แชร์

CHAPTER 3: Istri ... Kontrak?

ผู้เขียน: Heiho
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-08-15 15:50:49

“Bukankah kau sudah menolaknya?”

“Saya berubah pikiran!”

Mahendra mendengus. Tatapannya menatap dingin sosok gadis di hadapannya.

“Kau kepepet untuk membayar biaya operasi adikmu makanya berubah pikiran?”

“Saya …”

“Lupakan saja penawarannya. Saya tidak butuh karyawan plin plan sepertimu.”

Mahendra berjalan melewati gadis di hadapannya tanpa melihat reaksi Hana terlebih dahulu. Ia kemudian tersentak karena tiba-tiba jasnya ditarik.

Mahendra menoleh dan menatap tajam Hana yang memasang wajah memohon.

“Lepaskan,”

“Saya tidak akan lepas sampai anda menerima saya!”

“Lihatlah sikapmu itu. Kau pikir ini cara yang bagus untuk meyakinkan pemberi kerja?”

“Anda yang menawarkan saya terlebih dahulu!”

“Penawaran hanya terbuka semalam.”

“Kalau begitu saya tidak akan lepas!”

Mahendra berdecak. Dengan cepat, ia melepas jasnya yang masih ditarik kemudian segera pergi buru-buru. Meninggalkan jasnya begitu saja di tangan Hana.

Hana melongo. Memangnya bisa begitu ya?!

Gadis itu buru-buru berlari mengejar Mahendra yang sudah berada di dekat pintu keluar.

Cepat sekali jalannya!

“Pak! Bapak!”

Hana terus berlari hingga keluar lobi rumah sakit sambil membawa-bawa jas Mahendra. Ia tidak memedulikan orang-orang yang menatapnya heran.

Begitu di luar rumah sakit, Hana celingukan kesana kemari. Gawat, ia kehilangan jejak!

Hana berpikir secepat mungkin. Pria tadi terlihat formal dan rapih, bisa jadi dia adalah pasien VIP atau wali pasien VIP. Bisa juga dia tamu VIP!

Aku harus mencari tempat parkir untuk tamu VIP, batin Hana kemudian melangkah cepat menuju basement.

Sesampai di sana, Hana kembali celingukan dan berhasil menemukan Mahendra yang baru masuk ke mobil mahal di tempat parkir yang memiliki plang di depannya.

Ia buru-buru berlari dan berteriak, “Bapak terhormat! Jas anda ketinggalan!”

Pergerakan Mahendra seketika terhenti. Ia menatap jengkel ke sosok Hana yang sudah berdiri di dekat mobilnya dengan napas terengah-engah.

“Ja-jas anda ..” Hana menyodorkan jas di tangannya ke Mahendra.

Mahendra mengambil jasnya dengan kasar. Ia kemudian melanjutkan gerakannya untuk duduk di kursi mobil dan memegang handle pintu mobil.

“Pak! Tolong pertimbangkan saya!” Seru Hana sambil menahan pintu mobil Mahendra.

Mahendra menggeram kesal. Tatapan matanya menusuk lebih tajam daripada tadi.

“Sudah saya bilang, saya tidak butuh karyawan plin-plan.”

“Saya memiliki pengalaman kerja 5 tahun! Saya sangat kompeten! Saya bisa menjaminnya!”

“Sangat kompeten tapi dipecat?”

Perkataan itu menusuk hati Hana dengan sangat kuat. Apalagi, pria itu mengucapkannya dengan nada remeh.

Hana berusaha meredam emosi dalam dirinya lalu berkata, “Saya kan sudah cerita kalau itu karena perbuatan culas mereka!”

“Tapi saya tidak melihat kompetenmu sekarang.”

Hana seketika terdiam. Tangannya yang menahan pintu mobil perlahan melemah.

Mahendra yang menyadari Hana mulai menyerah mendengus pelan. Ia kembali menarik pintu mobil, tapi pergerakannya terhenti karena ucapan Hana.

“Saya akan bersujud di depan bapak agar saya diterima,”

Mahendra mengedipkan mata.

“Saya akan terima apa pun pekerjaan nanti. Lembur berapa lama pun akan saya lakukan. Saya juga akan terima apabila harus bekerja di luar jam kerja!”

Hana menundukkan kepalanya dalam-dalam.

“Jadi, tolong terima saya. Saya membutuhkan pekerjaan ini.”

Keadaan menjadi hening.

Mahendra menatap lamat-lamat sosok gadis di hadapannya yang masih menundukkan kepala. Ia kemudian menghela napas panjang dan mengusak rambut hitamnya.

“Naik dulu ke mobil.”

Hana segera mengangkat kepalanya dan melihat Mahendra sudah beringut ke ujung kursi lain.

“Cepat.”

Hana buru-buru naik ke dalam mobil kemudian menutup pintu. Tak lama, mobil mulai menyala dan meninggalkan tempat parkir.

Keduanya masih terdiam hingga mobil meninggalkan rumah sakit.

Hana melirik Mahendra dari sudut matanya. Wajah pria itu masih datar dan terlihat… kesal?

Mungkin saja. Karena bagaimana pun, sikap Hana tadi sangat menyebalkan.

Hana mendesah pelan. Mungkin seharusnya aku tidak mendesaknya seperti itu, batinnya.

Hana kemudian menolehkan kepalanya ke Mahendra.

“Pak … Em ..”

“Mahendra,” ucap pria itu datar.

“Pak Mahendra,” Hana mengangguk, “Maaf atas perilaku menyebalkan saya tadi,”

“Kau baru sadar sekarang?” Sindir Mahendra tanpa menatap Hana dan bersedekap, membuat Mahendra terlihat mengintimidasi. 

Hana menelan ludah, kehabisan kata-kata. Ia kembali memalingkan pandangan dan menunduk. 

“Asal tahu saja, saya tidak akan berubah pikiran tentang sebelumnya,”

“Bapak boleh tes saya!” Seru Hana cepat sambil kembali memandang Mahendra, “Saya selalu dapat nilai sempurna!”

Mahendra menghela napas kencang membuat Hana berjengit kaget. Lagi-lagi ia keceplosan! 

“Maksud saya–”

“Sudah cukup. Carlos, hentikan mobilnya.”

Mobil mewah yang ditumpangi Hana seketika berhenti. Mahendra menatap tajam Hana yang kini menciut ketakutan. 

“Kau gagal diterima,”

“Apa salah saya?!”

“Salahmu? Tidak ada,” wajah Mahendra kemudian menggelap seiring seringai lebar terbentuk di wajahnya, “Bukankah kamu sendiri yang menganggap saya sebagai penipu?”

 Hana tersentak kaget. Ia menelan ludah dengan berat sebelum berbicara pelan, “Sa-saya salah menilai–”

“Kamu tahu siapa saya?”

Hana menggigit bibir. Gawat! Ia tidak punya petunjuk! 

Otaknya berhenti berpikir karena tekanan yang ia rasakan sehingga tidak mampu mengeluarkan sebuah jawaban. 

Ia melirik Carlos yang terpantul di cermin pengemudi, tapi pria itu hanya meliriknya datar dan melengoskan pandangan.

Hana memelototkan matanya, hendak memberikan tekanan kepada Carlos. Tapi, ia seketika tersentak kaget ketika tangan Mahendra melewati dirinya dan bertumpu pada pintu mobil, membuat dirinya seolah terpenjara.

Hana menoleh patah-patah ke Mahendra. Lagi-lagi, ia menelan ludah karena Mahendra sudah semakin mendekati dirinya dengan tatapan yang lebih tajam.

“Jadi?”

“Ba-bapak … orang penting …?” 

Hana tersenyum meyakinkan meski wajahnya sudah berkeringat banyak sekarang. Jantungnya berdebar kencang ketika Mahendra bergeming sejenak sebelum akhirnya menjauh dan melepaskan kungkungan tangannya.

“Tidak buruk,”

Hana menghela napas lega, ia bahkan tidak menyadari sejak kapan sudah menahan napas. 

“Kau ingin tahu pekerjaan apa yang saya tawarkan?”

Hana mengangguk cepat. Wajah pucatnya sudah berubah menjadi antusias lagi. 

Mahendra menyeringai. “Heh, lihat dirimu yang menyedihkan itu,” ucapnya sinis, “Setelah merendahkan orang sekarang berharap imbalan darinya?”

“Saya–”

“Carlos, berikan dokumennya kepada wanita menyedihkan ini,”

Tanpa berbicara apa pun, Carlos segera memberikan map berwarna coklat ke hadapan Hana. Hana segera mengambilnya dan mengeluarkan bundelan kertas dari map tersebut. Ia segera membaca judul dokumen tersebut.

Kontrak Kerja sebagai Istri dari Mahendra Hastungkoro - Direktur Rumah Sakit Widya.

Tunggu, apa?!

Mata Hana membulat seketika. Ia mengucek-ucek mata, takut salah melihat tulisan judulnya. Tapi ketika ia membacanya lagi, tidak ada perubahan tulisan di judul tersebut. 

Judul dokumen di tangannya memang itu; Kontrak Kerja sebagai Istri dari Mahendra Hastungkoro - Direktur Rumah Sakit Widya.

“Ba-bapak … Direktur Rumah Sakit Widya ..?” Tanya Hana gelagapan dengan wajah pucat. Ia menatap was-was Mahendra yang kini menyeringai lebar. 

“Benar,” ucap Mahendra tenang tapi justru membuat Hana gelisah, “Direktur rumah sakit tempat adikmu dirawat.”

Tubuh Hana seketika bergetar. Bukankah ini sangat gawat?! Ia daritadi bersikap tidak sopan dan menyinggung pak direktur! Bagaimana kalau perawatan adiknya dicabut?!

Ia kemudian tersentak ketika menyadari plang di depan mobil Mahendra yang terparkir di basement rumah sakit bertuliskan; tempat parkir khusus direktur. 

Dasar bodoh! Kenapa ia baru menyadarinya sekarang?!

“La-lalu … i-istri ..?”

“Iya, itulah pekerjaannya,” Mahendra menghadapkan badannya ke arah Hana dan menopangkan sisi kepalanya dengan menyandarkan tangan kirinya di sandaran mobil. 

“Pekerjaan yang saya tawarkan adalah menjadi istri kontrak,”

“I-Istri kontrak?!”

“Oh dan kamu tadi bilang saya bisa mengetesmu kan?” 

Mahendra mencondongkan wajahnya dan menyeringai semakin lebar ketika melihat reaksi gugup Hana.

“Cium saya di bibir agar Carlos menilai kau sudah cocok jadi istri saya atau belum.”

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Pak Direktur, Saya Butuh Kerja!   CHAPTER 5: Menikah dengan Orang Lain

    “Tugasmu adalah mendampingi saya di acara tersebut dan berkenalan secara resmi sebagai istri saya ke mereka.”“Bagaimana bisa aku melakukannya??!!!” Hana berguling-guling di atas kasur sambil menjambak rambutnya frustasi. Tadi, setelah membeli cincin dan menikah di KUA, Mahendra mengantarnya ke apartemennya dan bilang akan menjemputnya jam 7 malam nanti. “Dandan yang cantik,” itulah yang bosnya ucapkan sebelum meninggalkannya. Masalahnya, Hana memiliki 0 pengetahuan tentang make up. Bukan sama sekali tidak tahu, sih, tapi dia hanya tahu make-up basic! Tentu saja itu bukan make-up yang cocok untuk ke acara formal orang kaya.Terlebih lagi, dia tidak punya gaun cantik! Dan bukankah seharusnya, setahu yang Hana baca di novel online, bukankah seharusnya sang pria mempersiapkan sang perempuan untuk ke acara seperti itu?!Seperti, membawanya ke salon mahal atau membelikan gaun mewah yang tidak pernah bisa dibeli oleh sang perempuan. Usai berguling-guling frustasi, Hana menghela napas pa

  • Pak Direktur, Saya Butuh Kerja!   CHAPTER 4: Jadi, Saya Lulus?

    “.... Bapak bercanda ya?”“Menurutmu begitu?”Hana menelan ludah. Ia melirik Carlos yang sudah memandang mereka dengan tatapan datar dan posisi duduk siap. “Saya …. Saya tidak keberatan kita … kita melakukannya. Ta-tapi, tidak perlu dilihat Car-maksud saya, asisten bapak, kan?” Nego Hana dengan nada gugup. Walaupun sebenarnya, ia juga ragu untuk ber-berciuman, sih, tapi kalau itu demi tes masuk maka akan ia lakukan!“Lalu, siapa yang akan menilai kecocokan kita?” Tanya Mahendra dengan alis terangkat. Hana tidak tahu apakah pria itu sungguh-sungguh bertanya atau hanya ingin menggodanya, tapi melihat wajah datarnya, sepertinya dia memang sungguh-sungguh dengan ucapannya!Tunggu! Atau ini usaha balas dendamnya karena perbuatanku kemarin?! Batin Hana menduga. Jika benar begitu, berarti dia harus melakukannya, kan?! Seperti kata pepatah, nyawa dibalas nyawa!Tapi .. kalau ada orang lain yang melihatnya …Hana menelan ludah, “Kan bisa bapak sendiri yang menilai kecocokan kita,”“Oh, benar

  • Pak Direktur, Saya Butuh Kerja!   CHAPTER 3: Istri ... Kontrak?

    “Bukankah kau sudah menolaknya?”“Saya berubah pikiran!”Mahendra mendengus. Tatapannya menatap dingin sosok gadis di hadapannya.“Kau kepepet untuk membayar biaya operasi adikmu makanya berubah pikiran?”“Saya …”“Lupakan saja penawarannya. Saya tidak butuh karyawan plin plan sepertimu.”Mahendra berjalan melewati gadis di hadapannya tanpa melihat reaksi Hana terlebih dahulu. Ia kemudian tersentak karena tiba-tiba jasnya ditarik.Mahendra menoleh dan menatap tajam Hana yang memasang wajah memohon.“Lepaskan,”“Saya tidak akan lepas sampai anda menerima saya!”“Lihatlah sikapmu itu. Kau pikir ini cara yang bagus untuk meyakinkan pemberi kerja?”“Anda yang menawarkan saya terlebih dahulu!”“Penawaran hanya terbuka semalam.”“Kalau begitu saya tidak akan lepas!”Mahendra berdecak. Dengan cepat, ia melepas jasnya yang masih ditarik kemudian segera pergi buru-buru. Meninggalkan jasnya begitu saja di tangan Hana.Hana melongo. Memangnya bisa begitu ya?!Gadis itu buru-buru berlari mengejar

  • Pak Direktur, Saya Butuh Kerja!   CHAPTER 2: Saya Terima!

    “Kakak hari ini terlihat lesu sekali. Pekerjaan kemarin berat ya?”Hana menatap wajah adiknya yang terlihat cemas. Ia tersenyum kemudian menggelengkan kepala.“Karena tidur larut saja kemarin. Jangan khawatir, Lex.” Balas Hana berbohong untuk menenangkan adiknya itu.Lagipula, ia juga tidak bisa bilang kemarin mabuk-mabukan sebagai pelampiasan emosi akibat dipecat kan?Alex masih menatapnya khawatir. Tapi, ia akhirnya membalas senyum Hana.Kakaknya itu sedikit keras kepala, jadi pasti tidak ingin menjawab pertanyaannya semendesak apa pun dia.“Bagaimana dengan promosi jabatan kemarin? Apakah sudah diresmikan?”“Oh itu,” Hana tertawa canggung sejenak, “Sedang dipersiapkan. Sebentar lagi aku bisa menempati posisi itu!”Alex mengangguk-angguk dengan wajah cerah membuat Hana kembali merasa bersalah. Ia memalingkan pandangan dan mengambil buah apel di atas nakas.“Aku kupaskan buah dulu, ya. Mau dibentuk jadi kelinci?”“Kak, aku bukan anak TK lagi.”Hana terkekeh mendengar jawaban Alex. Ia

  • Pak Direktur, Saya Butuh Kerja!   CHAPTER 1: Mau Bekerja dengan Saya?

    "Mereka bilang aku tidak cukup kompeten! Bukankah aku sudah mengabdi selama 5 tahun?!"Hana Sullivan kembali menegak kasar gelas yang baru diisi alkohol oleh bartender. Di sebelahnya, pria berwajah datar hanya meminum dengan tenang alkoholnya.Sedari tadi, ia tak bereaksi banyak dengan cerita menggebu-gebu yang dilontarkan Hana. Tapi tak masalah, karena Hana juga tidak membutuhkan reaksi apa pun. Ia hanya butuh teman bercerita."Aku yakin pak manajer mengeluarkanku karena calon penggantiku sangat cantik dan muda! Dasar om-om genit!!"BRAK!Kali ini, pria di sebelahnya menoleh kaget. Alisnya mengernyit ketika melihat Hana menunduk dalam dengan tangan kanan memegang erat gelas alkohol dan satu tangannya lagi mengepal di atas meja."Aku akan membunuh manajer mesum itu," Hana terkekeh seram, "Aku pasti akan membunuhnya-hik!"Hana mengangkat kepala kemudian kembali menegak alkohol hingga habis. Lagi-lagi, ia menghentakkan gelas dengan kasar ke atas meja bar kemudian menutup wajahnya dengan

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status