Share

3. Bumi

Aku dapat merasakan tubuhku meluncur turun. Jauh. Sangat jauh. Ke bawah.

Bluk!

Akhirnya, tubuhku berhenti melayang. 

"Pangeran, kau tidak apa-apa?"

Aku dengan perlahan mencoba untuk membuka mata. Kudapati kedua pengawalku yang melihatku dengan tatapan penuh rasa khawatir.

"Aku tidak apa-apa," jawabku akhirnya.

Aku pun bangun, melihat ke sekeliling. Mencoba untuk menerka-nerka di mana gerangan kami berada saat ini.

Tempat ini sangat asing bagiku. Hari sedang gelap namun banyak benda bergerak yang mengeluarkan cahaya. 

TIN TIINN TIIINNN!!!

Suara berisik itu bersahut-sahutan, memekakkan telinga.

Suara apa gerangan itu? Apakah kami belum terbebas dari kejaran Raja Petir? Aku masih tidak mengerti. 

"Hei, apa yang kalian lakukan di sana? Cepat minggir, kalian menghalangi jalanku," teriak seseorang yang sedang mendongakkan badannya dari dalam boks besar.

"Kalau tidak mau ditabrak, cepat minggir dari sana!" teriak yang lainnya.

"Kenapa malah diam saja, cepat bangun dan menyingkir dari sana!" satu lagi orang lainnya berteriak ke arah kami.

Aku masih sibuk mencerna hal yang sedang terjadi. Otakku masih belum dapat memahami kejadian ini. Mengapa orang-orang itu berteriak keras ke arah kami? Apa mereka tidak tahu siapa aku? Aku adalah Pangeran Langit! Berani-beraninya mereka bertindak tidak sopan seperti itu!

"Si.. siaapaa mereka? Kenapa mereka berteriak-teriak begitu?" tanyaku.

Orang-orang yang menaiki benda asing itu mengelilingi kami dari berbagai penjuru arah. Bukan hanya suara berisik dari benda yang dinaiki itu saja yang menggangguku, tapi cahaya dari benda itu juga membuatku berada di posisi sulit. Mataku sangat silau dibuatnya.

"Aku juga tidak mengerti, Pangeran."

"Mereka telah mengepung kita, Pangeran. Sebaiknya kita pergi dari sini."

Aku pun mengikuti kedua pengawal yang menuntunku untuk bergerak menjauh dari tempat itu. Saat kutolehkan pandangan ke belakang, kulihat benda-benda asing tersebut bergerak dengan cepat. Kerumunan tadi pun sudah tak ada lagi. Meninggalkanku yang masih bengong melihat pemandangan di hadapanku.

"Kalian lihat itu?"

"Aku melihatnya dengan jelas, Pangeran," sahut pengawalku.

"Aku pun melihatnya," sahut pengawalku yang satunya lagi.

"Benda apa itu? Kenapa benda itu bergerak dengan sangat cepat?"

"Aku tidak tahu, Pangeran. Aku baru pertama kali melihatnya."

"Aku pun demikian. Benda itu tidak ada di Kerajaan Langit."

Benar, benda itu tidak ada di Kerajaan Langit. Jelas saja kami tidak pernah melihat benda tersebut sebelumnya. 

Aku mengedarkan pandangan ke berbagai penjuru. Tempat ini terasa asing.

"Di mana kita sekarang?" tanyaku lagi.

"Ini bukan Kerajaan Langit."

"Ini tempat asing, Pangeran."

Aku pandangi kedua pengawalku secara bergantian.

"Aku juga tahu ini bukan Kerajaan Langit," teriakku keras. Sejak kapan kedua pengawalku ini jadi tidak berguna seperti sekarang?

"Ma.. maaff.. kkan kami, Pangeran."

Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat kedua pengawalku yang menunjukkan wajah penuh penyesalan itu. Mereka bersujud memohon pengampunan.

"Sudah, sudah. Cepat bangun!"

Keduanya pun seketika segera bangkit berdiri.

"Ke mana kita harus pergi sekarang?"

"Sebaiknya kita pergi dari sini, Pangeran."

"Benar. Kita harus mencari jalan menuju Kerajaan Langit, Pangeran."

Amarahku mulai meledak mendengar perkataan mereka.

"Aku tahu kita harus pergi dari sini dan kembali ke Kerajaan Langit. Tapi, bagaimana caranya?" teriakku keras.

Kriiukk… kriiiuuukkk…

Tiba-tiba muncul suara aneh.

"Suara apa itu?" tanyaku dengan sikap waspada. Takut ada benda asing lainnya yang bersiap untuk menyerang.

"Suaranya terdengar sangat dekat," salah satu pengawalku langsung bersiap untuk menghadang orang yang ingin menyerangku.

"Ii.. ttuu suara perutku, Pangeran."

Gedubrak! Rupanya, itu adalah suara perut salah satu pengawalku.

"Kurang ajar sekali perutmu itu. Kenapa berani-beraninya mengeluarkan suara keras di saat menegangkan seperti sekarang?"

"Maaf, Pangeran. Selama pesta tadi, aku masih bertugas sehingga belum makan sedikit pun."

Ck! Apa boleh buat, memang sudah tugasnya untuk menjaga keamanan selama pesta. 

"Pertama-tama, mari kita cari makanan terlebih dahulu."

Kami bertiga pun beranjak dari tempat tersebut, melangkah tanpa arah, mencoba mencari apa pun itu yang dapat dimakan.

Tak lama berselang, aku mencium aroma yang sangat menggiurkan. 

"Bau apa ini?"

"Sepertinya bau makanan."

"Bau daging bakar!" ucap pengawalku.

Kuendus-enduskan hidungku, mencoba menelusuri bau tersebut.

"Tampaknya asal bau ini dari sana, Pangeran."

Pengawal menunjuk ke arah salah satu bangunan. Satu per satu orang masuk dan keluar dari tempat tersebut. Kami pun mengintip ke dalam tempat itu. Ada banyak orang duduk di sana sambil melahap makanan lezat.

"Sepertinya kita bisa makan di sini," ujarku setelah melihat orang-orang yang tengah makan di dalam. Mereka tampak sangat menikmati hidangan yang disajikan. Satu hal yang terpenting yaitu tidak ada tanda-tanda orang keracunan.

Kami pun masuk ke dalam dan duduk di salah satu tempat kosong. Satu orang pelayan datang menghampiri kami.

"Selamat datang. Ini menunya," ucap pelayan itu sambil menyodorkan sebuah buku.

"Bawakan kami makanan," ucapku kemudian.

"Baik. Mau pesan apa?" tanya pelayan itu.

Aku secara bergantian memandang pengawalku.

"Bawakan saja kami makanan!" ucapku lagi.

"Iya, tapi makanan apa yang ingin kalian pesan?" tanya pelayan itu lagi dengan nada yang lebih tinggi.

"Berani-beraninya kau meminta Pangeran untuk mengulangi perkataannya," kata pengawalku langsung bangkit dari duduknya.

Pelayan di hadapan kami langsung mengernyitkan dahinya. 

Aku memberi isyarat ke pengawalku untuk menghentikan tindakannya. Kami harus makan untuk bisa bertahan di tempat asing ini. Aku pun melihat ke sekeliling. Memperhatikan orang-orang yang sedang melahap makanannya. 

"Bawakan makanan yang sama seperti di meja itu," kataku sambil menunjuk ke salah satu meja.

"Baiklah, tunggu sebentar," pelayan itu pun menghilang dari hadapan kami.

Tak lama setelahnya, ia datang membawa banyak makanan.

"Selamat menikmati," ujar pelayan itu sebelum pergi.

Aku terpesona melihat begitu banyaknya makanan yang terhidang di hadapan kami. Aroma lezatnya semakin menggoda cacing-cacing di perutku. Kami pun melahap makanan-makanan itu dengan lahap. Rasanya sangat lezat. Belum pernah aku mencicipi makanan selezat ini sebelumnya. 

"Rasanya sangat luar biasa, Pangeran."

"Koki Kerajaan Langit harus belajar lagi untuk bisa memasak makanan seperti ini."

Aku hanya mengangguk kecil, menyetujui ucapan para pengawalku. Mulutku masih penuh dengan makanan sehingga tidak bisa menjawab perkataan mereka.

Tak lama kemudian, hidangan di atas meja pun telah habis. Semua hidangan itu telah masuk ke dalam perut kami. Saking kenyangnya, aku merasa kesulitan untuk bergerak. 

"Sudah saatnya kita melanjutkan perjalanan," ucapku kemudian.

Kami pun bergegas bangun dan bersiap untuk meninggalkan tempat tersebut. Pelayan yang tadi kembali menghampiri kami. 

"Bagaimana makanannya?" tanyanya.

Aku mengacungkan kedua ibu jariku. "Sangat lezat."

"Berkat makanan tadi, kami bisa melanjutkan perjalanan."

"Terima kasih atas pujiannya. Ini tagihannya," kata pelayan tersebut sembari menyodorkan selembar kertas.

Aku tak mengerti dengan maksud pelayan tersebut.

"Terima kasih atas masakannya," ucapku kemudian. "Ayo kita lanjutkan perjalanan," kataku ke pengawal.

Kami pun melangkah untuk meninggalkan tempat tersebut.

"Tunggu dulu! Kalian harus bayar makanannya tadi," ujar pelayan itu menghalangi jalan kami.

"Berani-beraninya kau menghalangi jalan kami," ucap pengawalku.

"Kalau kau tidak ingin jalanmu dihalangi, bayar dulu makanannya!"

Aku tidak mengerti dengan maksud dari ucapan pelayan tersebut.

"Jangan bilang kalian tidak punya uang untuk membayar makanan yang sudah kalian makan tadi."

"Uang?" ulangku. "Apa itu?"

"Alat pembayaran! U-ang!"

"Kami akan membayarmu dengan penghargaan dari Kerajaan Langit."

Pelayan itu mendekat ke arahku. Wajahnya kini sangat dekat dengan wajahku.

"Apa maksudmu? Jangan bercanda. Ini bukan Kerajaan Langit, ini bumi!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status