Share

Mencari sesuatu

"Bayar donk neng." Ungkap sang Sopir bus.

 

"Sebentar pak" Aluna merogoh satu persatu saku di baju dan juga tas nya, namun ia tak menemukan uang atau apapun di dalamnya. 

"Sial! Uang saku ku ketinggalan."

"Boleh ngutang nggak pak? boleh yah, boleh yah, pliss." ucap Aluna memohon kepada sang sopir sambil menangkupkan kedua tangan ke atas langit.

"Nggak bisa neng, kemarin aja saya dimarahin sama bos gara - gara banyak orang yang ngutang." 

"Ya udah klo nggak boleh ngutang saya bayar besok aja yah 3 kali lipat deh. Gimana?!"

"Woilah. Nggak bisa neng... Valid no debat!" 

"Wow! bapak sudah sangat menjiwai trend anak - anak muda zaman sekarang yah?! Klo anak zaman sekarang tuh suka nya ngutang pak, maka dari itu saya..." Aluna dengan excitednya menjelaskan kepada Pak Sopir dengan kalimat yang singkat, panjang, lebar kali tinggi tak lupa juga dengan rumus volume balok dan kubus. (Eh apa hubungannya? skip!)

Aluna memandangi wajah sang sopir dengan mulut yang sedang berkomat - kamit seakan membaca suatu mantra. Hingga akhirnya ia melihat mata sang sopir itu menutup dengan sempurna. Ia pun mengibas - ngibaskan tangannya di depan muka Pak Supir sambil nyengir. Hehehhe

"Yes udh tidur!" ungkap Aluna girang sembari berlari menjauhi bus yang sekarang berada di halte no 24, tempat yang biasa di tunggu oleh anak sekolah untuk pulang ke rumah.

*** 

Hanya butuh beberapa langkah lagi untuk Aluna tiba di sekolahannya. Tapi, Ia mendengus kesal ketika sudah sampai di depan pintu gerbang sekolahan. "Anjirr ke kunci!" sentak Aluna.

Dari kejauhan tampak sosok seorang pria muda berjaket hitam mengendarai motor ninja berwarna merah. Aluna terpanah ketika sang pria begitu lihainya menggunakan motor ninja itu. Berbelok dan menukik dengan sangat  mudah bagaikan seorang pembalap kelas kakap, Aluna hanya bisa melihat pria itu dengan mulut yang sedikit terbuka. 

"Grrrr... grrreer... grrrrr" bunyi motor yang memekakan telinga itu kini sudah berada di dekat Aluna. 

"Woi! Jangan geber - geber motor napa! Lo bud*g yah?!" tanya Aluna sembari menutupi kedua telinga dengan tangan putihnya.

"Hah apaan?" Ungkap sang pria yang masih berpegangan pada lingkaran tabung di sebelah kanan motornya. 

Pria itu pun berhenti menggeber motornya, satu per satu kakinya mulai diturunkan dengan gaya yang begitu epik sebagaimana mestinya dan pergi berjalan mendekati Aluna.

"Lo siapa?" Tanya sang pria.

"Eh gue yang seharusnya tanya sama lo, Lo itu siapa?! Main geber - geber motor aja..di kira ini jalan punya nenek moyang lo apa?!" jawab Aluna sembari mengacungkan jari telunjuknya kepada sang pria. 

"Jangan nunjuk - nunjuk gue kayak gitu juga kali! gue kan cuma nanya... Klo nggak mau nge jawab yah nggak usah dijawab! Ribet amat sih!" Bentak sang pria tak kalah dengan Aluna. 

"ihh..gimana sih nih orang, yang buat salah lo duluan tapi nyolotnya malah ke gue!" jawab Aluna mulai kesal dengan kelakuan sang pria.

"Apa tadi yang lo bilang?! geber - geber motor.Teruss..??? Apa hubungannya sama gue?!" Tanya sang pria tanpa rasa bersalah. 

"Wah..wah..wah. Hebat lo yah makin lama, makin ngelunjak aja nih orang!" 

Entah bagaimana caranya pertengkaran Aluna dan sang pria itu pun semakin menjadi - jadi hingga datanglah seorang satpam penjaga pintu gerbang yang baru saja keluar dari toilet sebelah.

"Dek klo pacaran jangan di depan gerbang napa? nggak malu apa di lihatin ama saya." Tanya Pak Roni, nama sang satpam.

Aluna dan sang pria itu kembali ke posisi semula, yang saat sebelumya Aluna memegangi kerah baju pria itu. Ia sempat tergelincir dan hampir jatuh karena jalan yang menjadi tumpuannya cukup berair karena hujan kemarin malam, untung saja pria itu dengan cekatan langsung menarik tangan Aluna dan menompa tubuh Aluna dengan tangan yang berada tepat di pinggangnya. 

Wajah mereka pun saling berdekatan, sehingga mereka bisa merasakan deru nafas yang hangat satu sama lain. Aluna, yang bisa dikatakan 'kini sedang berada dalam pelukan sang pria' itu pun mulai menatapnya dengan tatapan menelisik, seperti mencari sesuatu. 

Sang pria juga menatap mata Aluna dengan sangat dalam, mencoba mengamati keseluruhan wajah sang empu dengan telitinya. Yang membuat Aluna perlahan memejamkan matanya. 

Dan... Akhirnya mereka pun di kagetkan oleh teriakan Pak Roni, penjaga pintu gerbang sekolahan. Yang membuat mereka salah tingkah satu sama lain. 

'Shitt! padahal sedikit lagi..kenapa harus ada Pak Satpam segala sih?' batin sang pria sembari memukul udara kosong di pahanya. 

"Udah mas nggak usah di pikirin lagi" ungkap Pak Roni yang sepertinya tau isi kepala dari sang pria itu.

"Eh..iy-a iya pak." jawab sang pria terbata - bata.

Bertepatan dengan itu datanglah seorang guru olahraga, Pak Darpo namanya. Ia meneriaki ketiga orang itu dengan sedikit bentakan, yang membuat kami semua menoleh ke arahnya.

"Luna...Kamu telat lagi?!" Tanya Pak Darpo dengan sedikit kecap - kecap bibir.

Aluna yang tak ada pilihan lain pun memilih untuk membohongi Pak Darpo dengan alasan agar tidak di hukum lagi "Heheh iya pak, tadi saya terlambat karena bantuin nenek - nenek nyebrang di jalan" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status