LOGINPertanyaan itu langsung membuat Sekar menoleh.
Tatapan wanita itu yang terkejut, bingung, dan mungkin terpesona. Tunggu, terpesona? Seketika Jagat tersadar hanya menggunakan selembar handuk yang menutupi pinggangnya ke bawah sedangkan tubuh bagian atasnya terekspos sempurna.
Sementara itu, Sekar yang tadi sempat terpaku, kini mulai menyadarkan diri dan bertanya balik pada pria yang berdiri tak jauh darinya. “Kamu yang siapa? Kenapa ada di kamar ini?”
Jagat mengernyitkan dahi bingung, ia yakin tak salah masuk kamar. “Ini kamar saya, kamar nomor 779.”
Kemudian pria itu melangkah mengambil kunci kamarnya, “Saya jelas membuka pintu kamar dengan kunci ini, jadi kemungkinan kamu yang salah masuk kamar.” Lanjutnya dengan nada yang cukup tenang.
Sekar kemudian terdiam, ia mulai mengingat bagaimana ia bisa masuk ke kamar ini.
Satu hal yang ia sadari saat tadi begitu terburu-buru karena diikuti orang, Sekar tak lagi mengecek pesan David yang berisi nomor kamar yang telah dipesan dan parahnya ia justru begitu yakin saat memasuki kamar ini.
Sekar menunduk, mencoba mengatur napas untuk menjelaskan pada pria di depannya. Ia sadar sepertinya di sini ia yang telah salah masuk kamar. Namun saat ia akan mendongak menatap pria itu, satu pesan baru dari David muncul bar notifikasi ponselnya.
“Aku nggak mau disalahkan sama keluarga besarku karena pernikahan kita batal, apalagi mempermalukan mereka karena perselingkuhanku. Jadi Sekar, untuk yang terakhir kalinya kamu tanggung kesalahanku, ya.”
Sekar menganga membaca pesan itu. Sungguh sial sekali nasibnya yang ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah diselingkuhi difitnah pula dan ironisnya dilakukan oleh orang yang sama, oleh orang yang sangat ia cintai selama enam tahun ini.
“Kamu tenang aja, gosip tentang kamu pasti bakal hilang dalam beberapa hari dan tadi aku udah transfer sebagian uang kamu yang buat persiapan pernikahan kita. Semoga itu bisa menghibur kamu, ya.”
Satu pesan lagi dari David membuat Sekar semakin muak. Apa katanya? Gosip tentangnya akan hilang dalam beberapa hari? Mudah sekali pria itu mengatakannya. Masalahnya media sosial itu kejam, gosipnya mungkin mereda tapi tidak akan pernah hilang dari sana.
Brengsek!
Nama dan reputasinya tidak akan semudah itu untuk kembali baik. Sungguh sejuta kata hujatan rasanya tidak akan cukup untuk Sekar tunjukkan pada pria berpikiran sempit seperti David.
Dalam hati, Sekar juga merutuki kebodohan dirinya yang mau saja datang ke hotel ini. Ia tertawa miris, bisa-bisanya berpikir mereka akan berpisah dengan cara baik-baik dan bijaksana layaknya orang dewasa. Sekar lupa bahwa orang bijaksana tidak akan selingkuh, termasuk David. Dirinya saja yang naif.
Sementara Sekar masih tenggelam dengan kemalangan nasibnya, di depannya Jagat justru bingung dengan sikap wanita itu yang tiba-tiba diam lalu berbicara kata-kata yang ia tak pahami ditujukan untuk siapa. Karena tak ingin terus berada di situasi ini, Jagat akhirnya kembali mengajak bicara wanita itu.
“Hallo? Jiwa kamu masih di sini?”
Pertanyaan itu seketika menarik Sekar pada kenyataan yang ia harus hadapi saat ini juga. Terlalu sibuk dengan pikirannya, wanita itu jadi melupakan bahwa sekarang ia masih terjebak di dalam kamar pria yang tak dikenal.
“Maaf, Pak. Begini...”
Jagat menaikkan satu aslinya, “Pak?”
Sekar menjeda ucapannya, ia bingung bagaimana menjelaskan pada pria di depannya ini.
Tak mungkin ia menceritakan bahwa ia dijebak oleh mantan kekasihnya sehingga berakhir masuk ke dalam kamar milik pria itu, yang ada Sekar akan dikira sedang mengarang cerita.
Di sisi lain Jagat yang sudah merasa kedinginan karena tubuhnya yang belum berbusana, akhirnya tak tahan dan meminta Sekar untuk menunda penjelasannya. Dan di saat bersamaan, wajah Sekar mendongak dan matanya tepat melihat ke arah dada bidang pria di depannya.
“Jelaskan nanti saja, saya mau pakai baju dulu.” Ucap Jagat sambil mengeratkan handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya.
Sekar mengangguk, lalu mengalihkan pandangan. “Iya, Pak. Lebih baik memang Bapak memakai baju dulu.” Gumamnya pelan tanpa sadar.
Jagat yang berniat berbalik untuk mengambil baju seketika berhenti saat mendengar ucapan Sekar.
Setelahnya Jagat kemudian berbalik mengambil baju dan melangkah menuju kamar mandi. Tak berselang lama, ia keluar dengan penampilan yang lebih rapi dan sopan ditatap oleh mata Sekar yang kadang suka jelalatan itu.
Berdehem pelan, Sekar akhirnya membuka mulutnya untuk berbicara. “Pak...”
“Begini... Saya minta maaf atas kelalaian saya yang tanpa sengaja masuk ke kamar, Bapak. Ini semua terjadi karena saya sedang terburu-buru. Sekali lagi saya minta maaf, Pak.”
“Ya sudah tidak apa-apa. Ini juga karena saya yang lalai nggak kunci pintunya.” Balas Jagat yang sadar bahwa kejadian ini juga karena ada andilnya.
Sekar mengangguk, “Kalau begitu saya permisi, Pak. Terima kasih atas pengertiannya.”
Kemudian wanita itu berbalik, napas lega ia hembuskan. Sekar beruntung karena pria itu tak memperpanjang masalah dirinya yang telah masuk kamar.
Di belakangnya Jagat masih terus memperhatikan punggung Sekar yang semakin menjauh, sebenarnya ia penasaran dengan alasan di balik terburu-burunya wanita itu sampai salah kamar. Hingga tanpa sadar mulutnya terbuka untuk menahan wanita itu.
“Sebentar.”
Sekar terdiam cukup lama. Perasaan terkejut itu belum hilang, tapi sekarang sudah ada banyak pertanyaan yang memenuhi kepalanya.Apa tadi ia tidak salah dengar, menjadi tunangan pura-pura pria itu?Tapi tunggu, bagaimana mungkin Jagat yang seorang pimpinan itu tahu tentang gosip staff biasa sepertinya? Lalu apa yang harus ia katakan sebagai jawaban?Semua itu ingin ia tanyakan, tapi lidahnya kelu, suaranya seperti tertahan di tenggorokan. Sampai akhirnya mobil Jagat berhenti di depan gedung apartemennya, Sekar masih terdiam."Kita sudah sampai."Suara Jagat membuat Sekar akhirnya menoleh ke arah pria itu dan ke arah luar mobil."T-terima kasih, Pak sudah mengantar saya." Balas wanita itu dengan terbata.Saat Sekar baru akan mendorong pintu mobil, suara Jagat kembali terdengar. "Saya tidak akan memaksa kamu untuk menerima solusi dari saya saat ini. Tapi saya juga tidak bisa menunggu terlalu lama. Saya harap kamu bisa memberikan jawaban secepatnya."Sekar hanya mendengarkan tanpa bernia
Sore harinya saat jam pulang kerja tiba, Sekar tidak langsung keluar dari ruangannya. Padahal ia termasuk karyawan yang akan pulang saat jam pulang tiba kecuali jika ia harus lembur. Sama seperti saat berangkat pagi tadi, wanita itu lebih memilih untuk menuju area parkir saat tempat itu sudah sepi.Namun lagi-lagi pilihannya justru mempertemukannya dengan Jagat, karena lift yang ia naiki lagi-lagi ada pria itu di dalamnya.“Kebetulan macam apa ini?” Batinnya terus berbicara setiap kali bertemu dengan si pimpinan baru. Ia sungguh tidak mengerti dari banyaknya kebetulan di dunia ini, kenapa akhir-akhir ini harus selalu mengaitkannya dengan Jagat? Dari mulai malam di hotel, pergantian pimpinan perusahaan, bahkan sampai perkara menaiki lift saja berkaitan dengan pria itu.“Kamu ada lembur?” Tanya Jagat. Pria itu heran dengan Sekar yang baru akan pulang saat perusahaan sudah sangat sepi. “Tidak, Pak. Saya hanya menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya selesai sebelum jam pulang.” Sekar b
Sekar membeku.Pria yang ia tumpangi— pria asing itu…. bosnya?“Saya Jagat Benjamin. Mari bekerja sama dengan baik, ya.” Ujarnya pada semua orang yang menyapanya. Sekar hanya bisa terdiam, menghubungkan memorinya yang hilang. Mata pria itu kini menatapnya dalam, tatapan yang tak mampu Sekar balas.Sekarang ia bukan hanya takut digosipkan oleh karyawan di perusahaan ini, tapi juga takut tiba-tiba dipanggil oleh pimpinan perusahaan ini untuk dipecat karena peristiwa salah masuk kamar malam itu.Sampai siang hari, pemikiran itu tak kunjung hilang dari kepala Sekar. Justru wanita itu semakin was-was, lalu tiba-tiba—“Kamu saya pecat!”Sekar merinding sekujur badan. “Ya ampun, lo mikir apa sih, Sekar?” Ucapnya yang setengah frustasi.Di tengah semua itu, satu pesan dari temannya muncul di ponselnya. Teman yang berbeda divisi dengannya itu mengajak makan siang di kantin perusahaan, tapi Sekar yang sudah kenyang dengan pikirannya sepanjang hari ini terpaksa menolak ajakan itu. Padahal selam
Langkah Sekar terhenti, napas yang tadinya sudah berhembus lega kini kembali tercekat. Otot-otot dalam tubuhnya kembali menegang, pikirannya sudah berkelana jauh merangkaikemungkinan-kemungkinan buruk jika pria dibelakangnya ini berubah pikiran.Namun ternyata Jagat justru mengatakan hal yang tak terduga, “Saya nggak setua itu, lain kali jangan panggil saya dengan sebutan ‘Bapak’.”“Hah, gimana?” Balas Sekar sambil membalikkan badannya ke arah Jagat.Hal begitu saja Sekar tak paham, tapi ya mana bisa paham? Wanita itu bahkan masih kebingungan dengan semua yang sedang terjadi. Tiba-tiba jadi bahan guncingan orang, dan tiba-tiba salah kamar.Dirinya butuh waktu mencerna kejutan-kejutan itu.Baru saja kakinya bergerak beberapa langkah dari kamar itu, tiba-tiba Sekar melihat ada dua orang wanita yang baru saja berbelok ke lorong yang sama dengannya. Pembicaraan mereka terdengar jelas di tengah sunyinya lorong hotel.“...Kayaknya di hotel ini deh, foto cewek check in yang baru viral itu.
Pertanyaan itu langsung membuat Sekar menoleh.Tatapan wanita itu yang terkejut, bingung, dan mungkin terpesona. Tunggu, terpesona? Seketika Jagat tersadar hanya menggunakan selembar handuk yang menutupi pinggangnya ke bawah sedangkan tubuh bagian atasnya terekspos sempurna.Sementara itu, Sekar yang tadi sempat terpaku, kini mulai menyadarkan diri dan bertanya balik pada pria yang berdiri tak jauh darinya. “Kamu yang siapa? Kenapa ada di kamar ini?”Jagat mengernyitkan dahi bingung, ia yakin tak salah masuk kamar. “Ini kamar saya, kamar nomor 779.”Kemudian pria itu melangkah mengambil kunci kamarnya, “Saya jelas membuka pintu kamar dengan kunci ini, jadi kemungkinan kamu yang salah masuk kamar.” Lanjutnya dengan nada yang cukup tenang.Sekar kemudian terdiam, ia mulai mengingat bagaimana ia bisa masuk ke kamar ini.Satu hal yang ia sadari saat tadi begitu terburu-buru karena diikuti orang, Sekar tak lagi mengecek pesan David yang berisi nomor kamar yang telah dipesan dan parahnya ia
“Datang ke Hotel ini. Kalau kamu mau udahan dan kita selesaikan baik-baik. Aku akan menjelaskan semuanya dan mengembalikan uang kamu yang buat persiapan pernikahan kita.”Satu pesan dari David membuat Sekar menghembuskan napas kasar. Sudah satu minggu sejak ia tahu pria itu selingkuh darinya. Ingatannya berputar kala minggu lalu ia yang sedang merayakan ulang tahun David di apartemen milik pria itu justru mendapat kejutan tak terduga.Saat ia iseng membuka ponsel milik David, Sekar justru mendapati foto-foto mesra dan bahkan tak senonoh pria itu bersama seorang wanita yang tak ia kenal.Saat ditanya tentang alasan menyelingkuhi dirinya, David justru memilih diam dan tak mau menjelaskan apa pun. Bahkan tak ada kata maaf yang keluar dari mulut pria ituKata putus Sekar ucapkan saat itu juga, tapi David menolak dengan alasan mereka akan menikah dalam beberapa bulan ke depan.Masalahnya Sekar yang sudah terlanjur sakit hati tak lagi ingin melanjutkan hubungan. Wanita itu bahkan mengatakan







