“Apa ini?” Elsa melihat surat perjanjian.
“Sudah nggak usah banyak tanya! Cepat tanda tangan!” bentak Leo. Elsa langsung tanda tangan untuk mendapatkan 10 miliar. Setelah itu Leo mengambil perjanjian itu lalu melempar cek di wajah Elsa. “Thank you!” Elsa tersenyum. “Ayo, kita pergi!” Leo berteriak diikuti oleh anak buahnya. Kini mereka berempat berkumpul makan malam bersama. Leo datang terlambat yang membuat mereka menunggu. “Maaf, lama.” Leo duduk dengan tenang. “Gimana tadi? Lancar?” Reno dengan gaya cool-nya. “Ini.” Leo memberikan surat perjanjian. “Bagus! Jika dia berulah kita bisa penjarakan dia.” Reno menyeringai. “Memang apa isi?” Yasmine mengambil surat perjanjian itu lalu membacanya. “Baca yang keras,” sahut Ranti yang ikut penasaran. “Di sini dibilang, kalo dia banyak cincong akan kita laporkan kReno menurunkan Yasmine di atas ranjang. Yasmine duduk dengan tenang, ia pasrah akan diapakan oleh Reno. Pria itu berjalan ke arah meja rias lalu mengambil pouch yang berisi make up Yasmine.“Mau apa?” tanya Yasmine sambil mengamati pergerakan Reno.Reno tidak menjawab hanya membuka pouch lalu mengambil toner untuk menghapus make up Yasmine. Sentuhan demi sentuhan Reno lakukan. Setelah selesai Yasmine menangis.“Hiks … hiks …!” Yasmine menekuk lutut lalu menyembunyikan wajahnya.Reno mengambil baju tidur lalu memberikan kepada Yasmine. Pria itu dengan lembut mengusap kepala Yasmine. “Kenapa menangis?” tanya Reno sambil mengangkat kepala Yasmine.“Maafin aku!” Yasmine memeluk Reno dengan erat.Menikah dengan pria dewasa memang enak. Perlakuan yang lembut dan meratukan pasangan. Walaupun kenyataannya tidak semua pria di dunia nyata begini.“Sudah jangan menangis. Gantilah pakaianmu, kita tidur malam ini.” Reno b
Ting … tung … Suara bel berbunyi berulang kali. Membuat Yasmine membuka pintu. “Kalian sudah siap?” Yasmine terlihat masih ada yang kurang. “Sudahlah. Kamu ada yang kurang.” Ranti mengamati wajah Yasmine kurang bersinar. “Aku ambil anting dulu, dan tasku!” ucap Yasmine berlari masuk ke dalam kamar. “Jangan lari-lari! Kasian keponakanku!” Sesil mengomel. “Iya-iya, Tante.” Yasmine tertawa. “Girls! Let's go!” Yasmine berseru bak pemimpin perang. Mereka turun ke lantai bawah untuk ke bar. Sampai lift terbuka menuju bar Sesil merinding. “Kamu nggak takut kalo Kak Reno marah?” Sesil ragu. “Sesil besok aku pulang, aku ingin bersenang-senang bersamamu.” Yasmine santai seolah tidak takut dengan suaminya itu. “Baiklah.” Mereka masuk ke dalam bar terlihat banyak pria tampan di sana. Membuat mereka bertiga bersemanga
“Mau kamu gimana?” tanya Sesil, ia menatap lekat mata Ebra. “Kamu menjadi teman hidupku,” ucap Ebra dengan detak jantungnya yang memburu. “Jadi cuma temen nih?” canda Sesil. “Bukan itu maksudku,” balas Ebra gugup. Cup … Sesil mengecup bibir Ebra yang membuatnya mabuk cinta. Yasmine yang melihat dengan kedua matanya langsung menarik sang suami ke arah lain. “Kak!” ucap Yasmine sambil menarik tangan Reno. “Kenapa balik lagi?” Reno bingung. “Kita ke sana yuk!” ajak Yasmine deg-degan karena takut Reno tahu. “Mau lihat burung lagi?” tanya Reno menatap burung kakak tua. “Bagus, warnanya ya, aku enggan berpaling.” Jawaban Yasmine absurd. “Aku kira kamu cinta burungku,” balas Reno datar. “Sejak kapan, Kakak punya burung?” tanya Yasmine polos. “Ah, masak Kamu lupa! Tiap malam kamu mainkan.” Reno mena
“Sayang!” Yasmine berteriak membuat Reno menghentikan aksinya. “Kamu nggak pa-pa?” tanya Ebra. “Baik, kok.” Sesil sudah berdiri dengan tegap. “Kamu memanggil aku ada apa?” tanya Leo datar. “Nggak pa-pa kok, tadi bercandaan saja sama Ranti.” Sesil tersenyum. Sesil merasa kakinya sakit. Jalan sedikit pincang membuat Ebra khawatir. “Tunggu sebentar!” Ebra berlari mengejar Sesil. “Sesil tunggu!” Ebra tanpa aba-aba menggendong bridal style. “Aku nggak pa-pa.” Sesil awalnya memberontak. “Nggak, kakimu sakit nanti.” Ebra tetap membawa Sesil di tempat teduh. Yasmine terpukau dengan kejantanan Ebra. Tanpa sadar mulut Yasmine memuji Ebra. “Uh, so sweet banget,” ucap Yasmine sambil menautkan kedua tangannya. “Iya, tanpa kode udah jalan! Enaknya pacaran sama yang seumuran,” sahut Ranti ikut-ikutan. Pana
Suasana menjadi mencekam setelah Reno marah. Yasmine turun tangan untuk menenangkan bayi tuanya. “Sayang, ayo makan.” Yasmine menarik Reno agar berjalan ke lift. Reno tidak menjawab ia mengikuti Yasmine. Di dalam lift Ebra mencoba berbicara hati ke hati dengan mereka. “Sebenarnya, aku mencintai Sesil, Kak. Tapi aku diabaikan,” ucap Ebra. Reno yang menghadap pintu lift mulai memancing masalah. “Semalam kamu cium Adikku ‘kan?” “Sayang,” lirih Yasmine sambil menyenggol lengan Reno. Reno tidak peduli dengan itu. Ia tetap dengan pendiriannya. Deg … Ebra dan Sesil saling pandang. Ebra menjawab dengan santai. “Di sini aku korbannya Kak, orang aku cium Sesil. Jadi, aku hanya terbawa suasana.” Ebra menang banyak. “Ebra.” Sesil memukul bahunya. Ebra memasang wajah sendu seperti korban. Reno membalikkan tubuhnya ke arah Sesil.
“Dia adalah mata-mata Kakakku,” ucap Sesil dengan percaya diri.“Lalu? Kenapa kamu menciumku?” Ebra menatap tanpa berkedip. “Jadi bukan salahku, di sini aku adalah korban.”“Bodoh.” Sesil meninggalkan Ebra.“Kita pacaran?” celetuk Ebra melihat Sesil berjalan pergi.“Entahlah!” Sesil pergi tanpa menoleh.Leo menatap tajam ke arah Sesil yang berjalan ke arahnya. Sesil mengabaikan Leo lalu ia mengedipkan mata ke arah Ranti.“Ayo, kita ke kamar!” ajak Ranti.“Nggak mau, aku mau ngomong sama kamu!” Leo menunjuk wajah Sesil.“Jaga Pacarmu, Ranti! Aku mau tidur! Bye!” Sesil berlari meninggalkan mereka berdua.Sesil di depan lift, entah mengapa tiba-tiba keringat dingin. Ia ragu ingin menekan tombol lift.“Apa aku naik tangga aja ya,” batin Sesil menatap lift masih tertutup.Ada tangan menekan tombol lift. Sesil menoleh ke samping membuat dirinya membeku.Tring …Pintu lift t