Share

Bab 9

Penulis: Sweety
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-17 12:40:22

Reon tidak berhenti mencerup bibir Ellena. Rahangnya yang keras sampai bergantian miring ke kiri dan kanan untuk menikmati sensasi ciuman penuh gairah tersebut.

Apalagi mantan kekasihnya juga membalas ciuman Reon dengan ritme yang sama. Napas mereka sampai saling berkejaran dan jantung keduanya berdetak tak karuan.

Oh, sungguh bibir Ellena yang dirindukan itu menyalakan bara gelora di dada Reon. Dia benci Ellena karena membuangnya. Tapi, gadis ini selalu membuatnya tidak waras.

Beberapa kali Ellena menarik bibirnya untuk mengakhiri ciuman mereka. Pikirnya jika terus-menerus seperti ini, Ellena akan goyah dinding pertahanannya. Tapi dia bisa apa selain mengikuti Reon?

Apalagi, Reon semakin rakus saja melahap segala bagian bibirnya. Menjalinkan lidah mereka sambil mendesah pendek.

Tidak cukup tangannya bergerak di sekitar pinggang dan punggung Ellena, Reon akhirnya menarik salah satu paha gadis itu naik dan menahannya. Pagutan bibir mereka semakin dalam saja, sampai hanya suara kecapan yang mendominasi koridor panjang dan sunyi itu.

"Pak Reon… emmh… sampai kapan… engh… kita harus… seperti ini," napas Ellena terputus-putus di sela ciuman.

"Sampai orang-orang suruhan Graciella berhenti memantau, mmphh…" Tangan Reon yang bebas mulai menanggalkan mantel bulu yang dikenakan Ellena, mengekspos kulit bahu mulus yang sejak tadi mengoyak pertahanan Reon.

"Mereka memang ada di mana, Pak Reon, ah—" kata-kata Ellena tak sampai, desahan tertahan lolos dari bibirnya begitu merasakan pijatan lembut di salah satu aset kembar di dadanya.

"Di setiap sudut, Elle." Ujar Reon yang lebih fokus mengerjai bibir Ellena.

Ellena hanya pasrah dengan guncangan yang diberikan Reon pada dadanya. Tubuh gadis itu menegang sesaat, refleks mau mendorong Reon, tapi niatnya diurungkan. Sentuhan itu terlalu memabukkan. Ellena bisa merasakan getaran lama dalam dirinya bangkit perlahan-lahan.

Mata gadis itu terpejam setengah dengan pagutan bibir mereka yang tidak terputus. Clutch di tangan Ellena dibiarkan jatuh ke lantai, bergabung dengan mantel bulunya.

"Kenapa, Elle?" tanya Reon, matanya sedikit terbuka, menatap kelopak mata sekretarisnya. “Kamu sadar tidak sanggup move on kalau kita berciuman seperti ini, hmm?”

Ellena tidak menjawab. Dia bahkan mulai bingung dengan perasaannya sendiri. Dalam diri Ellena terjadi peperangan diam-diam. Dia harusnya sudah melupakan Reon setelah membuangnya, tapi setiap sentuhan Reon selalu membangkitkan ingatan Ellena pada keintiman mereka saat pacaran.

Kali ini ciuman Reon pindah ke leher jenjang lalu garis selangka Ellena. Meniti setiap inci dengan bibir lalu menghisap sepanjang sana kuat-kuat.

"Engh…" Ellena mendongak dan menggigit bibir bawahnya agar menahan desahan.

Tubuhnya kejang saat gigi Reon menyentuh kulitnya. Sensasi itu mengalir cepat seperti listrik halus di sepanjang tulangnya. Tangan Ellena mencengkram lengan Reon.

Aksi Reon terhenti. Mungkin orang-orang Graciella yang kata Reon mengawasi mereka sudah pergi. Dengan dada naik turun, Ellena menoleh pelan.

Tapi, belum sempat dia menyapu sekeliling, Reon menarik tubuh Ellena lebih rapat dengannya. Ellena tersentak kecil. Reon merunduk dalam-dalam, sehingga wajah mereka hanya sepersekian inci. Napas hangat keduanya bercampur.

"Pak Reon…" gumam Ellena.

"Hm?" Bola mata hitam Reon tertuju pada netra kecokelatan Ellena. Tatapan mereka tekunci dalam jarak minim itu.

"Mereka sudah pergi?" bisik Ellena.

"Belum," Reon menjawab dengan suara beratnya yang parau. Matanya kini turun ke belahan dada Ellena yang mencuat dari balik gaunnya yang mulai kusut karena ulah Reon.

Ingin sekali dia melahap aset kembar mantan kekasihnya itu seperti dulu. Tapi, Reon sedikit ragu. Bagaimana jika ada yang melihat benda berharga Ellena ketika dia menjalankan aksinya?

Beruntung saat ini orang-orang di kediaman menteri IPM ini pasti fokus di pusat gala. Orang-orang Graciella? Mengawasi?

Itu hanya omong kosong Reon.

Siapa bilang Reon mau mendekati Graciella, itu hanya alasan saja untuk balas dendam pada Ellena yang mencampakkannya. Graciella dan Reon sudah bersahabat sejak kecil. Graciella menetap di Paris sejak lulus SMP. Reon belum sempat mengenalkan Graciella pada Ellena sebelum hubungan mereka kandas. Makanya, Reon sengaja meminta Graciella untuk pulang ke tanah air sementara waktu agar mendukung rencana Reon. Graciella tertarik dengan tunangan orang lain? itu hanya akal-akalan Reon.

Aslinya Graciella menyukai pria matang yang umurnya jauh beda dengan perempuan fashionable itu. Graciella punya kekasih rahasia yang tidak diketahui publik bahkan orang tuanya sendiri.

"Kau gila Reon."

"Awas saja kalau sampai pacar aku percaya sama karanganmu menyebut aku penyuka tunangan orang, aku yang akan menggantungmu di tengah laut dan menjadikanmu umpan ikan hiu."

Begitu kata-kata Graciella di telepon setelah Reon menjabarkan rencananya.

Hening di antara mereka pecah. Ponsel di dalam clutch Ellena berbunyi.

Ellena baru mau merendahkan badannya, tapi Reon lebih dulu membungkuk meraih mantel dan clutch Ellena.

Gadis itu terpaku beberapa saat. Reon itu kadang membuat hatinya perih dengan omongan nyelekit, tapi di sisi lain perhatian kecilnya membuat Ellena terpesona.

Lihat saja, tangan Reon saat ini menyusup ke belakang punggung Ellena lalu menggantungkan mantel di kedua sisi bahu gadis itu.

"Kenapa teleponnya gak diangkat?" tanya Reon.

"O–oh?" Ellena mengerjapkan mata pelan lalu cepat-cepat mengeluarkan ponselnya dari dalam clutch. "Iya, Pak, saya angkat dulu."

"Hm." Reon menyahut singkat sambil menjaga jarak mereka tetap dekat dan intim.

Pandangan Ellena naik sebentar, meniti garis wajah Reon lalu akhirnya menempelkan benda pipih ke telinganya.

"Halo, Bu Tari."

"Nak Ellena, operasi nenek kamu berjalan lancar."

Ellena menghela napas lega. Bibirnya terangkat tipis penuh baru. Reon memperhatikannya.

"Terima kasih, Bu, saya akan langsung ke rumah sakit setelah urusan saya selesai."

"Iya, Nak Ellena, kamu juga nggak usah buru-buru, fokus dulu sama kerjaan kamu, ada ibu kok yang jagain nenek kamu."

"Iya, Bu Tari, sekali lagi terima kasih."

Begitu telepon berakhir, Ellena mendongak, menatap Reon lekat-lekat. Tidak bisa dipungkiri kalau pinjaman dari Reonlah yang menyelamatkan nenek Ellena.

"Operasi nenek saya berhasil, terima kasih Pak Reon, saya akan berusaha lebih keras lagi untuk bekerja dengan baik dan menjalankan semua perintah Anda sambil pelan-pelan mengembalikan uang Anda." Ujar Ellena, tersenyum lebar.

Reon terpaku di tempat. Garis bibir Ellena ketika tersenyum tulus begitu menggetarkan hati lelaki itu.

Tanpa mengatakan apa-apa, Reon meraih wajah Ellena, menangkup kedua rahang gadis itu lalu meraup bibirnya.

Mata Ellena sempat membola tapi tidak sampai terbelalak. Ciuman Reon kali ini begitu lamban dan lembut, seperti menyalurkan sesuatu yang membuat Ellena memejamkan mata dan ikut melumat bibir Reon dengan ritme yang sama.

"Mhmm… Pak Reon… apa mereka datang lagi?" tanya Ellena di sela ciuman mereka.

Reon mengerling kecil. "Kenapa? Kamu takut ciuman lagi ya?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pak Reon Berhenti! Aku Bukan Kekasihmu Lagi   Bab 27

    Ellena berdiri di depan mesin minuman built-in dalam pantry. Gadis itu menuang bubuk cokelat ke dalam cangkir porselen putih. Air panas mengalir perlahan, uap tipis naik bersama aroma manis yang memenangkan. Tangan Ellena mengaduk pelan dengan sendok kecil yang beradu halus dengan dinding cangkir. Saat dia hendak menambahkan marshmallow kecil, telinganya menangkap sebuah langkah sepatu yang mendekat. Ternyata Vino, asisten pribadi Reon. Lelaki itu berhenti di ambang pantry. Seperti biasa penampilannya rapi dengan jas biru yang terpasang sempurna di tubuh tegaknya. "Kak Ellena," kata Vino dengan suara rendah, "saya mau menyampaikan pesan pak bos soal Graciella." Dia meraih cangkir porselen putih. Ellena menoleh, lalu mengangguk. "Iya, Vino, tadi malam Pak Reon juga sampaikan ke saya." Tangannya tetap memegang cangkir yang hangatnya merambat ke telapak tangan. "Pak bos akan mengatakan pada Nona Graciella kalau pak bos putus dengan Kak Ellena mulai minggu depan, alasannya k

  • Pak Reon Berhenti! Aku Bukan Kekasihmu Lagi   Bab 26

    Terlihat tiga wanita mendekat dengan langkah tenang, gaun mereka berkilau lembut di bawah cahaya ruangan. Salah satu bernama Indry segera menyahut. "Gracy, dia siapa?""Ouhhh," Graciella menoleh tipis sambil menjaga senyum manisnya, "teman baru aku, namanya Ellena.""Nama yang cantik, perkenalkan aku Indryana, putri bungsu keluarga Manantara, panggil Indry aja," ucap Indry mengulurkan tangan. "Saya Ellena, senang berkenalan dengan Anda, Nona Indry," timpal Ellena sambil menerima ukuran tangan itu dengan lembut. "Gak perlu terlalu kaku, Ellena, teman Gracy juga teman kami juga," ujar Indry, tersenyum. Dua perempuan lainnya bernama Kesya dan Liora memperkenalkan diri juga sambil menyebut latar belakang keluarga mereka. Liora kemudian memiringkan kepala, senyumnya tipis dengan penuh rasa ingin tahu. "Aah, aku ingat sekarang, kamu perempuan yang Reon cium di gala yang diadakan papa Graciella, kan?"Tangan Graciella terangkat merangkul Ellena lembut. "Ellena ini memang tunangannya Reo

  • Pak Reon Berhenti! Aku Bukan Kekasihmu Lagi   Bab 25

    Setelah mengabari Reon kalau Graciella mengajaknya bertemu, Ellena langsung menerima telepon dari bosnya itu. "Kamu sudah paham pola pendekatan Graciella, jadi saya serahkan urusan malam ini sepenuhnya ke kamu, Elle," ujar Reon di seberang sana. Suaranya sedikit tersengal-sengal, tapi tetap penuh tekanan dan dominasi. "Baik, Pak Reon, saya mengerti," sahut Ellena dengan nada sopan. "Kamu sekarang di mana?" tanya Reon. Ellena memandangi pantulan dirinya di cermin dengan bingkai retak dalam kamar. "Di kontrakan saya, Pak." "Oke, orang saya akan antar jemput kamu." "Umm… gak perlu, Pak." "Itu bukan permintaan, Elle, tapi perintah." "B-baik, Pak." Telepon itu ditutup sepihak oleh Reon. Ellena menurunkan ponsel dari telinganya. Dia lalu menatap layar. Sedikit lama. Nama kontak lama Reon masih belum diubah. Masih Reonnya Elle. Ellena dilema. Haruskah dia mengganti nama kontak Reon? Meski dia yang mencampakkan Reon enam tahun lalu, bukan berarti Ellena tidak mencintai lel

  • Pak Reon Berhenti! Aku Bukan Kekasihmu Lagi   Bab 24

    "Kamu keluar sekarang, saya sudah suruh Laura cari kamu," ujar Reon datar. "Baik, Pak." Ellena mengerti maksud Reon. Gadis itu harus keluar dari suite CEO sebelum Laura kembali. Begitu tiba di mejanya, Ellena langsung duduk, kemudian meraih lip balm dalam tasnya. Dengan gerakan singkat, dia memoles bibirnya agar kembali berkilau. Dia tidak boleh sampai ketahuan oleh Laura. Ellena mengatur napas dan punggungnya ditegakkan. Jemari lentik gadis itu menari di atas keyboard, melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi. Dia kembali tenggelam dalam rutinitasnya. Tak lama, ketukan heels mendekat cepat. Siapa lagi kalau bukan Laura. Perempuan itu berhenti di samping meja Ellena dengan tatapan yang terlalu teliti untuk sekadar menyapa. "Ellena?" sahut Laura. Ellena mendongak sedikit. "Kak Laura belum pulang, yah.""Belum, memangnya kenapa?" Laura melipat tangan di perut. Tatapannya terlihat menilai, memindai Ellena atas bawah. "Gak apa-apa, Kak," jawab Ellena pelan. "Kamu dari ma

  • Pak Reon Berhenti! Aku Bukan Kekasihmu Lagi   Bab 23

    Tubuh Ellena seakan tak berdaya lagi, kedua tangannya menumpu lemas di bahu lebar Reon. Jemari lelaki itu semakin cepat menggosok di inti tubuh Ellena. Reon juga sangat bersemangat karena desahan Ellena yang membuat api nafsunya membara. Tidak cuma memainkan jari di milik Ellena, bibir Reon juga mengerjai bibir, leher dan payudara gadis itu secara bergantian. "Mhmm… Elle…""Sebut nama aku lagi, sayang," kata Reon di sela gerakan tertahannya. "Engh… Reon…" wajah Ellena memerah. Tubuhnya berguncang-guncang karena tekanan yang diberikan Reon di inti tubuhnya.Jauh di lantai lobi, Laura berbalik arah setelah menjauh dari kafe lounge, perempuan berambut gelombang itu berjalan kembali menuju lift. "Astaga, tablet aku ketinggalan lagi," gerutunya kesal, senada dengan ketukan heelsnya yang keras. Begitu tiba di ruangannya yang ada di salah satu lantai teratas, Laura bergegas meraih tabletnya. Tapi, langkah Laura terhenti ketika manik mata perempuan itu tertuju pada meja Ellena. PC sekre

  • Pak Reon Berhenti! Aku Bukan Kekasihmu Lagi   Bab 22

    Satu per satu bulir-bulir kancing Ellena terlepas. Tidak butuh waktu lama, tangan Reon menyingkap blus gadis itu. Sambil terus menautkan bibir, Reon memijat salah satu aset kembar yang masih dilapisi kain penyangga lembut. Sementara itu, Ellena mengalungkan lengan di tengkuk bosnya, jemarinya sesekali meremas rambut Reon. "Emmphh…" "Mmhmm…" Pagutan mereka mengalir penuh gairah dan semakin dalam. Reon mengisap bibir Ellena kuat hingga menyerap segala rona merahnya. Ellena pun sama, lumatannya yang rakus membuat bibir mereka sama-sama bengkak. Suara AC mulai melebur karena kecupan dan desahan mereka yang mendominasi udara di sekitar mereka. "Cpp… mmhmm… Elle…" Satu tangan Reon menahan pinggang Ellena sambil mengelusnya pelan, Ellena menggeliat tipis karena sentuhan itu. Sejenak Ellena dan Reon memisahkan tautan bibir, berjarak sejengkal dan dahi mereka bersentuhan. Mata sayu keduanya bertemu dengan napas hangat yang bercampur terputus-putus. Reon bisa menyaksikan wajah Ell

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status