Share

Bab. 18

Ivana menyesap kopi di hadapan ya. Pikiranya kalut memikirkan ucapan David. Ia tak habis sosok David. Apa dia orang gila? Huuhft tanya Ivana dalam hati. Ia tak ingin memikirkan itu. Lebih baik menyalakan shower, lalu berdiri di bawahnya. Air membasahi seluruh tubuhnya. Sedikit memberikan kesegaran di tubuhnya. 

Setengah jam kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhnya. 

"Nih, ada telepon dari nomer tak di kenal, kayaknya David deh!" kata Lisa sembari menyerahkan ponsel ke pada Ivana. Ivana mengambil ponsel dari tangan Lisa. Tapi segera mematikan panggilan telepon itu. 

"Kenapa di matikan Van?" 

"Dah lah, aku males sama dia! Orang nggak jelas! Gangguin aja!" 

"Terserah kamu deh! " ucap Lisa akhirnya mengalah. Tak ingin debat dengan temannya ini. 

Ivana menyisir rambutnya yang basah, kemudian memesan makanan online. Lisa sedari tadi sibuk chatingan sambil senyum-senyum. "Duh bikin iri aja deh," Batin Ivana. 

Tok... Tok.. 

"Siapa sih malam-malam ketok pintu, Jangan-jangan David? Gumam Lisa. 

" Enggak, dari grab food. Aku tadi pesen makanan," kata Ivana kemudian membuka pintu. Laki -laki perawakan kurus tinggi berdiri di depan pintu sambil membawakan kotak pizza di tangannya. 

"Met malam Mbak, dengan Mbak Ivana? Saya mengantarkan pesanan Mbak," 

Ivana menerima kotak pizza dari tangan kurir itu. 

Mereka menyantap Pizza bareng. Setelah makan mereka bebersih diri lalu tidur. Terdengar Lisa sudah terlelap dalam mimpi. Terdengar suara dengkuran halus dari hidungnya. Tapi dirinya tak bisa memejamkan matanya. Pikirannya tertuju pada David. Lelaki itu terus saja mengodanya. Ia menghela napas pelan. Apa aku harus menerimanya? Tapi aku tak punya perasaan apa pun padanya? Pikiran itu berkecamuk dalam benak Ivana. Karena lelah memikirkan itu, akhirnya ia tertidur. 

Ivana terbangun saat mendengar suara lantunan Ayat suci dari kamar sebelah. Ia melihat jam di Nakas. Ternyata jam lima pagi, dengan masih menahan kantuk, Ivana beranjak, menyibak kan selimut. Langkahnya ia seret ke kamar mandi. Air wudhu membuka mata Ivana. Ia menjalankan sholat subuh. Selesai sholat ia penasaran dengan suara orang yang mengaji. Apa itu David? Suara itu menyentuh hatinya. Ia bengong sesaat, hatinya merasa hampa, sudah lama ia tak menyentuh kitab sucinya. Tergerak hatinya ingin kembali membaca kitab sucinya. Teringat Lisa sering baca Alquran setiap kali sholat, ia menguncang tubuh Lisa. 

"Lisa, bangun! Udah jam lima ini, kamu nggak sholat? Aku pinjem alqur'an ya? " 

Mendengar suara Ivana, Lisa membuka matanya. Ia mengucek matanya untuk menghilangkan kantuknya. 

"Iya, Van. Di tas ambil aja! " Kata Lisa. Ivana kemudian mengambil Alquran di dalam tas Lisa, membaca dengan hati-hati. Tak terasa air mata menetes dari kedua matanya. Sudah lama ia meninggalkan Kitabnya. Kini ketenangan hadir setelah selesai membaca kitab sucinya. 

Sinar mentari masuk lewat jendela kamarnya. Ivana sudah rapi, ia menguncir rambutnya ke atas,  memakai kaos dan jeans. Tak lupa make up natural menghiasi wajahnya. 

"Kita sarapan pagi yuks, Lis. Sambil jalan-jalan di kota Pontianak ini," 

"Iya, sebentar aku pake bedak dulu,"ucap Lisa sembari memoleskan bedak di wajahnya. 

Ivana sudah memesan ojek online setengah jam yang lalu.  

" Lis, aku tunggu di luar ya, jangan lupa nanti pintu di kunci! " 

"Oke," 

Ivana melangkah keluar, ia ingin menunggu Lisa di Grab mobil yang sudah datang satu menit yang lalu. 

Ivana melangkah ringan keluar dari kamarnya. Tak sengaja berpapasan dengan David. 

"Van, mau kemana?" 

Ivana diam, sambil melirik lelaki di depanya ini. Pagi ini tampak tampan. "Issh kenapa aku memperhatikan dia sih! " Omel nya dalam hati. 

"Aku mau makan pagi di luar," ucap Ivana berusaha ramah. Ia ingat nasehat orang tuanya yang harus selalu ramah pada orang yang bertanya. 

"Ceklek," 

Lisa keluar dari kamar kemudian mengunci pintu. 

"Ayoo Van, kita berangkat! Aku dah laper nih! Maaf mas siapa ya? Tanya Lisa menyelidiki lelaki di hadapan ya ini. 

" Saya David Mbak, temen Ivana." 

"Ohh, Ayo kita sarapan pagi bareng, kamu nggak ada acara kan! " David spontan mengeleng. Ia senang bukan main saat Temen Ivana menawarkan sarapan bareng. Artinya kesempatan makan bersama Ivana terbuka lebar. Ivana melototi inisiatif Lisa mengajak David sarapan bersama. 

"Jangan terlalu membenci seseorang, nanti jatuh cinta lho," Ledek Lisa. 

Mereka bertiga masuk mobil grab, Ivana dan Lisa duduk di belakang. Sedang David duduk di depan. Mereka keliling kota Pontianak. Sampai akhirnya mereka berhenti di depan restoran seafood, itu permintaan Lisa. 

Restoran seafood model panggung, di sini menyediakan berbagai masakan seafood. Ada udang cumi serta kerang. Juga makanan laut lainya. Mereka memilih tempat duduk lesehan. 

David duduk di depan Ivana. Ia memandang gadisnya lekat. Keinginan mengungkapkan perasaan hatinya begitu besar. Tak ingin ia tunda, saat ini juga harus mengutarakan perasaannya. 

"Ivana, aku mencintai mu, maukah kau menjadi pacar ku? " 

Bersambung. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status