Reta memarkirkan mobilnya di depan Rumah David. Ia ingin mengawasi siapa gerangan penganti dirinya. Setelah sejam dua jam berlalu akhirnya ada tanda- tanda David keluar dari rumahnya.
Sebuah sedan mercedez milik David keluar. Segera Reta mengikutinya.
'Aku pastikan menemukan siapa Penganti kekasihku,' batin Reta. David melajukan mobilnya ke Rumah orang tua Ivana di kampung. Ia di beri tau informan semua tentang Ivana. David sangat senang. Saat berhasil menemukan semua tentang Ivana. Hatinya berbunga. Sepanjang perjalanan ia bersiul. Ingin segera menemukan rumahnya. Ketika masuk perkampungan Ivana. Ia bertanya tanya tentang Rumah Ivana. Ia berhasil menemukan rumah Ivana setelah bersabar tanya- tanya dengan orang kampung di situ.
David tertegun. Rumah modern bercat krem berdiri di depanya. David menyiapkan batinya.
"Assalamualaikum ...."
"Walaikum salam ...."
Laki- laki paruh baya keluar. Mengenakan kaos dan celana selutut. Ia ramah menyambut David.
"Silakan duduk Nak," Ayah Ivana mempersilahkan duduk di teras. David pun duduk, sambil menguasai hati yang grogi.
"Adek nyari siapa?"
'Eeh ... aku udah dewasa di panggil Dek ya' batin David.
"Hmmm gini Pak, saya David nugraha. Ingin putri Bapak. Saya kerja di kapal Singapore.
Ayah Ivana kaget.
Putriku yang mana? Putriku ada dua. s
"Ivana yang bekerja sebagai pramugari sedang adiknya Ines baru masuk kuliah?"
"Kamu pacar Ivana?"
"Hehehe ... belum sih pak, tapi pingin jadi suaminya." ucap David mengatur nafasnya. Grogi menguasai hati. Keringat dingin membasahi kening. Menatap laki- laki paruh baya di depanya. Bu Narti keluar membawa minuman hangat dan camilan.
"Silakan di minum tehnya nak,"
"Iya Bu, makasih jadi merepotkan.
"Nggak Nak, silakan mumpung masih hangat."
David menyesap teh hangat yamg disajikan ibunya Ivana. Ternyata mereka sangat baik bahkan dengan orang tak di kenalpun.
"Pak, Ibu. Kedatangan saya kemari bermaksud melamar putri Bapak Ivana."
"Ivana? Reaksi kaget dari Ibu dan Bapaknya Ivana.
"Tapi Ivana tak ngomong apa- apa?"
"Iya, pak . Saya yang nekad. Menyukai putri Bapak dan Ibu sejak bertemu di Bandara.
Ya Allah
"Nak, terima kasih udah melamar putriku. Tapi menikah adalah menyatukan dua hati jadi satu. Kalau Nak David jodohnya Ivana. Bapak dan Ibu pasti dengan senang hati menerimanya."
'Nih orang nekat banget ya, melamar Ivana' batin Ayah Ivana.
"Oh ya Nak David orang mana?"
"Bandung Pak,"
"Wiih jauh juga ya ...."
"Iya," ucap David sambil menunduk. Merasa malu ke orang tua Ivana tan beritahu Ivana.
'Bodolah, urusan tolak belakangan yang penting maju, moga Ivana menerima cintaku ya Allah' batin David.
Setelah hampir dua jam berbincang- bincang dengan kedua orang tua Ivana. David pun pamit. Ia menjabat tamgan Ayah David sambil memeluknya.
"Pak, aku ingin jadi menantu Bapak," bisik David malu- malu.
Ayah Ivana menepuk pundak David.
"Semoga kalian berjodoh," David terharu mendengarnya. Ia pun memeluk Ayah Ivana. Karena sejatinya Ayah Ivana tak ingin memaksakan anaknya menikah dengan siapa. Biarkan Ivana memilih calon suaminya sendiri.
David melangkah ke mobil. Tak lama kemudian hilang dari pandangan. Melihat David telah pergi Reta menghampiri Ayah Ivana yang masih berdiri di depan teras.
Wanita berkacamata itu mengulurkan tanganya. Ayah Ivana sempet ragu dengan uluran tangan wanita asing di depanya. Tapi sebagai orang timur ia harus menjunjung tinggi adat kesopanan.
Reta memperkenalkan diri. "Saya Reta pak. Kekasih David." Deg. "Kalau dia mau melamar putri Bapak tolong di tolak ya pak," Ayah Ivana melongo mendengar ucapan wanita di depanya ini. Padahal ia baru saja menyukai David. Tak tau kenapa begitu melihat David langsung suka. "Eeh ... iya nak, tenang saja. Jaga David ya jangan sampai hilang dari gengamanmu!" ucap Ayah Ivana agak emosi. Ayah Ivana mencoba menghubungi Ivana. Tapi tak bisa sinyalnya nggak ada 'Hmm ... mungkin di pesawat,' batin Ayah Ivana. Dia hanya mengirim chat. 'Ivana, apa kamu mengenal David?' 'Dia tadi kesini melamarmu? Apa dia kekasihmu?' Send ke Ivana. Suatu saat pasti di baca. Ivana baru aja turun dari pesawat. Ia bersama Lisa dan dua temen lainya. Ina dan Sofi. Lelah kentara di wajah mereka. Tangan satunya menenteng tas koper. Bayangan Bed Hotel menghantui Waj
David tak kehilangan akal untuk mendapatkan gadis pujaaanya. Ia terbang menuju pontianak. Dalam hati ia terus berdoa berharap cintanya akan di terima. Sakit hati yang pernah di rasakan dulu membuatnya semakin yakin untuk memperjuangkan cintanya. rasa ini di hatinya. Kini David di Bandara. Sesampainya di Bandara David langsung chek in dan menuju kabin pesawat karena sebentar lagi tiba waktunya take off. Perjalanan udara menuju pontianak menghabiskan waktu hampir dua jam lamanya hingga sang burung besi berhasil landibg di salah satu Bandara kota Pontianak. Pesawat terbang mulus ke Pontianak.'Bismillah' ucap David dalam hati sebelum melangkahkan kakinya keluar dari Pesawat. Saat itu suasana sangat ramai penumpang lain yang satu pesawat denganya berhamburan keluar dari pesawat menuju tempat tujuan masing-masing. David melihat Pesawat Ivana terpakir sempurna di Bandara. Harapan membuncah di dada lelaki tampan ini. Bertemu Ivana terb
Ivana menyesap kopi di hadapan ya. Pikiranya kalut memikirkan ucapan David. Ia tak habis sosok David. Apa dia orang gila? Huuhft tanya Ivana dalam hati. Ia tak ingin memikirkan itu. Lebih baik menyalakan shower, lalu berdiri di bawahnya. Air membasahi seluruh tubuhnya. Sedikit memberikan kesegaran di tubuhnya.Setengah jam kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhnya."Nih, ada telepon dari nomer tak di kenal, kayaknya David deh!" kata Lisa sembari menyerahkan ponsel ke pada Ivana. Ivana mengambil ponsel dari tangan Lisa. Tapi segera mematikan panggilan telepon itu."Kenapa di matikan Van?""Dah lah, aku males sama dia! Orang nggak jelas! Gangguin aja!""Terserah kamu deh! " ucap Lisa akhirnya mengalah. Tak ingin debat dengan temannya ini.Ivana menyisir rambutnya yang basah, kemudian memesan makanan online. Lisa sedari tadi sibuk chatingan sambil senyum-senyum. "Duh bikin iri aja deh
Ivana terpana mendengar ucapan David.'What jadi istri! Ia ingin tertawa tapi di tahan. Tak ingin merendahkan laki-laki di hadapanya ini. Ia di ajarkan Ayahnya untuk menghargai laki-laki. Ivana terdiam sesaat, memikirkan cara menolak tak menyinggung perasaan David. Ia hanya ingin fokus bekerja di Penerbangan. Ada tanggungan yang harus di bayar, tak ingin buru- buru menjalin sebuah hubungan dengan seorang laki-lakiIvana menatap lekat David sambil menata kata- kata yang pas untuk di ucapkan."Makasih David, sudah sudi mencintai ku. Tapi maaf aku tak bisa menjadi istrimu, aku masih ingin bekerja.Deg.Sakit mendadak menjangkiti hati David. Di cerna segala kata- kata gadis manis di hadapanya. Tanganya mengepal Menahan nyeri yang bersarang di dada.Apa sesakit ini di tolak wanita yang di cintai? Batin DavidTapi David bersikap biasa saja dan berusaha tegar. Sebisa mungkin berpikiran positif. Ia ingin mendapat hat
Ivana berlari ke dalam rumah, di tanganya ada surat kelulusanya. Dia lulus predikat bagus. Walau tidak rangking satu Tapi rangking tiga dari seluruh siswa. Ivana merasa bersyukur juga bahagia. Setidaknya bisa mengurangi beban orang tuanya. Ivana menemui ayah dan Ibunya dengan wajah ceria."Assalamulaikum ...." sapa Ivana ceria."Walaikum salam ...." balas orang tua Ivana kompak. Ivana langsung memeluk Ibunya."Ibu ... aku lulus," Ivana menyerahkan surat tanda kelulusan kepada Ibunya."Alhamdulilah." ucap Ibu bersyukur. Mata Ibu berbinar- binar karena bahagia. Tapi bayangan masa depan melintas di pikiran Ivana. Impian menjadi pramugari sudah lama dalam benaknya. "Ayah, Ibu ... Ivana ingin kuliah pramugari, apa boleh?" Tanya Ivana menatap orang tuanya bergantian. sendu wajah mereka mendengar permintaan putri sulungnya.Ivana ingin menjadi Pra
Ayah mengantar sampai Terminal. Sendu menatap putrinya sebentar lagi akan jauh darinya. Tapi kini dia telah dewasa, biarkan memilih jalan hidup.Bus datang tepat di hadapan mereka. Sebelum naik Ivana berpamitan dulu sama Ayahnya."Ayah, Ivana Pamit ya," ucap Ivana sambil mencium punggung tangan lelaki paruh baya di depanya."Hati- hati Ya ... ingat pesan Ayah,"Ivana menganguk lemah, sedih harus berpisah dengan keluarganya. Tapi ini juga demi masnya juga untuk mereka. Ia masuk ke dalam Bus dan duduk di barisan tengah pinggir jendela. Ayah melambaikan tangan, Ivana tersenyum tipis sambil melambaikan tangan untuk Ayahnya.Bus berjalan membelah jalan menuju Kota Jogyakarta. Jarak dari kampung Ivana lumayan jauh memakan waktu lima jam.Akhirnya Bus sampai di Depan kampus. Ia sejenak kagum dengan Keindahan kampus ini. Lantai tiga menjulang tinggi dengan &nb
Tiba saatnya ujian. Seluruh siswa mengikuti dengan semangat. Seminggu kemudian. Seluruh siswa lulus. Pengumuman telah di pasang. Sorak sorai mewarnai kelulusan. Mereka saling berpelukan berhasil mengakhiri masa Diklat ini.Ivana bersama segengnya berpelukan sambil menangis. Ada keharuan yang menjalar di hati. Sebentar lagi mereka akan merindukan saat- saat seperti ini.Segeng mereka ada Ivana, Norma, Ani dan Tara. Mereka merayakan kelulusan ini, menuju ke kantin. Makanan favorit mereka telah menunggu. Mereka semua suka soto daging, minum es teh."Mbok jum tolong siapkan soto daging empat ya, sama es teh," ucap Tara sopan."Baik Mbak," ucap Mbok jum sopan.Kali ini mereka di traktir Tara. Tara yang paling kaya di antara mereka. Ayahnya pebisnis eksport import.Mereka menikmati makan soto bersama."Eeh besok kita
Pov. David.Saat Aku terburu- buru melangkah menuju pesawat. Seorang Pramugari manis menabraku. Tas yang ku pegang pun sampai terjatuh. Sebelum aku mengambil tasku, dia buru meminta maaf. Suaranya terdengar merdu di telingaku. Aku langsumg mendongak melihat wajah manisnya. Mata yang jeli bulu lentik sontak menghipnotisku. Sesaat waktu seperti berhenti.Setelah meminta maaf, ia pun sepertinya terburu- buru. Ternyata dompet make upnya jatuh. Aku sempet melihat nama di tanda pengenal. Nama Ivana Anastasia."Ivana ...."Dia berhenti tapi sepertinya kesal namanya aku panggil. Ia berbalik memasang wajah datar. Aku gemes melihatnya.Melihat aku mengulurkan dompet, ia tersenyum manis. Membuatku melayang ke Nirwana. Penasaran menyapa Jiwaku. Hatiku kembali menghangat setelah hampir satu tahun mati.****