Share

Panggil Aku Thania
Panggil Aku Thania
Penulis: Chocoberry pie

1. Telephone

Cursty Hotel

Di sebuah ranjang ruang kamar hotel, tubuh wanita kecil itu tergeletak disebelahnya. Mereka bermandikan peluh. 

Wanita itu memeluk kembali Andrew dengan manja. "Sayang, sampai kapan kita tutupi hubungan kita. "

"Segera, Nichole! Keluargaku sayang pada adikmu. Tapi aku lebih suka padamu. Dia terlalu dingin.  Tak sepertimu. Ah... Rasamu, legit sekali." kata Andrew menggoda dengan gerakan tubuhnya.

"Ah... Andrew, sayangku." katanya disusul desahan nafasnya, menanggapi gerakan menggoda dari sang lelaki.

...

"Bukankah sudah berkali kali aku katakan bahwa kita tidak mungkin bisa bersama. Ini hanya karena keegoisanmu, tidak bisa menerima semuanya!"

Thania  menggenggam gagang telephone dengan tangan bergetar karena marah. 

"Wait, Thania, aku selalu mencoba untuk menjelaskan pada orangtuaku, bahwa yang aku cintai hanya kamu." kata Andrew lawan bicaranya.

"No, Andrew, kita sudahi saja. Jangan pernah telphone aku lagi. Kita selesai!" dan Thania langsung menutup teleponnya.

Tanpa dia sadari, ruangan kantor divisinya yang selalu ramai, tiba tiba sepi. 

"Ada apa Thania, sampai sebegitu marahnya?" Samuel memecahkan keheningan.

Donita dengan gaya santai nya menengahi,  "Sudah - sudah. Ga usah lah tanya seperti itu, Sam. Kayak kita ga pernah muda aja. Santai aja Thania. Life must go on. Hilang satu, dapat yang lain."

Sebenarnya bukan itu yang Thania rasakan. Thania bukan benar cinta pada Andrew. Pertemuan awalnya di kenalkan oleh teman temannya, mereka berteman hingga akhirnya diperkenalkan pada keluarga Andrew. Keluarga Andrew langsung jatuh cinta dengan karakter Thania yang mandiri dan ketegasannya selain tentu saja wajah dan penampilan Thania yang lembut dan polos. Keluarga Andrew adalah keluarga terpandang, yang merupakan salah satu pemilik perkebunan kopi di Brazil. Setelah pertemuan dengan keluarga Andrew, Andrew sebaliknya mengeluh dan bercerita bahwa keluarganya tidak menyetujui tentang hubungan mereka. 

...

Alfredo Anderson melangkah keluar dari lift. Kepalanya menoleh ke ruang finance yang terletak di lorong menuju ke ruangan pribadinya. Dari ruangan bersekat kaca itu, pandangannya tertuju pada sosok gadis manis yang tengah menerima telephone dengan wajah yang terlihat gusar. Sejenak dia mengerutkan kening, sebentar kemudian kembali tersenyum dan melangkah menuju ruangannya. 

Sampai di ruangan kerjanya, CEO muda itu langsung mengangkat telephone, dan memencet tombol 402. 

"Thania. Segera ke ruangan saya. Ada yang perlu saya bicarakan." 

Setelah menutup telephone, dia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. Memandangnya dengan senyum tipis menghias wajahnya. Kemudian segera memasukkan kotak kecil tersebut kembali ke saku nya ketika tiba tiba terdengar suara ketukan di pintu. 

...

Bib bib bib ...

"Thania, segera ke ruangan saya, ada yang perlu saya bicarakan" 

"Baik Mr. Alfred" jawab Thania.

Thania mengetuk pintu ruangan berukuran 6x10 meter itu sebelum masuk. Di dalam ruangan minimalis yang berisi sebuah meja dan kursi kerja, beberapa lemari file dan meja sofa tamu, tengah menunggu seorang lelaki jangkung, berwajah tampan, berkulit bersih dengan senyum miringnya. Menatap Thania yang masuk dengan gugupnya. 

Sebuah wajah mungil nan cantik dengan rambut panjang kecoklatannya muncul dari pintu. "Ya, Mr. Alfred.Ada yang bisa saya bantu?" kata gadis itu.

"Thania, duduklah." kata Alfredo.

Thania masuk dan memposisikan diri duduk di kursi di hadapan Alfredo. Rekan rekan kerjanya yang kebetulan lewat, menoleh dengan penuh keingintahuan. Alfredo berdiri, berjalan dan menarik tirai menutup kaca ruangannya. 

"Thania - Thania. Ada masalah apa sebenarnya. Bukankah seharusnya aku yang bertanya, adakah yang bisa aku bantu?"  jawab Alfredo sambil berjalan kembali ke meja kerjanya.

Thania terkejut, apa yang sebenarnya yang diketahui oleh bos nya ini. Tak bisa menyembunyikan rasa terkejut di wajahnya, Alfredo terkekeh melihatnya. 

"Kenapa? Kaget? Bahkan saat aku lewat, kamu tak sadar karena seriusnya dengan panggilan telephonemu" 

"Ma... maaf, Mr. Alfred - saya tidak ada maksud membawa urusan selain pekerjaan di kantor ini. Maafkan saya." jawab Thania.

"Thania - kalau pun ada yang bisa aku bantu, katakan saja ya." kata Alfred kemudian.

Thania hanya mengangguk kemudian menjawab "Jika tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, ijinkan saya kembali bekerja, Mr. Alfred".

Dan Alfredo mengiyakan. Thania bergegas keluar kembali ke ruang divisinya. 

Tinggallah Alfredo, berkata dengan dirinya sendiri. "Thania - Thania. Kau sudah mencuri hatiku. Semoga tak ada hal buruk yang terjadi. Alfredo - Alfredo. Kapan kau punya keberanian mengungkapkannya."

...

Sore itu, di loby kantor AAG terlihat seorang pemuda sedang membuat keributan. Thania yang kebetulan lewat karena akan pulang bertemutatap dengan pemuda itu. 

Pemuda itu mengejar Thania, memegang lengannya. "Thania, dengarkan aku. Ini bukan kehendakku. Aku masih ingin bersamamu." kata Andrew. 

"Lepaskan aku, Andrew. Semua sudah berakhir. Jalani jalan kita sendiri. Ok." jawab Thania tegas.

"Tapi aku masih ingin bersamamu. Jauh-jauh aku kemari, aku ingin kamu tahu ka..." Ucapan Andrew terhenti ketika ada tangan menepuk pundak nya. 

"Lepaskan dia." 

Andrew menoleh melihat siapa yang telah berani ikut mencampuri urusan dia. 

"Hai Sam. Tolong menyingkirlah. Jangan ikut campur, Sam." kata Andrew. 

"Wait, wait. Andrew. Sebagai teman kamu, aku kasih saran, selesaikan semua masalah di tempat lain. Ok!" kata Samuel. 

Andrew melihat sekeliling, banyak mata melihat keributan itu. Sehingga akhirnya Andrew kembali menyeret Thania. Kali ini dia menuju ke arah parkiran, tempat dia memarkir mobilnya. 

Tetapi sebelum sempat mencapai mobilnya tangannya yang menggenggam lengan Thania telah dipisahkan. 

"Well. Andrew Leigh, ada urusan apa kiranya dengan Nathania Smith?" kata Alfredo.

"Jangan ikut campur Alfredo!" gertaknya.

"Maaf aku tak bisa tidak ikut campur jika itu menyangkut KEKASIH ku. " kata Alfredo pada Andrew dengan nada datar.

Thania terkejut, tetapi menutupinya dan berusaha tetap tenang. 

"Ok. Thania. Aku mengerti sekarang. Dan aku tidak akan mengganggumu lagi." kata Andrew yang kemudian langsung naik ke mobilnya dan pergi. 

Tinggallah Thania yang tertegun bersama dengan Alfredo yang tetap menatapnya.

"Kamu tidak ingin berterimakasih padaku? Aku sudah menyelamatkanmu."  kata Alfredo. "Ataukah kamu menyesal aku menyelamatkanmu?" lanjutnya sambil terkekeh.

"Uh... eh... terimakasih Mr. Alfredo" kata Thania tergagap. 

"Jadi pulang atau tidak? "  kata Alfredo.

"Eh iya." kata Thania kemudian berbalik dan berjalan. 

"Kamu menunggu bus lagi untuk pulang? Ini sudah mulai gelap. Naiklah, aku antar kau pulang." kata Alfredo.

"Tidak usah Mr. Alfredo. Saya sudah terbiasa -"

"Ini perintah. Cepat naik. Saya terburu-buru." lanjut Alfredo, tidak mau kalah.

...

"Ok sayang, sampai jumpa besok." kata seorang wanita muda menutup pembicaraan teleponnya. Nichole Smith, gadis berusia 25 tahun. Adalah kakak kandung Thania. Kegiatan sehari-harinya adalah bekerja part time di stand bunga Mrs. Thompson. 

"Hai Thania, sudah pulang?" 

"Ya, hari yang melelahkan. Dengan banyak angka yang membuat pusing, seperti biasanya" jawab Thania sekenanya. 

"Ok. Mom sudah buat steak buat dinner kita. Segeralah mandi dan ganti baju, dear" sahutnya sambil berlalu ke arah dapur.

BIB ... BIB... BIB...

Telepon berbunyi. Thania yang masih duduk di sofa, melepas lelah berada tepat di sebelah nya, langsung mengangkat, dan terkejut mendengar suara dari seberang.

"Sayangku, apa kau disana? "

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status