Home / Fantasi / Pandu Kesatria Genda Yaksa / Sikap Kasar Andaresta

Share

Sikap Kasar Andaresta

last update Huling Na-update: 2022-01-13 18:23:17

Pandu mengangguk dan menjawab lirih, “Baik, Paman.” Pandu dengan serta-merta menuruti permintaan Damara, ia langsung surut beberapa langkah ke belakang.

Setelah itu, tanpa basa-basi lagi, Damara langsung melancarkan dua pukulan keras secara mendadak mengenai kepala dan leher pemuda sombong itu.

Dengan demikian, Andaresta pun terjatuh. Namun dengan sangat cepat ia bangkit kembali.

Andaresta hanya tertawa dingin sambil menatap wajah Damara yang berdiri tegak di hadapannya, “Hahaha!"

Tanpa terduga, kaki kanannya dengan begitu cepat menyapu lawannya dengan tendangan berkekuatan tinggi, sehingga Damara pun terjatuh karena kehilangan keseimbangan.

"Pemuda ini benar-benar memiliki kemampuan yang sangat luar biasa. Pantas saja sang panglima bisa dia kalahkan," kata Damara dalam hati.

Tak berhenti sampai di situ saja, Andaresta kembali menyerbu ke arah Damara yang sudah terpuruk di hadapannya.

Namun dengan gerakan cepat Pandu menghalau serangan tersebut, ia mementahkan serangan Andaresta dengan sebuah pukulan tenaga dalam yang sangat dahsyat, tepat mengenai dada pemuda sombong itu. Hingga tubuh Andaresta terpental jauh beberapa tombak ke belakang, tampak darah segar mengalir dari mulut dan hidungnya.

Walau demikian, Andaresta tidak merasa jera. Berkatalah pemuda sombong itu, “Kau pikir, bisa apa dirimu? Sungguh tak berguna beberapa saat yang lalu kau telah meminum racun yang kutuangkan dalam gelas minumanmu itu. Sehebat apa pun ilmu yang kau miliki, tentu dalam waktu satu atau dua jam ke depan kau akan mati!”

Mendengar perkataan dari lawannya, Pandu tampak kaget. Karena memang benar jauh sebelum ia bertemu dengan Andaresta di hutan itu, terlebih dahulu ia makan dan minum di sebuah rumah makan yang ada di desa tersebut. Mungkin dari warung itulah, Andaresta sudah mencampurkan racun ke dalam makanan dan minuman Pandu. Karena sebelum makan Pandu sempat keluar dulu untuk menemui Ki Kuwu yang kebetulan lewat di depan warung makan tersebut.

Dengan demikian, apa yang dikatakan oleh Andaresta memang masuk akal. Dalam benaknya, Pandu pun berpikir, “Bisa jadi dia sudah mencampurkan racun ke dalam makanan dan minumanku, ketika aku berada di warung beberapa waktu lalu.”

Pandu berusaha untuk tidak menghiraukan perkataan dari Andaresta.

Dengan demikian, Pandu sudah tidak resah lagi. Ia kembali melanjutkan pertarungannya dengan Andaresta. Tangan kanannya melesat cepat hinggap di wajah Andaresta, pukulan tersebut membuat Andaresta terjatuh dan memuntahkan darah.

Setelah menyerang Andaresta dengan beberapa pukulan keras mengenai wajahnya. Tiba-tiba saja, Pandu terjatuh sambil memekik menahan hawa panas di sekujur tubuhnya yang tiba-tiba saja muncul seiring dengan rasa getir melekat di tenggorokannya.

Hal tersebut tentu dimanfaatkan oleh Andaresta, ia bangkit kemudian berkata, "Tunggu saja waktunya! Kau akan mati secara perlahan-lahan oleh pengaruh racun itu!" pungkas Andaresta langsung melesat ke udara meninggalkan tempat tersebut.

Karena saat itu, ia pun sudah mengalami luka yang sangat parah akibat hantaman tenaga dalam yang dilancarkan oleh Pandu. Langkah tersebut ia tempuh demi menyelamatkan dirinya, karena ia sudah tidak mungkin memaksakan diri untuk melanjutkan pertarungan tersebut.

"Tolong aku Paman!" teriak Pandu kesakitan. Dari mulut dan telinganya tampak mengalir darah segar begitu derasnya.

Damara pun segera melangkah terpincang-pincang menghampiri Pandu yang sedang kesakitan. Saat itu, ia langsung membantu membangunkan Pandu.

"Racun dalam tubuhmu sudah mulai bereaksi kalau tidak segera dikeluarkan akan berakibat fatal," ujar Damara. "Duduklah! Paman akan segera membantu mengeluarkan racun di dalam aliran darahmu!" sambung Damara, kedua tangannya memegangi tubuh Pandu.

Belum sempat menjawab perkataan dari Damara. Tiba-tiba saja tubuh Pandu roboh tergeletak di hadapan pria paruh baya itu. Pemuda itu sudah tak sadarkan diri, karena pengaruh racun yang sudah menjalar di sekujur tubuhnya.

*****

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Akhir Perjalanan Hidup Andaresta

    Demikianlah, maka para prajurit itu langsung mundur dan menjauh dari posisi Senapati Pandu. Namun, meskipun demikian, beberapa orang di antara mereka tetap mengawal Senapati Pandu dari jarak sekitar lima tombak. Sementara para prajurit lainnya masih tetap melakukan serangan terhadap orang-orang dari kelompok pemberontak.Senapati Pandu langsung melompat ke arah Rangga Wihesa yang sedang bertarung sengit melawan Andaresta dan Ki Kusumo.Sebagian dari pasukan pemberontak saat itu sudah berhamburan ke ujung hutan untuk menyelamatkan diri dari serbuan para prajurit kerajaan Genda Yaksa.Pertempuran hari itu, benar-benar berjalan dengan begitu sengit. Pasukan Genda Yaksa tidak mau memberikan luang sedikit pun untuk para pemberontak beristirahat. Mereka terus digempur habis-habisan.Dalam pertarungan tersebut, Rangga Wihesa benar-benar merasakan tubuhnya bagaikan menjadi semakin terhimpit oleh kekuatan Andaresta dan Ki Kusumo. Itulah sebabnya, maka ia tidak mempunyai pilihan lain daripada m

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Ada Andaresta di Dalam Pasukan Itu

    Dengan demikian, pasukan yang dipimpin oleh Rangga Wihesa langsung berjalan bersama-sama dengan pasukan yang dipimpin oleh Senapati Pandu.Ketika para prajurit itu sudah tiba di tengah lembah. Tiba-tiba saja, terdengar suara seruan dari semak-semak yang ada di hutan tersebut, kemudian keluar sekelompok orang dengan mengenakan pakaian serba hitam.Secara serentak, mereka langsung melakukan serangan terhadap para prajurit kerajaan."Lawan mereka! Jangan biarkan mereka lolos!" seru Senapati Pandu menghunus pedangnya dan langsung membantu para prajuritnya melakukan perlawanan terhadap orang-orang tersebut Dengan demikian, para prajurit kerajaan Genda Yaksa langsung menggempur kelompok tersebut.Hanya beberapa menit saja, pertempuran itu telah berubah bentuk menjadi sebuah pertempuran yang begitu sengit."Apa yang Senapati katakan memang benar, para pelaku teror itu ternyata ada hubungannya dengan kelompok Andaresta," desis Rangga Wihesa yang baru saja berhasil menjatuhkan beberapa orang

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Pasukan Genda Yaksa Menyisir Sebuah Lembah

    Melihat pemandangan seperti itu, Rangga Wihesa dan para perwira senior saling berpandangan. Mereka tampak senang sekali, karena Mustika Sari sudah mulai membuka diri tentang perasaannya terhadap Senapati Pandu. Meskipun belum sepenuhnya terbuka.Namun hal itu, sudah dapat diartikan oleh Rangga Wihesa dan para perwira senior, bahwa sesungguhnya rasa suka dan rasa cinta dalam diri kesatria wanita itu sudah tumbuh semakin subur saja."Ya, sudah. Kalau memang demikian, kau dan pasukanmu tetap berada di lapis kedua, sementara aku dan Mustika Sari memimpin pasukan di barisan terdepan!""Nah, ini baru formasi yang bagus," sahut Rangga Wihesa sedikit bergurau kepada Senapati Pandu.Setelah selesai berbicara panjang lebar dengan sang senapati, Rangga Wihesa dan para perwira senior langsung pamit dan undur dari hadapan Senapati Pandu dan juga Mustika Sari."Kenapa kau masih ada di sini? Apakah kau tidak kembali ke tendamu?" tanya Senapati Pandu memandangi wajah Mustika Sari."Izinkan malam ini

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Mustika Sari Semakin Jatuh Cinta Kepada Senapati Pandu

    Dengan demikian, Senapati Pandu memutuskan untuk menghentikan penyisiran tersebut. Ia meminta agar para prajuritnya beristirahat sejenak dengan mendirikan tenda-tenda perkemahan di tengah hutan itu. Karena penelusuran tersebut tidak mungkin dapat dilanjutkan lagi, mengingat waktu yang sudah semakin sore, dan sebentar lagi hutan tersebut akan gelap gulita."Sebentar lagi hari akan mulai gelap, sebaiknya kalian dirikan tenda di sini. Untuk sementara kita hentikan dulu penyisiran hari ini, esok pagi baru kita akan kembali melanjutkannya!" perintah sang senapati kepada para prajuritnya."Baik, Gusti Senapati," jawab mereka serentak.Kemudian, para prajurit itu langsung mendirikan puluhan tenda di sebuah padang rumput yang ada di tengah-tengah hutan belantara itu. Mustika Sari pun langsung mengatur anak buahnya untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi para prajurit yang ikut dalam rombongan tersebut.Para prajurit wanita dengan dibantu puluhan orang prajurit pria langsung menyiapkan dapur

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Menelusuri Hutan Belantara Mencari Kelompok Pemberontak

    Setibanya di barak, Senapati Pandu dan Ki Bastari tercengang ketika mendengar keterangan dari Panglima Durga dan Rangga Wihesa yang menyatakan bahwa salah seorang prajurit yang ikut dengan mereka hampir saja binasa karena pengaruh sihir dari para penjahat itu."Sudah jelas sekali, mereka tidak dapat dipandang rendah. Terbukti bahwa mereka memiliki kesaktian yang sangat luar biasa," desis Senapati Pandu sambil menerawang jauh ke depan. Sorot matanya yang tajam menembus kegelapan malam di sekitaran barak tersebut."Selain itu jumlah mereka tidak sedikit, mereka sangat banyak dan berjumlah ratusan," ujar Panglima Durga."Besok siapkan 300 prajurit panah api, kita akan menyisir lokasi hutan yang ada di selatan sana!" tegas Senapati Pandu memberikan perintah."Apakah hamba ikut juga, Gusti Senapati?" tanya Ki Bastari dengan sikap hormatnya."Ki Bastari dan Panglima Durga tetap di sini! Ki Bastari mulai saat ini menjadi panglima prajurit mendampingi Panglima Durga, biarkan Rangga Wishesa da

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Pertarungan dengan Para Pelaku Teror

    Namun, setelah sekian lamanya mereka melakukan pencarian. Tak ada seorang pun yang mereka temui di hutan itu."Sudah menjelang pagi, sebaiknya kita kembali ke barak!" ajak Mustika Sari kepada para prajurit yang ikut dengannya."Baik, Nyai," jawab para prajurit itu secara bersamaan.Dengan demikian, maka Mustika Sari dan para prajurit tersebut langsung melangkah untuk keluar dari hutan tersebut, mereka hendak kembali ke barak.Sementara itu, rombongan Panglima Durga dan Rangga Wihesa masih tetap melanjutkan pencarian, bahkan mereka sudah berada di kedalaman hutan belantara itu hampir mendekati wilayah kerajaan Purba Yaksa."Kalian sudah pasti kelelahan, sebaiknya kita istirahat saja dulu!" kata Rangga Wihesa memberikan saran kepada lima orang prajurit yang ikut serta dalam pencarian tersebut.Salah seorang prajurit menyahut, "Baik, Raden."Demikianlah, maka mereka pun langsung beristirahat sejenak. Karena perjalanan dari barak menuju ke ujung hutan itu, bukanlah jarak yang dekat. Selai

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status