David tak kehilangan akal untuk mendapatkan gadis pujaaanya. Ia terbang menuju pontianak. Dalam hati ia terus berdoa berharap cintanya akan di terima. Sakit hati yang pernah di rasakan dulu membuatnya semakin yakin untuk memperjuangkan cintanya. rasa ini di hatinya. Kini David di Bandara. Sesampainya di Bandara David langsung chek in dan menuju kabin pesawat karena sebentar lagi tiba waktunya take off. Perjalanan udara menuju pontianak menghabiskan waktu hampir dua jam lamanya hingga sang burung besi berhasil landibg di salah satu Bandara kota Pontianak. Pesawat terbang mulus ke Pontianak.
'Bismillah' ucap David dalam hati sebelum melangkahkan kakinya keluar dari Pesawat. Saat itu suasana sangat ramai penumpang lain yang satu pesawat denganya berhamburan keluar dari pesawat menuju tempat tujuan masing-masing. David melihat Pesawat Ivana terpakir sempurna di Bandara. Harapan membuncah di dada lelaki tampan ini. Bertemu Ivana terbuka lebar. David juga melihat pesawat yang di naiki Ivana sudah terparkir di sana. Harapan kian membuncah di dadanya kesempatan terbuka lebar untuk menemui gadis pujaanya, Ivana. Ia memutuskan untuk menunggu di salah satu kafe di Bandara untuk memesan segelas kopi kesukaanya. Tak lama kemudian seorang pelayan kafe datang membawa segelas kopi dan makanan kecil yang David pesan beberapa waktu yang lalu. Dari tempat duduknya saat ini. Ia bisa melihat sosok gadis yang baru saja turun dari pesawat bersama temen- temen yang lainya. 'Aiih ... itu gadisku turun. Ya Allah semoga Ivana mau jadi kekasihku' Batin David. Ia berjalan bersama teman- temanya. "Ivana ...." panggil David. Ivana menoleh, David tersenyum ke arahnya. Sedang Ivana membuang muka. Sebal melihat tampang David. David berlari mendekat. Menghampiri. Melihat Ivana ada lelaki yang mendekat mereka pergi duluan. "Ngapain kamu ke sini? Ko bisa tau aku di disini sih?" "Yah namanya juga cinta. Sang pencinta akan tau belahan jiwanya berada." "Iish ... kau ini, oh ya maaf aku nggak butuh gombalan recehanmu!" Ivana pun melenggang meninggalkan David yang terus saja mengeluarkan gombalan mautnya. Mendengar ada wanita yang menjadi kekasih David membuatnya ingin menjaga jarak darinya. Kalau melabuhkan pada lelaki yang sudah punya pacar dirinya akan menjadi wanita yang tersakiti. Ivana sampai di depan hotel tempat. Teman-temanya udah lebih dulu menginap. Ivana heran David terus mengikutinya. "Kenapa kau mengikuti aku? Apa perlu aku laporkan kepolisi atas tuduhan penguntitan?" "Hehe ... mana ada tuduhan pengungitan!" Goda David pada gadis manis di hadapanya ini. Melihat Ivana marah sangat mengemaskan bagi David. Ivana lalu masuk kamar hotel. Mengatur nafasnya sejenak dan menaruh kopernya di pojokan. "Napa kamu Van? Manyun kayak gitu. Kek hadapi tanggal tua aja!" "Huuftt ... aku sebel sama David! Masa dia klamar aku tanpa persetujuan ama aku. Dia nekat apa gila!" "Masaaa!!" "Iya, terus ada cewek ngaku pacar lagi huuhh!" "Tapi jangan di tolak lho?" "Lah napa?!" "Kata orang tua jaman dulu pamali, katanya kalau nolak dapet jodohnya lagi susah!" "Tapi itu yang percaya, kalau nggak percaya ya nggak apa- apa sih! Itu kan kayak sugesti! Tapi tak tau lah aku pusing mau mandi terus sholat! Lebih baik minta yang terbaik dariNya," "Siplah ... sana mandi. Bau asem kamu sampai sini tauk!" Ivana menimpuk bantal ke tubuh Lisa. Ia puas ledek Ivana. Ivana menyalakan kranya dan berdiri di bawah shower. Air mengalir dari shower menghilangkan lelah di tubuhnya. setelah mendulang mencari rupiah. Tapi Ivana sangat mensyukuri bekerja di maskapai ini. Lelah tak terasa karena bekerja sesuai keinginanya. Impianya kedepan adalah bisa bergabung di Maskapai timur tengah. Maskapai elit di lengkapi fasilitas mewah juga bertemu orang- orang sukses di berbagai negara.Ivana terpana mendengar ucapan David.'What jadi istri! Ia ingin tertawa tapi di tahan. Tak ingin merendahkan laki-laki di hadapanya ini. Ia di ajarkan Ayahnya untuk menghargai laki-laki. Ivana terdiam sesaat, memikirkan cara menolak tak menyinggung perasaan David. Ia hanya ingin fokus bekerja di Penerbangan. Ada tanggungan yang harus di bayar, tak ingin buru- buru menjalin sebuah hubungan dengan seorang laki-lakiIvana menatap lekat David sambil menata kata- kata yang pas untuk di ucapkan."Makasih David, sudah sudi mencintai ku. Tapi maaf aku tak bisa menjadi istrimu, aku masih ingin bekerja.Deg.Sakit mendadak menjangkiti hati David. Di cerna segala kata- kata gadis manis di hadapanya. Tanganya mengepal Menahan nyeri yang bersarang di dada.Apa sesakit ini di tolak wanita yang di cintai? Batin DavidTapi David bersikap biasa saja dan berusaha tegar. Sebisa mungkin berpikiran positif. Ia ingin mendapat hat
Ivana menyesap kopi di hadapan ya. Pikiranya kalut memikirkan ucapan David. Ia tak habis sosok David. Apa dia orang gila? Huuhft tanya Ivana dalam hati. Ia tak ingin memikirkan itu. Lebih baik menyalakan shower, lalu berdiri di bawahnya. Air membasahi seluruh tubuhnya. Sedikit memberikan kesegaran di tubuhnya.Setengah jam kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhnya."Nih, ada telepon dari nomer tak di kenal, kayaknya David deh!" kata Lisa sembari menyerahkan ponsel ke pada Ivana. Ivana mengambil ponsel dari tangan Lisa. Tapi segera mematikan panggilan telepon itu."Kenapa di matikan Van?""Dah lah, aku males sama dia! Orang nggak jelas! Gangguin aja!""Terserah kamu deh! " ucap Lisa akhirnya mengalah. Tak ingin debat dengan temannya ini.Ivana menyisir rambutnya yang basah, kemudian memesan makanan online. Lisa sedari tadi sibuk chatingan sambil senyum-senyum. "Duh bikin iri aja deh
David tak kehilangan akal untuk mendapatkan gadis pujaaanya. Ia terbang menuju pontianak. Dalam hati ia terus berdoa berharap cintanya akan di terima. Sakit hati yang pernah di rasakan dulu membuatnya semakin yakin untuk memperjuangkan cintanya. rasa ini di hatinya. Kini David di Bandara. Sesampainya di Bandara David langsung chek in dan menuju kabin pesawat karena sebentar lagi tiba waktunya take off. Perjalanan udara menuju pontianak menghabiskan waktu hampir dua jam lamanya hingga sang burung besi berhasil landibg di salah satu Bandara kota Pontianak. Pesawat terbang mulus ke Pontianak.'Bismillah' ucap David dalam hati sebelum melangkahkan kakinya keluar dari Pesawat. Saat itu suasana sangat ramai penumpang lain yang satu pesawat denganya berhamburan keluar dari pesawat menuju tempat tujuan masing-masing. David melihat Pesawat Ivana terpakir sempurna di Bandara. Harapan membuncah di dada lelaki tampan ini. Bertemu Ivana terb
Reta memperkenalkan diri. "Saya Reta pak. Kekasih David." Deg. "Kalau dia mau melamar putri Bapak tolong di tolak ya pak," Ayah Ivana melongo mendengar ucapan wanita di depanya ini. Padahal ia baru saja menyukai David. Tak tau kenapa begitu melihat David langsung suka. "Eeh ... iya nak, tenang saja. Jaga David ya jangan sampai hilang dari gengamanmu!" ucap Ayah Ivana agak emosi. Ayah Ivana mencoba menghubungi Ivana. Tapi tak bisa sinyalnya nggak ada 'Hmm ... mungkin di pesawat,' batin Ayah Ivana. Dia hanya mengirim chat. 'Ivana, apa kamu mengenal David?' 'Dia tadi kesini melamarmu? Apa dia kekasihmu?' Send ke Ivana. Suatu saat pasti di baca. Ivana baru aja turun dari pesawat. Ia bersama Lisa dan dua temen lainya. Ina dan Sofi. Lelah kentara di wajah mereka. Tangan satunya menenteng tas koper. Bayangan Bed Hotel menghantui Waj
Reta memarkirkan mobilnya di depan Rumah David. Ia ingin mengawasi siapa gerangan penganti dirinya. Setelah sejam dua jam berlalu akhirnya ada tanda- tanda David keluar dari rumahnya. Sebuah sedan mercedez milik David keluar. Segera Reta mengikutinya. 'Aku pastikan menemukan siapa Penganti kekasihku,' batin Reta. David melajukan mobilnya ke Rumah orang tua Ivana di kampung. Ia di beri tau informan semua tentang Ivana. David sangat senang. Saat berhasil menemukan semua tentang Ivana. Hatinya berbunga. Sepanjang perjalanan ia bersiul. Ingin segera menemukan rumahnya. Ketika masuk perkampungan Ivana. Ia bertanya tanya tentang Rumah Ivana. Ia berhasil menemukan rumah Ivana setelah bersabar tanya- tanya dengan orang kampung di situ. David tertegun. Rumah modern bercat krem berdiri di depanya. David menyiapkan batinya. "Assalamualaikum ...." "Walaikum salam ...." Laki- laki paruh baya keluar.
David meletakan koper di kamarnya. Ia merebahkan diri sambil menelungkup memeluk bantal. Bayangan Ivana melintas di pikiranya. Ia senyum sendiri tatkala Memori Ivana melintas. "Napa senyum- senyum? Di bilang bawa kesini Mama ingin kenalan calon istrimu ko!" Mamanya sudah ada di kamar David. "Ngagetin aja deh Ma," David bangkit duduk di atas bed. "Mama ... tolong sini duduk," "Ada apa Putra sulung Mama?" "Mama ...." David menatap lurus Ibunya. "Ada apa sih, hmmm!" "Mau minta kawin? Makanya kan udah Ibu bilang. Bawa kesini biar Mama bisa kenalan siapa namanya tadi ...." Mama nyerocos tanpa bisa di cegah. Bagai Kereta jalan atas rel. "Ivana ...." "Iya, Ivana." David menunduk sebentar kemudian ambil nafas di buang pelan. "Kenapa sih, ko teka- teki gini. Mama nanti migrain lho?
Ivana bersama empat temenya di Bandara. Mereka harus menelan kekecewaan tidak bisa liburan di Pantai Pattaya. Tapi tugas penerbangan berikutnya sudah menanti. Mereka berlima chek in dan harus kembali ke Indonesia. Ivana dan temenya sudah di pesawat sekarang. Ia memandang awan yang bergelombang yang seputih kapas. Saat ini cuaca cerah. Tapi tidak suasana hati ini. Sekedar melepas lelah berlibur ke pattaya pun tak bisa. Semua ulah David. 'Ya David' Ivana menyebut nama itu enggan. Saat ini benci mengunung kepadanya. Wajah mereka berlima pasrah. Mereka terdiam dengan pikiranya sendiri- sendiri. Ivana melirik mereka. Dan hmmm sudah ke alam mimpi semua. Ivana tak bisa memejamkan matanya. Wajah David mengoda pikiranya. Ia mengedarkan pandangan mencari sosok itu. What? David tersenyum ke arahnya. Sambil melambaikan tangan. Ia menepuk jidatnya sendiri. 'Ya Tuhan dia seperti hantu?'
David mengedarkan pandangan mencari keberadaan Ivana. Tapi gadis manis itu tak di temui. Sepanjang mata memandang tak ada yang memakai kaos putih dan Celana jeans. Yang ada wanita dengan pakaian menutupi Bagian sensitif atas bawah. David menahan yang mata yang terasa mengiurkan untuk di pandang. Perempuan adalah keindahan. Wanita berseliweran mengenakan pakaian kurang bahan juga keindahan. 'Eeh' 'Astaghfirullah ... fokus cari Ivana' batin David. David berjalan di pinggir pantai. Sesekali cewek turis menyapanya dan mengajaknya berkenalan. David melayani sekedar basa basi, tapi matanya tak lepas mencari Ivana. Tak hanya turis wanita, pengunjung laki- laki di sini juga mengenakan celana pendek juga memperlihatkan roti sobeknya. Membuat David tak bisa membiarkan Pujaan hatinya melihat itu. Membayangkan saja udah membuat hati cenat cenut. Ingin menyeret Ivana dari tempat ini. Tapi emang aku siapanya I
Ivana mengejap berulang kali sambil mengatur nafasnya. Tak percaya kalau David menembaknya. Ivana baru pertama kali di tembak cowok. Selama sekolah tak pernah terlibat pacaran seperti cewek- cewek lainya. Karena Ayah dan Ibunya melarang berpacaran. Juga Ivana lebih fokuskan belajar dan mengikuti Extra kulikuler dari pada menanggapi cowok- cowok yang minta perhatian Ivana. Ia cuek hingga akhirnya para cowok yang menaruh hati padanya pelan- pelan mengundurkan diri. "Ini pertama kalinya aku di tembak cowok Norma? Ternyata begini ya rasanya!Agak kliyengan di kepala ...." "Hahaha ...." "Kasihan amat lho ya ...." Norma tertawa puas. Meledek Ivana. "Ketawa terus !" Ivana menkerucutkan bibirnya. Puas menghina Ivana. "Iya ... ya Maaf," "Aku harus bilang apa ama Davjd? Binggung mau bilang apa?" "Tanya hatimu Ivana sayang, apa merasakan desiran