LOGINLangkah Sekar terhenti, napas yang tadinya sudah berhembus lega kini kembali tercekat. Otot-otot dalam tubuhnya kembali menegang, pikirannya sudah berkelana jauh merangkai
kemungkinan-kemungkinan buruk jika pria dibelakangnya ini berubah pikiran.
Namun ternyata Jagat justru mengatakan hal yang tak terduga, “Saya nggak setua itu, lain kali jangan panggil saya dengan sebutan ‘Bapak’.”
“Hah, gimana?” Balas Sekar sambil membalikkan badannya ke arah Jagat.
Hal begitu saja Sekar tak paham, tapi ya mana bisa paham? Wanita itu bahkan masih kebingungan dengan semua yang sedang terjadi. Tiba-tiba jadi bahan guncingan orang, dan tiba-tiba salah kamar.
Dirinya butuh waktu mencerna kejutan-kejutan itu.
Baru saja kakinya bergerak beberapa langkah dari kamar itu, tiba-tiba Sekar melihat ada dua orang wanita yang baru saja berbelok ke lorong yang sama dengannya. Pembicaraan mereka terdengar jelas di tengah sunyinya lorong hotel.
“...Kayaknya di hotel ini deh, foto cewek check in yang baru viral itu. Desain dan interior hotelnya sama tahu..” Ucap salah satu wanita itu.
Mendengar itu langkah Sekar terhenti, dirinya mulai panik sendiri.
“Yang cewek check in viral terus kepergok sama pacarnya itu?” Tanya wanita satunya lagi.
“Iya, mana kata cowoknya mereka mau nikah lagi. Sumpah deh malu-maluin kaum kita aja tuh cewek.”
Tidak salah lagi, dua orang wanita itu sedang membicarakan foto dirinya yang sedang viral. Sekar mulai menengok ke kanan dan ke kiri mencari celah yang mungkin ada di lorong ini untuk bersembunyi sebelum dua orang wanita itu melihatnya.
Bisa-bisa ia kena hujat langsung di depan muka yang jelas Sekar tidak akan siap menghadapinya. Hujatan yang ada di dunia maya saja tidak ia baca, masa harus mengahadapi hujatan yang ada di dunia nyata?
Tidak. Tidak akan Sekar biarkan itu terjadi.
Membalikkan badan, Sekar berjalan pelan tak tentu arah. Celah untuk bersembunyi tak kunjung ia temukan, sementara langkah kaki kedua wanita itu semakin mendekat dari tempatnya berdiri sekarang.
Satu-satunya tempat sembunyi yang terlintas di pikirannya adalah kamar pria asing itu. Tanpa banyak berpikir lagi, Sekar langsung berjalan cepat lalu kembali masuk ke kamar itu.
Persetan jika ia harus menangggung malu di depan pria itu, yang terpenting sekarang ia tidak berhadapan langsung dengan dua wanita yang jelas-jelas sedang membicarakannya itu.
Sementara itu, Jagat yang sedang berbaring di ranjangnya kaget karena mendengar pintu kamar dibuka dari luar tanpa seijinnya. Tubuh yang tadinya ingin ia istirahatnya seketika bangkit dari ranjang, kepalanya menoleh ke arah pintu.
“Ngapain lagi kamu?” Tanya Jagat . Kini ia bukan lagi heran, tapi sudah mulai curiga dengan wanita yang sudah dua kali masuk ke kamarnya.
Pertanyaan itu membuat Sekar tersentak kaget, hampir saja dia lupa dimana ia sedang bersembunyi saat ini.
Dengan jantung yang berdebar, wanita itu memutar tubuhnya menghadap si pemilik kamar. Hal pertama yang ia lihat adalah tatapan tajam pria itu dan tangan yang disilangkan di depan dada bidangnya.
Atmosfer menakutkan seketika terasa mengelilingi Sekar.
“Itu, Pak.. Anu, begini...” Jawab Sekar kebingungan mau mengatakan apa. Jelas sekali wanita itu tidak punya jawaban yang pasti dari tindakannya saat ini.
“Siapa sebenarnya kamu? Apa kamu disuruh orang untuk memata-matai saya?”
Jagat sudah tidak bisa untuk tidak curiga dengan wanita di hadapannya ini. Sebagai seorang pengusaha ia sangat paham dengan adanya persaingan bisnis.
Bisa saja wanita ini adalah orang suruhan pesaing bisnisnya yang sengaja dikirim untuk memata-matai atau yang lebih parah adalah untuk menjebak dirinya dan berujung dijadikan senjata untuk menghancurkannya.
“Bukan, Pak. Saya nggak ada niat jahat sama, Bapak.” Jawab Sekar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya membantah tuduhan Jagat.
Situasi di kamar milik Jagat kini tak lagi menenangkan untuk Sekar bersembunyi.
Wanita itu bagai lepas dari mulut harimau, lalu masuk ke dalam mulut buaya. Bermaksud bersembunyi di kamar ini untuk menghindari dua wanita yang tengah menggosipkannya, tapi justru dirinya kini terjebak tuduhan dari sang pemilik kamar. Dan pada akhirnya Sekar harus menjelaskan pada pria di depannya.
“S–Saya dijebak, Pak.”
Setelah itu Sekar menjelaskan situasinya sampai harus bersembunyi di kamar milik pria itu. Namun ia merasa penjelasan panjangnya itu bagai angin lalu untuk si pria pemilik kamar. Karena bukannya menanggapi, pria di depannya ini hanya diam terpaku.
Apa Sekar tersinggung? Tentu tidak. Wanita itu justru memanfaatkan keterdiaman Jagat untuk mencoba peruntungannya. “Pak, apa boleh saya bermalam di sini untuk malam ini saja?”
Keheningan menyelimuti mereka. Jagat tak kunjung menjawab pertanyaan itu, tapi Sekar tak menyerah. Wanita itu kembali bertanya.
“Boleh tidak, Pak?”
Jagat berdeham kecil. Menimang apakah sebegitu gentingnya untuknya menetap?
Sekar yang melihat raut wajah pria di depannya akhirnya sadar diri, harusnya ia tak meminta lebih pada pria yang tak ia kenal. Apalagi setelah ia mengganggu kenyamanan pria itu
“Kalau tidak boleh, saya pamit. Terima kasih ya, Pak. Maaf kal—”
“Boleh.” utusnya memotong Sekar.
Mata Sekar berbinar senang, senyum terukir di wajahnya.
Benarkah?
Setidaknya malam ini ia bisa menghindar dari orang-orang yang mungkin sedang membicarakannya di hotel ini.
“Terima kasih, Pak. Saya nggak akan melupakan kebaikan, Bapak. Kalau begitu saya ijin pakai kamar mandinya ya, Pak.”
Tanpa menunggu jawaban Jagat, Sekar langsung berlari ke arah kamar mandi. Sedangkan pria itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.
Tak berselang lama Sekar keluar dari kamar mandi, wajahnya terasa lebih segar setelah terbasuh air. Ia bisa melihat pria itu sudah berbaring di satu sisi ranjang dengan satu tangan yang menutup kedua matanya.
Sekar lalu melangkah ke arah sofa panjang yang tak jauh dari ranjang, dengan pelan ia membaringkan tubuhnya di sana. Pikirannya melayang pada peristiwa yang baru saja terjadi.
Sepanjang hidupnya Sekar tak pernah sekali pun membayangkan dirinya ada di posisi seperti sekarang. Tak pernah ada di pikirannya hubungannya dengan David akan berakhir dengan cara seperti ini. Pria itu, pria yang begitu ia cintai ternyata setega ini padanya.
Tak terasa air matanya mengalir tanpa bisa Sekar cegah. Kenapa semuanya jadi seperti ini? Apa ia pernah tak sengaja menyakiti David sampai membuat pria itu dendam dan melakukan hal sejahat ini padanya?
Tapi berkali-kali Sekar mencoba mengingat, ia tak bisa menemukan memori saat dirinya menyakiti pria itu. Ataukah ini sifat David yang sebenarnya? Dan selama ini ia hanya dibutakan oleh cinta.
Tiba-tiba ingatan tentang Mamahnya yang tak setuju dengan hubungan mereka terlintas di pikiran Sekar. Ia kira itu hanya alasan Mamahnya saja yang tak suka dengan David, tapi sekarang ia justru menyesal karena tak mendengarkan.
Malam ini ia hanya ingin beristirahat, biarlah masalah foto itu ia urus besok. Beberapa saat setelahnya wanita itu jatuh ke alam mimpi.
Sekar bangun dan langsung terkejut ketika mendapati dirinya sudah berbaring di ranjang dengan selimut yang membungkus tubuhnya.
Terdengar pula suara air dari kamar mandi yang membuat otaknya memikirkan hal yang tidak-tidak. Tapi...
Pakaiannya masih utuh.
Tanpa berpikir lagi, Sekar buru-buru meninggalkan kamar ini. Terlebih saat ia melihat jam di ponselnya, Sekar tak punya waktu untuk menunggu pria itu keluar dari kamar mandi hanya sekedar untuk mengucapkan terima kasih.
Sesampainya di apartemen, Sekar menekan password dengan terburu-buru, ia belum siap untuk bertemu dengan siapa pun saat ini. Beberapa tetangga di apartemen mengenalnya dan ia belum siap untuk menjelaskan jika saja mereka melihatnya lalu bertanya.
Lagaknya sudah seperti selebriti yang sedang terkena skandal, tapi mau bagaimana lagi? Sebagai wanita yang jarang sekali membagikan sesuatu di media sosial dan selalu menjalani hidup seperti orang biasa lalu tiba-tiba menjadi perbincangan publik sungguh membuatnya terkejut.
Sekarang ia sedang berdiri di depan cermin memandang penampilannya, celana panjang yang ia padukan dengan kemeja merah maroon akan menjadi pakaian kerjanya hari ini.
Sekar sengaja berangkat dari apartemen sedikit lebih siang dari biasanya agar nanti saat sampai di perusahaan ia sudah terlambat dan tak bertemu dengan banyak orang.
Dan benar saja sesampainya ia di perusahaan, area parkir sudah sepi dan hampir penuh. Sekar sangat yakin banyak karyawan yang sudah berada di ruangan mereka masing-masing.
Namun keyakinan Sekar keliru, karena ia justru melihat semua karyawan sedang berkumpul di lobby perusahaan entah untuk apa.
Saat Sekar ingin masuk lift untuk bisa segera ke ruangannya, ia justru dihadang oleh security perusahaan. Katanya semua karyawan harus ikut berkumpul di lobby karena ada hal penting yang harus diberitahukan.
“Kenapa nggak diumumkan di grup aja, sih?!” Ucapnya dalam hati.
Sekar pun akhirnya melangkah untuk ikut berkumpul bersama karyawan lainnya. Namun langkahnya terhenti ketika matanya justru bertemu tatap dengan mata pria yang dua malam lalu ia masuki kamarnya.
“...kita sambut pemimpin baru di perusahaan ini – Jagat Benjamin.”
Sekar terdiam cukup lama. Perasaan terkejut itu belum hilang, tapi sekarang sudah ada banyak pertanyaan yang memenuhi kepalanya.Apa tadi ia tidak salah dengar, menjadi tunangan pura-pura pria itu?Tapi tunggu, bagaimana mungkin Jagat yang seorang pimpinan itu tahu tentang gosip staff biasa sepertinya? Lalu apa yang harus ia katakan sebagai jawaban?Semua itu ingin ia tanyakan, tapi lidahnya kelu, suaranya seperti tertahan di tenggorokan. Sampai akhirnya mobil Jagat berhenti di depan gedung apartemennya, Sekar masih terdiam."Kita sudah sampai."Suara Jagat membuat Sekar akhirnya menoleh ke arah pria itu dan ke arah luar mobil."T-terima kasih, Pak sudah mengantar saya." Balas wanita itu dengan terbata.Saat Sekar baru akan mendorong pintu mobil, suara Jagat kembali terdengar. "Saya tidak akan memaksa kamu untuk menerima solusi dari saya saat ini. Tapi saya juga tidak bisa menunggu terlalu lama. Saya harap kamu bisa memberikan jawaban secepatnya."Sekar hanya mendengarkan tanpa bernia
Sore harinya saat jam pulang kerja tiba, Sekar tidak langsung keluar dari ruangannya. Padahal ia termasuk karyawan yang akan pulang saat jam pulang tiba kecuali jika ia harus lembur. Sama seperti saat berangkat pagi tadi, wanita itu lebih memilih untuk menuju area parkir saat tempat itu sudah sepi.Namun lagi-lagi pilihannya justru mempertemukannya dengan Jagat, karena lift yang ia naiki lagi-lagi ada pria itu di dalamnya.“Kebetulan macam apa ini?” Batinnya terus berbicara setiap kali bertemu dengan si pimpinan baru. Ia sungguh tidak mengerti dari banyaknya kebetulan di dunia ini, kenapa akhir-akhir ini harus selalu mengaitkannya dengan Jagat? Dari mulai malam di hotel, pergantian pimpinan perusahaan, bahkan sampai perkara menaiki lift saja berkaitan dengan pria itu.“Kamu ada lembur?” Tanya Jagat. Pria itu heran dengan Sekar yang baru akan pulang saat perusahaan sudah sangat sepi. “Tidak, Pak. Saya hanya menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya selesai sebelum jam pulang.” Sekar b
Sekar membeku.Pria yang ia tumpangi— pria asing itu…. bosnya?“Saya Jagat Benjamin. Mari bekerja sama dengan baik, ya.” Ujarnya pada semua orang yang menyapanya. Sekar hanya bisa terdiam, menghubungkan memorinya yang hilang. Mata pria itu kini menatapnya dalam, tatapan yang tak mampu Sekar balas.Sekarang ia bukan hanya takut digosipkan oleh karyawan di perusahaan ini, tapi juga takut tiba-tiba dipanggil oleh pimpinan perusahaan ini untuk dipecat karena peristiwa salah masuk kamar malam itu.Sampai siang hari, pemikiran itu tak kunjung hilang dari kepala Sekar. Justru wanita itu semakin was-was, lalu tiba-tiba—“Kamu saya pecat!”Sekar merinding sekujur badan. “Ya ampun, lo mikir apa sih, Sekar?” Ucapnya yang setengah frustasi.Di tengah semua itu, satu pesan dari temannya muncul di ponselnya. Teman yang berbeda divisi dengannya itu mengajak makan siang di kantin perusahaan, tapi Sekar yang sudah kenyang dengan pikirannya sepanjang hari ini terpaksa menolak ajakan itu. Padahal selam
Langkah Sekar terhenti, napas yang tadinya sudah berhembus lega kini kembali tercekat. Otot-otot dalam tubuhnya kembali menegang, pikirannya sudah berkelana jauh merangkaikemungkinan-kemungkinan buruk jika pria dibelakangnya ini berubah pikiran.Namun ternyata Jagat justru mengatakan hal yang tak terduga, “Saya nggak setua itu, lain kali jangan panggil saya dengan sebutan ‘Bapak’.”“Hah, gimana?” Balas Sekar sambil membalikkan badannya ke arah Jagat.Hal begitu saja Sekar tak paham, tapi ya mana bisa paham? Wanita itu bahkan masih kebingungan dengan semua yang sedang terjadi. Tiba-tiba jadi bahan guncingan orang, dan tiba-tiba salah kamar.Dirinya butuh waktu mencerna kejutan-kejutan itu.Baru saja kakinya bergerak beberapa langkah dari kamar itu, tiba-tiba Sekar melihat ada dua orang wanita yang baru saja berbelok ke lorong yang sama dengannya. Pembicaraan mereka terdengar jelas di tengah sunyinya lorong hotel.“...Kayaknya di hotel ini deh, foto cewek check in yang baru viral itu.
Pertanyaan itu langsung membuat Sekar menoleh.Tatapan wanita itu yang terkejut, bingung, dan mungkin terpesona. Tunggu, terpesona? Seketika Jagat tersadar hanya menggunakan selembar handuk yang menutupi pinggangnya ke bawah sedangkan tubuh bagian atasnya terekspos sempurna.Sementara itu, Sekar yang tadi sempat terpaku, kini mulai menyadarkan diri dan bertanya balik pada pria yang berdiri tak jauh darinya. “Kamu yang siapa? Kenapa ada di kamar ini?”Jagat mengernyitkan dahi bingung, ia yakin tak salah masuk kamar. “Ini kamar saya, kamar nomor 779.”Kemudian pria itu melangkah mengambil kunci kamarnya, “Saya jelas membuka pintu kamar dengan kunci ini, jadi kemungkinan kamu yang salah masuk kamar.” Lanjutnya dengan nada yang cukup tenang.Sekar kemudian terdiam, ia mulai mengingat bagaimana ia bisa masuk ke kamar ini.Satu hal yang ia sadari saat tadi begitu terburu-buru karena diikuti orang, Sekar tak lagi mengecek pesan David yang berisi nomor kamar yang telah dipesan dan parahnya ia
“Datang ke Hotel ini. Kalau kamu mau udahan dan kita selesaikan baik-baik. Aku akan menjelaskan semuanya dan mengembalikan uang kamu yang buat persiapan pernikahan kita.”Satu pesan dari David membuat Sekar menghembuskan napas kasar. Sudah satu minggu sejak ia tahu pria itu selingkuh darinya. Ingatannya berputar kala minggu lalu ia yang sedang merayakan ulang tahun David di apartemen milik pria itu justru mendapat kejutan tak terduga.Saat ia iseng membuka ponsel milik David, Sekar justru mendapati foto-foto mesra dan bahkan tak senonoh pria itu bersama seorang wanita yang tak ia kenal.Saat ditanya tentang alasan menyelingkuhi dirinya, David justru memilih diam dan tak mau menjelaskan apa pun. Bahkan tak ada kata maaf yang keluar dari mulut pria ituKata putus Sekar ucapkan saat itu juga, tapi David menolak dengan alasan mereka akan menikah dalam beberapa bulan ke depan.Masalahnya Sekar yang sudah terlanjur sakit hati tak lagi ingin melanjutkan hubungan. Wanita itu bahkan mengatakan







