Ivana diam, sambil melirik lelaki di depanya ini. Pagi ini tampak tampan. "Issh kenapa aku memperhatikan dia sih! " Omel nya dalam hati. "Aku mau makan pagi di luar," ucap Ivana berusaha ramah. Ia ingat nasehat orang tuanya yang harus selalu ramah pada orang yang bertanya. "Ceklek," Lisa keluar dari kamar kemudian mengunci pintu. "Ayoo Van, kita berangkat! Aku dah laper nih! Maaf mas siapa ya? Tanya Lisa menyelidiki lelaki di hadapan ya ini. " Saya David Mbak, temen Ivana." "Ohh, Ayo kita sarapan pagi bareng, kamu nggak ada acara kan! " David spontan mengeleng. Ia senang bukan main saat Temen Ivana menawarkan sarapan bareng. Artinya kesempatan makan bersama Ivana terbuka lebar. Ivana melototi inisiatif Lisa mengajak David sarapan bersama. "Jangan terlalu membenci seseorang, nanti jatuh cinta lho," Ledek Lisa. Mereka bertiga masuk mobil grab, Ivana dan Lisa duduk di belakang. Sedang David duduk di depan. Mereka keliling kota Pontianak. Sampai akhirnya mereka berhenti di depan restoran seafood, itu permintaan Lisa. Restoran seafood model panggung, di sini menyediakan berbagai masakan seafood. Ada udang cumi serta kerang. Juga makanan laut lainya. Mereka memilih tempat duduk lesehan. David duduk di depan Ivana. Ia memandang gadisnya lekat. Keinginan mengungkapkan perasaan hatinya begitu besar. Tak ingin ia tunda, saat ini juga harus mengutarakan perasaannya. "Ivana, aku mencintai mu, maukah kau menjadi pacar ku? " Bersambung.Ivana terpana mendengar ucapan David.'What jadi istri! Ia ingin tertawa tapi di tahan. Tak ingin merendahkan laki-laki di hadapanya ini. Ia di ajarkan Ayahnya untuk menghargai laki-laki. Ivana terdiam sesaat, memikirkan cara menolak tak menyinggung perasaan David. Ia hanya ingin fokus bekerja di Penerbangan. Ada tanggungan yang harus di bayar, tak ingin buru- buru menjalin sebuah hubungan dengan seorang laki-lakiIvana menatap lekat David sambil menata kata- kata yang pas untuk di ucapkan."Makasih David, sudah sudi mencintai ku. Tapi maaf aku tak bisa menjadi istrimu, aku masih ingin bekerja.Deg.Sakit mendadak menjangkiti hati David. Di cerna segala kata- kata gadis manis di hadapanya. Tanganya mengepal Menahan nyeri yang bersarang di dada.Apa sesakit ini di tolak wanita yang di cintai? Batin DavidTapi David bersikap biasa saja dan berusaha tegar. Sebisa mungkin berpikiran positif. Ia ingin mendapat hat
Ivana berlari ke dalam rumah, di tanganya ada surat kelulusanya. Dia lulus predikat bagus. Walau tidak rangking satu Tapi rangking tiga dari seluruh siswa. Ivana merasa bersyukur juga bahagia. Setidaknya bisa mengurangi beban orang tuanya. Ivana menemui ayah dan Ibunya dengan wajah ceria."Assalamulaikum ...." sapa Ivana ceria."Walaikum salam ...." balas orang tua Ivana kompak. Ivana langsung memeluk Ibunya."Ibu ... aku lulus," Ivana menyerahkan surat tanda kelulusan kepada Ibunya."Alhamdulilah." ucap Ibu bersyukur. Mata Ibu berbinar- binar karena bahagia. Tapi bayangan masa depan melintas di pikiran Ivana. Impian menjadi pramugari sudah lama dalam benaknya. "Ayah, Ibu ... Ivana ingin kuliah pramugari, apa boleh?" Tanya Ivana menatap orang tuanya bergantian. sendu wajah mereka mendengar permintaan putri sulungnya.Ivana ingin menjadi Pra
Ayah mengantar sampai Terminal. Sendu menatap putrinya sebentar lagi akan jauh darinya. Tapi kini dia telah dewasa, biarkan memilih jalan hidup.Bus datang tepat di hadapan mereka. Sebelum naik Ivana berpamitan dulu sama Ayahnya."Ayah, Ivana Pamit ya," ucap Ivana sambil mencium punggung tangan lelaki paruh baya di depanya."Hati- hati Ya ... ingat pesan Ayah,"Ivana menganguk lemah, sedih harus berpisah dengan keluarganya. Tapi ini juga demi masnya juga untuk mereka. Ia masuk ke dalam Bus dan duduk di barisan tengah pinggir jendela. Ayah melambaikan tangan, Ivana tersenyum tipis sambil melambaikan tangan untuk Ayahnya.Bus berjalan membelah jalan menuju Kota Jogyakarta. Jarak dari kampung Ivana lumayan jauh memakan waktu lima jam.Akhirnya Bus sampai di Depan kampus. Ia sejenak kagum dengan Keindahan kampus ini. Lantai tiga menjulang tinggi dengan &nb
Tiba saatnya ujian. Seluruh siswa mengikuti dengan semangat. Seminggu kemudian. Seluruh siswa lulus. Pengumuman telah di pasang. Sorak sorai mewarnai kelulusan. Mereka saling berpelukan berhasil mengakhiri masa Diklat ini.Ivana bersama segengnya berpelukan sambil menangis. Ada keharuan yang menjalar di hati. Sebentar lagi mereka akan merindukan saat- saat seperti ini.Segeng mereka ada Ivana, Norma, Ani dan Tara. Mereka merayakan kelulusan ini, menuju ke kantin. Makanan favorit mereka telah menunggu. Mereka semua suka soto daging, minum es teh."Mbok jum tolong siapkan soto daging empat ya, sama es teh," ucap Tara sopan."Baik Mbak," ucap Mbok jum sopan.Kali ini mereka di traktir Tara. Tara yang paling kaya di antara mereka. Ayahnya pebisnis eksport import.Mereka menikmati makan soto bersama."Eeh besok kita
Pov. David.Saat Aku terburu- buru melangkah menuju pesawat. Seorang Pramugari manis menabraku. Tas yang ku pegang pun sampai terjatuh. Sebelum aku mengambil tasku, dia buru meminta maaf. Suaranya terdengar merdu di telingaku. Aku langsumg mendongak melihat wajah manisnya. Mata yang jeli bulu lentik sontak menghipnotisku. Sesaat waktu seperti berhenti.Setelah meminta maaf, ia pun sepertinya terburu- buru. Ternyata dompet make upnya jatuh. Aku sempet melihat nama di tanda pengenal. Nama Ivana Anastasia."Ivana ...."Dia berhenti tapi sepertinya kesal namanya aku panggil. Ia berbalik memasang wajah datar. Aku gemes melihatnya.Melihat aku mengulurkan dompet, ia tersenyum manis. Membuatku melayang ke Nirwana. Penasaran menyapa Jiwaku. Hatiku kembali menghangat setelah hampir satu tahun mati.****
David mencoba melupakan kisah masa lalunya. Kini ia bisa berjalan tegak. Meninggalkan sisi kelam dalam hidupnya.Drttt..."Haloo Bos, saya udah di Bandara. Sebentar lagi sampai kantor."Oke, saya Tunggu David,"" Baik Bos," ucap David segera mengambil Tas. Melangkahkan kakinya menuju kantor Bosnya.Di kantor ia segera menemui Bosnya. Bos David menyambut dengam ramah."Hai David ...." sapa Bos George. Bos David orang Belanda. Tapi dia pandai Bahasa Inggris."Hai juga Bos ...."Mereka duduk di sofa empuk ruang kantor. Bos menyerahkan berkas pengambilan Kapal. Bos George membeli kapal baru dari jepang. Ia menyerahkan berkas untuk pengambilan kapal pada David. Tanpa berkas itu kapal tak bisa di ambil.Bos George juga membelikan tiket ke Jepang. Menyerahkan kepada Davi
Reta datang ke rumah David. Mama enggan menerima Reta masuk. Merasa muak melihat Reta wajah Reta."Siang Tante? David udah pulang ya?""Tau dari mana David udah pulang? Kamu kayak wartawan aja. Tau berita akurat !"Reta hanya senyum. Kemaren Mamanya David masih ramah. Tapi kenapa sekarang ketus? Reta mencari wajah teduh Mamanya David. Tak di temukan di sana. Yang ada aura kesal terpancar di wajahnya.Tanpa di suruh Reta duduk di sofa."Ada apa Reta? Dari mana kamu tau David pulang? Tanya Mama David."Dari Ardi Tante?"Lah terus kenapa masih kesini? Kata David kalian udah putus?Reta menelan ludah. Binggung harus menjawab apa. Sesuatu menganjal di hati Reta. Penyesalan memang selalu datangnya belakangan. Ingin mencoba meraih hati David kembali. "Aku hanya ingin minta maaf sama David Tante," ucap Reta mengiba."Ooh ...." ucap Mam
David gelisah, bayangan wajah Ivana mengoda pikiranya. Kangen menyelinap dalam dada. Hasrat ingin ketemu lagi begitu kuat mengoda David. Ia berdiri di balkon kamarnya menikmati kopi hitam kesukaanya. Tiba- tiba ada ide untuk menemui Ivana di Maskapai tempatnya bekerja. Ivana bekerja di Maskapai Nasional.'Ahh ... kenapa baru kepikiran? aku harus ke Maskapai itu' batin David.David mendongak ke atas, langit cerah. Malam bersinar sempurna. Terang memenuhi malam. Malam ini terasa syahdu ketika teringat Ivana. 'Seandainya dia di sini, aku pasti kan memeluknya' batin David. Ia tersenyum sendiri membayangkan hal itu."Udah malam David, kamu nggak tidur? Kenapa senyum - senyum sendiri?"David kaget mendengar suara Mamanya."Ya Allah, Mama Ngagetin aja!" David memegangi dadanya."Lagian udah Malam malah senyum- senyum sendiri nggak jelas," Omel Mama.David