Share

Sikap Kasar Andaresta

Pandu mengangguk dan menjawab lirih, “Baik, Paman.” Pandu dengan serta-merta menuruti permintaan Damara, ia langsung surut beberapa langkah ke belakang.

Setelah itu, tanpa basa-basi lagi, Damara langsung melancarkan dua pukulan keras secara mendadak mengenai kepala dan leher pemuda sombong itu.

Dengan demikian, Andaresta pun terjatuh. Namun dengan sangat cepat ia bangkit kembali.

Andaresta hanya tertawa dingin sambil menatap wajah Damara yang berdiri tegak di hadapannya, “Hahaha!"

Tanpa terduga, kaki kanannya dengan begitu cepat menyapu lawannya dengan tendangan berkekuatan tinggi, sehingga Damara pun terjatuh karena kehilangan keseimbangan.

"Pemuda ini benar-benar memiliki kemampuan yang sangat luar biasa. Pantas saja sang panglima bisa dia kalahkan," kata Damara dalam hati.

Tak berhenti sampai di situ saja, Andaresta kembali menyerbu ke arah Damara yang sudah terpuruk di hadapannya.

Namun dengan gerakan cepat Pandu menghalau serangan tersebut, ia mementahkan serangan Andaresta dengan sebuah pukulan tenaga dalam yang sangat dahsyat, tepat mengenai dada pemuda sombong itu. Hingga tubuh Andaresta terpental jauh beberapa tombak ke belakang, tampak darah segar mengalir dari mulut dan hidungnya.

Walau demikian, Andaresta tidak merasa jera. Berkatalah pemuda sombong itu, “Kau pikir, bisa apa dirimu? Sungguh tak berguna beberapa saat yang lalu kau telah meminum racun yang kutuangkan dalam gelas minumanmu itu. Sehebat apa pun ilmu yang kau miliki, tentu dalam waktu satu atau dua jam ke depan kau akan mati!”

Mendengar perkataan dari lawannya, Pandu tampak kaget. Karena memang benar jauh sebelum ia bertemu dengan Andaresta di hutan itu, terlebih dahulu ia makan dan minum di sebuah rumah makan yang ada di desa tersebut. Mungkin dari warung itulah, Andaresta sudah mencampurkan racun ke dalam makanan dan minuman Pandu. Karena sebelum makan Pandu sempat keluar dulu untuk menemui Ki Kuwu yang kebetulan lewat di depan warung makan tersebut.

Dengan demikian, apa yang dikatakan oleh Andaresta memang masuk akal. Dalam benaknya, Pandu pun berpikir, “Bisa jadi dia sudah mencampurkan racun ke dalam makanan dan minumanku, ketika aku berada di warung beberapa waktu lalu.”

Pandu berusaha untuk tidak menghiraukan perkataan dari Andaresta.

Dengan demikian, Pandu sudah tidak resah lagi. Ia kembali melanjutkan pertarungannya dengan Andaresta. Tangan kanannya melesat cepat hinggap di wajah Andaresta, pukulan tersebut membuat Andaresta terjatuh dan memuntahkan darah.

Setelah menyerang Andaresta dengan beberapa pukulan keras mengenai wajahnya. Tiba-tiba saja, Pandu terjatuh sambil memekik menahan hawa panas di sekujur tubuhnya yang tiba-tiba saja muncul seiring dengan rasa getir melekat di tenggorokannya.

Hal tersebut tentu dimanfaatkan oleh Andaresta, ia bangkit kemudian berkata, "Tunggu saja waktunya! Kau akan mati secara perlahan-lahan oleh pengaruh racun itu!" pungkas Andaresta langsung melesat ke udara meninggalkan tempat tersebut.

Karena saat itu, ia pun sudah mengalami luka yang sangat parah akibat hantaman tenaga dalam yang dilancarkan oleh Pandu. Langkah tersebut ia tempuh demi menyelamatkan dirinya, karena ia sudah tidak mungkin memaksakan diri untuk melanjutkan pertarungan tersebut.

"Tolong aku Paman!" teriak Pandu kesakitan. Dari mulut dan telinganya tampak mengalir darah segar begitu derasnya.

Damara pun segera melangkah terpincang-pincang menghampiri Pandu yang sedang kesakitan. Saat itu, ia langsung membantu membangunkan Pandu.

"Racun dalam tubuhmu sudah mulai bereaksi kalau tidak segera dikeluarkan akan berakibat fatal," ujar Damara. "Duduklah! Paman akan segera membantu mengeluarkan racun di dalam aliran darahmu!" sambung Damara, kedua tangannya memegangi tubuh Pandu.

Belum sempat menjawab perkataan dari Damara. Tiba-tiba saja tubuh Pandu roboh tergeletak di hadapan pria paruh baya itu. Pemuda itu sudah tak sadarkan diri, karena pengaruh racun yang sudah menjalar di sekujur tubuhnya.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status