Raja Kerajaan Langit sedang melangsungkan pesta. Pangeran Kerajaan Langit akan menentukan calon pendampingnya. Raja Matahari, Raja Bulan, dan Raja Bintang hadir dalam pesta tersebut. Mereka datang bersama putrinya masing-masing. Saat pesta sedang berlangsung, Raja Petir tiba-tiba datang. Ia marah lantaran ia dan putrinya tidak diundang ke pesta. Kemarahan Raja Petir menjadi-jadi, ia pun menembakkan kilatan ke berbagai penjuru arah Kerajaan Langit. Akibatnya, langit pun berlubang. Pangeran Langit terjerumus ke dalam lubang. Bersama dengan dua orang pengawalnya, Pangeran Langit jatuh ke bumi. Bagaimanakah nasib Pangeran Langit di bumi? Akankah ia menemukan pasangan di bumi?
Lihat lebih banyakKerajaan Langit sedang berpesta. Raja Langit tengah mengadakan pesta besar-besaran. Hari ini, Pangeran Langit akan memilih calon pendampingnya. Seluruh kerajaan dipenuhi dengan hiasan-hiasan, seluruh rakyat mengenakan pakaian terbaik mereka. Di halaman kerajaan, para penari dengan lincahnya bergerak sesuai alunan musik.
Raja Langit tampak sangat menikmati penampilan pembuka dari para penari tersebut. Raja Langit tampak tertawa lebar bersama Raja Matahari, Raja Bulan, dan Raja Bintang. Sembari menikmati hidangan yang tersaji di atas meja, keempat raja tersebut bertepuk tangan setelah para penari mengakhiri penampilan mereka.
Penampilan berikutnya sudah sangat ditunggu-tunggu. Secara bergantian, Putri Matahari, Putri Bulan, dan Putri Bintang akan menunjukkan kebolehan mereka.
Saat Putri Matahari memasuki panggung, sinar mentari terpancar dari seluruh tubuhnya. Di tangannya, ada sebuah biola. Putri Matahari akan menunjukkan kebolehannya dalam bermain biola. Gesekan biolanya mengalun lembut, memenuhi seluruh pelosok Kerajaan Langit. Semua tampak terhanyut dalam alunan musik tersebut.
"Alunan suara biola yang dimainkan Putri Matahari sangat memanjakan telinga," ujar Raja Langit.
"Raja Langit terlalu berlebihan dalam memuji. Putriku masih pemula. Ia baru tiga bulan belajar," ucap Raja Matahari merendah.
"Tiga bulan saja sudah sehebat ini. Putri Matahari memang memiliki bakat," kata Raja Bulan turut memuji.
"Benar, aku pun setuju. Melodi ini sungguh menenangkan hati," timpal Raja Bintang.
"Bagaimana menurut pendapatmu, putraku?" tanya Raja Langit padaku.
Aku diam tanpa kata, tak menjawab pertanyaan ayah. Pandanganku masih terfokus pada penampil di depan sana.
Putri Matahari kemudian membungkukkan tubuhnya. Tanda bahwa penampilannya telah usai. Aku tanpa sadar langsung bertepuk tangan dengan keras. Ayah langsung melihat ke arahku. Aku mengangguk, mengisyaratkan bahwa diriku suka pada penampilan Putri Matahari. Setelahnya, ayah pun bertepuk tangan, diikuti dengan orang-orang lainnya yang menyaksikan penampilan tadi.
Selanjutnya, giliran penampilan Putri Bulan. Ketika Putri Bulan naik ke atas panggung, suasana tampak meredup. Tak lama kemudian, suara lembut pun mengalun. Akan tetapi, bukan dari alat musik. Putri Bulan rupanya pandai bernyanyi. Ia memiliki suara yang indah. Alunan lembut suaranya menyejukkan hati para pendengarnya.
Aku tak sadar bahwa diriku telah terhanyut dalam alunan suara indah itu sampai akhirnya Putri Bulan berhenti bersenandung. Ingin rasanya aku mendengarkan suaranya lagi. Karena keinginan tersebut, aku pun lantas berdiri dari dudukku, membungkukkan sedikit badan ke arahnya, menandakan bahwa diriku menyukai penampilannya.
"Putri Bulan memang hebat. Akhirnya aku bisa mendengar langsung suara merdunya itu," ucap Raja Langit. Perkataan ayah langsung diikuti dengan anggukan kepala dari Raja Matahari dan Raja Bintang.
Penampilan berikutnya adalah penampilan dari Putri Bintang. Tubuh berkelap-kelip Putri Bintang bergerak ke kanan dan ke kiri. Badannya sangat lincah, menari-nari di atas panggung. Dayang-dayang Putri Bintang membentuk lingkaran, memenuhi bagian terluar panggung. Dari tubuh para dayang tersebut juga terpancar kelap-kelip cahaya. Pemandangan tersebut terlihat sangat indah jika disaksikan dari tempatku saat ini. Putri Bintang sungguh sangat pintar memanfaatkan kelebihannya untuk menghibur para raja yang hadir. Tak cukup sampai di sana, perlahan ia mendekat ke arahku.
Aku terkesima melihat dirinya dari dekat.
"Pangeran Langit, sudikah kau ikut menari denganku di panggung?" tanyanya ketika jarak kami hanya lima langkah.
Aku tak mampu menolak ajakan tersebut. Kuikuti dirinya berjalan menuju ke arah panggung. Diriku yang tak terlalu pandai menari, hanya bisa berusaha mengimbangi gerakan lincahnya itu. Napasku agak tersengal-sengal saat musik pengiring berhenti.
Tak lama kemudian, Putri Bintang membungkuk ke arahku "Terima kasih karena telah menemaniku menari, Pangeran," ucapnya.
Aku pun turut membungkuk ke arahnya, berterima kasih lantaran dirinya turut mengajakku terlibat dalam penampilannya.
Aku lantas mengajaknya menuju ke tempat para putri lainnya duduk.
"Tarianmu tidak terlalu buruk, anakku," ucap ayah saat aku sampai di tempat dudukku.
"Itu karena Putri Bintang membimbingku."
"Ha ha ha, maafkan putriku yang memintamu ikut menari, Pangeran," kata Raja Bintang.
"Aku yang seharusnya berterima kasih karena Putri Bintang mau mengajakku menari bersama."
"Aku sangat terhibur setelah melihat penampilan dari Putri Matahari, Putri Bulan, dan Putri Bintang. Mereka masing-masing telah menunjukkan kemampuan yang sangat luar biasa. Terima kasih atas penampilannya," Raja Langit sekali lagi memberikan tepukan tangan meriah untuk para putri. "Bukan hanya diriku saja, aku lihat anakku juga sangat terhibur dengan penampilan para putri. Bukankah begitu, anakku?"
Aku mengangguk, tanda setuju. Tentu aku tak bisa menutupi rasa takjub setelah melihat penampilan ketiga putri tadi. Setelah melihat penampilan mereka, bukannya terbantu, aku malah merasa kesulitan. Pasalnya, sebelum pesta hari ini berakhir, aku harus memilih salah satu di antara mereka untuk menjadi tunanganku. Ya, hanya satu. Sungguh tugas yang sangat berat bagiku. Bagaimana tidak? Bukan hanya terkesima setelah melihat penampilan mereka bertiga, namun aku juga terpesona dengan sosok ketiganya.
Putri Matahari memiliki tampilan ceria. Keberadaannya membuat orang-orang di sekitarnya terhibur oleh kehangatan sifatnya.
Putri Bulan adalah sosok yang lembut. Dirinya memiliki mata yang mampu untuk meneduhkan hati orang-orang di sekelilingnya.
Putri Bintang berpenampilan elegan. Sosoknya sangat bersahaja, mempunyai aura yang luar biasa.
"Bagaimana anakku? Bukankah sudah saatnya dirimu untuk menentukan pilihan?" ujar Ratu Langit.
Ayah dan ibu sudah memberi isyarat padaku untuk membuat keputusan.
'Oh, adakah yang bisa membantuku? Aku tidak bisa memilih satu di antara mereka bertiga! Seandainya aku diberi lebih banyak waktu.'
DAR DAR DAR!
Suara keras itu terdengar dengan sangat tiba-tiba. Memekikkan telinga setiap orang yang mendengarnya. Aku menutup telingaku yang tak kuat mendengar suara tersebut.
Suara ini, jangan-jangan...
"Pesta yang sangat meriah, Raja Langit."
Dengan mata yang setengah tertutup, aku dapat melihat ayah yang terkejut saat melihat ke arah sumber suara.
"Raja Petir, kau rupanya," ucap ayah diiringi dengan senyuman getir.
"Iya, ini aku. Aku Raja Petir, orang yang lupa kau undang di saat berbahagia seperti sekarang ini."
Seketika, aku dapat melihat kepanikan terpancar dari raut wajah ayah.
"A..aku de..ngar kau sii..buk"
"Apa maksudmu Raja Langit? Sesibuk apa pun diriku, aku tidak mungkin tidak hadir di saat penting seperti sekarang ini!" terdengar jelas nada penuh amarah dari suara Raja Petir. "Bagaimana kau bisa tidak mengundangku dan putriku di hari pemilihan pasangan anakmu? Apa kau meremehkan aku dan kerajaanku?"
DAR DAR DAR!
Suara keras terdengar kembali. Kali ini, disertai dengan kilatan yang menyilaukan mata. Raja Petir tampaknya sedang sangat murka.
Raja Petir mendekat ke arah kami. Melihat hal itu, para pengawal dengan cekatan berusaha menghalanginya.
Raja Petir tampak tak senang dihalangi oleh para pengawal tersebut. "Raja Langit, lihatlah para pengawalmu berbuat tidak sopan. Mereka berusaha menghalangi langkahku!"
"Tenanglah, Raja Petir. Tampaknya kau sedang sangat marah. Bukankah lebih baik kita bicarakan dulu semuanya dengan kepala dingin?"
"Marah? Bagaimana aku tidak marah setelah melihat perlakuanmu ini?"
DDAAARRRR!!!
Langit bergetar keras dan mendadak menjadi gelap gulita.
Aku tidak bisa menolak permintaan ayah. Akhirnya, aku pun kini berdiri di hadapan para wartawan yang sudah sejak tadi bergerombol di depan gedung kantor. Di sampingku, ada Hoshie. Tak jauh dari kami, ada manajer Hoshie, Kenji, dan Masaki. Kini sudah waktunya untuk berpura-pura.Hoshie sejak tadi sudah menggandeng tanganku. Wajahnya sangat ceria hari ini. Aku pun berusaha untuk mengimbanginya dengan memasang raut wajah bahagia. Namun, yang terlukis di wajahku justru senyum kecut yang dipaksakan. “Apakah kalian sudah resmi berpacaran?” tanya salah satu wartawan. Tampaknya para wartawan tersebut menyoroti tangan Hoshie yang menggandengku.Aku lagi-lagi hanya bisa memasang senyum yang dipaksakan. Tidak sanggup berkata-kata untuk menjawab pertanyaan tersebut. Di lain pihak, Hoshie justru sangat bersemangat menghadapi para wartawan.“Apakah menurut kalian kami sudah tampak serasi?” tanya Hoshie sembari semakin menempelkan badannya
Aku terkesiap saat menyaksikan Niji menceburkan dirinya ke laut. Aku lebih terkejut lagi saat Niji kemudian muncul seraya membawa tubuh Nari. Wajahnya terlihat sangat pucat.Niji berulang kali mendekatkan mulutnya ke mulut Nari. Ia juga menekan bagian dada Nari, mencoba mengeluarkan air laut yang ditelan oleh Nari. Menit demi menit berlalu, namun Nari tak kunjung memberikan reaksi. Para undangan yang melihat kejadian ini pun mulai berisik, beranggapan bahwa Nari sudah tak dapat diselamatkan.Aku hendak melihatnya dari jarak yang lebih dekat, namun Hoshie menghentikan langkahku dengan menarik lenganku.“Percuma saja kamu mendekat, tidak ada yang akan berubah,” ucap Hoshie.Ucapan Hoshie tersebut memang ada benarnya. Kakiku langsung lemas. Aku lunglai di tempat.Niji tampak hampir putus asa lantaran Nari tak kunjung sadar. Ia mengguncang-guncangkan tubuh Nari yang tampak kaku itu.“Nari, bukalah matamu!” ujar Niji.
Nari mematung di tempat saat melihat Hoshie memberikan potongan kue ulang tahunnya ke Sora. Para undangan yang lainnya tentu juga sama terkejutnya dengan Nari.“Wow, potongan kue ketiga rupanya diberikan kepada seorang pria tampan yang sedang berdiri di sana. Agar para undangan yang hadir bisa melihat wajah pria yang beruntung ini, aku mohon padamu untuk maju ke depan,” ujar sang pembawa acara.Orang-orang langsung bersorak, ikut menyerukan agar Sora maju ke depan. Mata Nari tak bisa lepas dari lengan Hoshie yang menggaet lengan Sora. Tidak bisa dipungkiri, Sora dan Hoshie tampak serasi.Sang pembawa acara terus mengorek hubungan antara Sora dan Hoshie. Para undangan nampak sangat antusias, ingin mengetahui hubugan di antara mereka.“Hubungan kami memang berawal dari mitra kerja, tapi siapa yang tahu jika nantinya kami menjalin hubungan yang lebih serius.” Jawaban Hoshie itu semakin membuat hawa memanas. Tampak beberapa undangan me
Hari ini adalah hari ulang tahun Hoshie. Aku datang bersama dengan Kenji dan Masaki. Sebelumnya, aku sudah mendapat persetujuan dari Hoshie untuk mengajak Kenji dan Masaki ke pestanya. Aku tentu tidak ingin bengong sendirian jika saat di pesta Niji dan Nari asyik ngobrol berdua tanpa mempedulikan keberadaanku.Sesampainya di lokasi berkumpul, aku melihat Niji dan Nari sudah lebih dulu datang. Nari tampak sedikit berbeda dari biasanya. Ia yang dalam kesehariannya tidak terlalu memaki riasan, kini terlihat memakai lipstik berwarna merah menyala. Pipinya juga sedikit kemerahan.“Kenapa kamu bengong begitu melihat penampilanku? Apa aku terlihat aneh?” tanya Nari.“Bukannya begitu. Hanya saja hari ini kamu tidak terlihat seperti biasanya,” jawabku.“Aku menghormati Hoshie yang mengundangku untuk datang ke pesta ini. Jadi, aku pun harus berpenampilan selayaknya orang yang datang ke pesta.”Setelah selesai berbasa-basi,
Pagi ini, kepalaku terasa pening. Ucapan Niji kemarin terus terngiang-ngiang di telingaku. Aku masih merasa tidak percaya lantaran ucapannya itu sama dengan ucapan Pangeran Pelangi saat mengakui perasaannya terhadap Putri Petir. Apakah mereka selalu mengatakan hal itu jika ada orang yang disukai? Atau jangan-jangan… Entahlah. Aku tidak ingin terlalu memikirkan hal tersebut. Tapi, tetap saja hal itu belum bisa lepas dari benakku.“Selamat pagi. Bagaimana keadaanmu hari ini? Apakah sudah lebih baik daripada kemarin?” tanya Niji yang baru tiba.“Ya. Seperti yang kau lihat. Keadaanku sudah lebih baik.”“Maaf karena perkataanku kemarin sepertinya membuatmu sangat terkejut.”“Justru aku yang harus minta maaf karena kemarin aku sudah merepotkanmu.”Kemarin, Niji yang membantu membersihkan muntahanku. Ia juga memanggilkan taksi untukku.“Hal itu sama sekali tidak merepotkanku. Kemarin, set
Setelah selesai makan malam dengan Hoshie, aku menyempatkan diri untuk mampir ke kantor. Karena sudah hampir jam sembilan malam, tidak banyak orang yang masih ada di kantor. Aku sengaja kembali untuk mengambil tas yang aku letakkan di ruang departemen sales dan marketing.Aku merasa beruntung karena meletakkan tasku di ruang departemen sales dan marketing yang terletak di lantai delapan. Jika saja tadi aku meletakkan tas di ruanganku, tentu kini aku harus naik sampai ke lantai sepuluh. Malas rasanya naik sampai ke lantai sepuluh. Pasalnya, sejumlah lampu di kantor sudah dimatikan. Tentu akan merepotkan jadinya jika harus menyusuri ruangan yang gelap.Sesampainya di lantai delapan, aku melihat lampu masih menyala. Apakah masih ada orang di ruangan tersebut? Aku pun melangkah memasuki ruangan.“Hentikan itu, jangan mengatakannya lagi. Kamu membuatku sakit perut.”“Kalau begitu, bagaimana jika aku ganti topik saja. Mau mendengar kisah horor
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen