"Ugh … aku ingin membuka email ini? Apakah aku kembali mengharapkan mendapatkan kabar darinya? Tapi, dia selingkuh dariku, untuk apa lagi aku mengharapkannya?” batin Ken.Ken menghela nafas panjang. Dia menghentikan rencananya untuk membuka email-nya. Ken menutup matanya, ada rasa rindu yang membuatnya ingin membuka aplikasi email-nya tapi, ada juga rasa kecewa yang menghentikan upayanya membuka aplikasi email-nya.Ken harus bertarung di antara rasa rindu dan rasa kecewa yang kini memenuhi dadanya, Ken menunggu hingga akhirnya rasa rindu yang jadi pemenangnya. Setelah itu, Ken putuskan untuk membuka email-nya.Tiba-tiba, terdengar suara panggilan telpon yang membuat Ken menghentikan upayanya untuk membuka aplikasi email di laptopnya dan meraih handphonenya untuk menerima panggilan masuk. “Ada apa, Andreas?”“Tuan muda, Nyonya Besar meminta tuan muda untuk segera menuju kamar perawatan tuan besar,” jawab Andreas di ujung telpon.“Apa yang terjadi?”“Tuan Besar Pertama baru saja sadar.
“Halo?” terdengar suara seorang gadis di ujung sana.“Yuna. Aku punya kabar baik untukmu,” kata Maggie dengan wajah gembira.“Kabar baik apa, tante?”“Kamu akan dapat kesempatan untuk mendekati anakku.”“Mendekati Ken? Apa akhirnya tante akan memperkenalkan kami berdua?”“Gak, Yuna. Gak boleh seperti itu. Seperti yang tante pernah bilang padamu. Ken itu pernah dua kali kecewa sama dua pacarnya, jadi, tante gak bisa mempertemukan kalian begitu saja karena Ken trauma dengan Clarissa, yang pernah tante kenalin dengan Ken dan akhirnya malah selingkuh dan membuat Ken kecewa berat.”“Jadi bagaimana, Tante?” tanya Yuna di ujung telpon.“Begini, dalam waktu dekat ini, Ken akan menyamar di salah satu anak perusahaannya Diamond Group. Kemungkinan dia akan menyamar sebagai cleaning service atau--”“Cleaning service, tante? Kok anak pemilik Diamond Group jadi cleaning service, sih?”“Itu cara Ken untuk mencari cinta sejatinya. Menurut dia, wanita yang mencintainya saat dia jadi cleaning service a
Karena kamarnya diketuk dengan keras dari luar, maka dengan malas-malasan Lidya terpaksa berdiri, mendekati pintu dan membuka pintu kamarnya.Saat Lidya membuka pintu kamarnya, dia melihat Romel dan Esy sedang menatapnya dengan wajah berbinar-binar."Ada apa sih? Kok kalian berdua kayak orang baru menang lotere?" tanya Lidya sambil mengerutkan keningnya."Mirip sama menang lotere, Lidya. Mama sama papa ini lagi sangat senang karena mendengar kabar yang baik," kata Esy sambil terus menatap Lidya dengan wajah bersinar-sinar karena gembira."Ada apa, sih?" Kali ini Lidya mulai penasaran."Begini, Lidya. Ada kabar gembira bagi kita semua.""Kabar apa, pa?" tanya Lidya makin penasaran.Romel baru saja hendak bicara, tapi kemudian dia menyikut lengan Esy. "Mama aja yang bicara."Esy mengangguk, maju satu langkah dan memegang tangan Lidya serta berkata, "kamu akan segera menikah dalam 3 hari ini, Lidya."Mata Lidya membulat. Dia hampir tidak percaya dengan apa yang dia dengar ini. "Menikah?
Lidya mengeraskan hatinya. Kali ini dia tidak mau mengikuti keinginan Romel karena dia tidak ingin menikah cepat-cepat dengan Graham. Karena dengan waktu yang hanya 3 hari, maka Lidya yakin kalau tidak akan ada keajaiban yang akan membuat dia bisa kembali bersama Ken.Romel yang hampir terjatuh, akhirnya berhasil kembali meraih bagian jendela dan dia berpegangan di situ agar supaya dia tidak jatuh.Keringat bercucuran di pelipis Romel. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya nanti kalau dia harus jatuh dari lantai tiga rumahnya ini karena betul seperti kata-kata dari Lidya tadi, kalau sampai dia jatuh, dia tidak akan meninggal tetapi akan menderita seumur hidup karena kemungkinan tangan dan kakinya akan patah karena terjatuh dari ketinggian ini.Saat itulah beberapa orang menyusul masuk ke dalam ruangan ini. Selain pembantu, juga ada seorang cowok berumur 16 tahun yang langsung mendekati Esy. "Apa yang terjadi ini, mah?""Papa kamu mau bunuh diri, Gerry," jawab Esy sambil menan
“Ok, Yuna. Kita ketemu di kantin kantor saat jam makan siang nanti.” Ken mengangguk ke arah Yuna dan langsung meninggalkan Yuna.“Oke. Aku pasti datang.” Yuna tersenyum hingga Ken yang membawa ember pel, sudah pergi jauh meninggalkan dia.Setelah Ken pergi, Yuna tak henti-hentinya tersenyum. Kemudian dia mengeluarkan handphonenya dan menelpon seseorang.“Halo, Yuna.” Terdengar suara seorang wanita di ujung telpon.“Tante Maggie. Aku berhasil berkenalan dengan anak tante barusan. Dan ternyata anak tante memang sangat tampan, tante. Aku langsung fallin in love, tante. Oh.” dengan polosnya Yuna mengungkapkan apa yang dia rasa.“Sudah tante duga kalau kamu akan suka sama anak tante itu dan tante rasa, kamu memang bakal cocok dengan Ken walaupun kamu masih anak SMA, tapi kamu cantik karena itulah tante memintamu untuk mendekati Ken.”“Iya, tante. Aku juga sudah merasa sangat cocok dengan Ken walaupun baru bertemu.”“Ingat, kamu harus pura-pura tidak mengenal Ken. Biarkan dia menyamar sebag
“Mungkinkan Kenneth Wong itu adalah Ken? Di rumah tempat tinggal Ken itu ada paket yang ditujukan untuk Kenneth Wong, mungkinkah itu memang Ken?” gumam Lidya.Setelah itu, Lidya bertanya kepada Lukman, “apa kamu betul-betul tidak pernah mengenal orang bernama Kenneth Wong itu?”“Iya, Kak Lidya. Aku sama sekali tidak pernah kenal dengan orang yang bernama Kenneth Wong itu,” jawab Lukman sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.“Apa ada orang yang kemungkinan menjanjikan uang 10 miliar untuk kamu?” tanya Lidya lagi.“Gak ada, Kak Lidya. Hanya Ken yang pernah janji mau transfer uang kepadaku. Lagipula, keluargaku kere semua. Sahabatku juga. Makanya aku bingung sekarang ini,” pungkas Lukman.“Satu lagi yang mau kau tanyakan, Lukman.”“Iya, Kak Lidya?” Sebenarnya Lukman merasa dia lebih tua dari Lidya, tapi, untuk menghormati Lidya yang sudah punya jabatan tinggi di Mulia Investment, maka, Lukman mengikuti Clara dan Yuni yang memanggil ‘kak’ kepada Lidya.“Kamu bilang tadi kalau kamu pernah
"Iya. Soalnya, semuanya kan sudah jelas disitu kalau Lidya sudah selingkuh dariku," jawab Ken lesu."Sudah jelas gimana? Itu belum jelas tahu!" tandas Yuna sambil nyeruput jus alpukatnya dan makan burgernya dengan mata melotot ke arah Ken."Belum jelasnya dimana, Yuna?" tanya Ken bingung."Itu belum jelas, tau! Yang pertama, kamu bilang kamu melihat cewek kamu itu memeluk bos barunya saat bos barunya menjatuhkan diri ke arah cewek kamu, iya kan?""Memang iya. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri dan bukan berdasarkan cerita orang," ngotot Ken."Iya aku tahu, kamu melihatnya sendiri tapi apa kamu benar-benar berada di dekat mereka berdua? Apa kamu benar-benar mendengar bisikan-bisikan mesra di antara mereka atau pembicaraan mereka?"Ken berpikir sebentar kemudian dia berkata, "tidak. Soalnya pada saat itu, aku berada didekat blower AC dan jarakku dengan mereka berdua agak jauh jadi aku tidak bisa mendengar pembicaraan mereka.""Tuh kan. Berarti kamu itu mengambil kesimpulan terl
"Kamu benar. Aku bisa menghubungi dia lewat email,” kata Ken sambil mengeluarkan handphonenya.“Ya. Itulah yang harus kamu lakukan.” Yoona kembali nyeruput juice advocadnya. Dia berharap Ken akan menemukan yang akan menghancurkan semangat Ken sehingga Ken tidak berharap lagi pada pacaranya.Yoona siap untuk membalut hati Ken. Apalagi saat ini, semakin Yoona melihat wajah Ken yang sengaja Ken tutup di balik kaca mata tebal dan rambut agak panjang ini, Yoona semakin jatuh cinta pada Ken.Apalagi saat Yoona teringat akan wejangan ibunya pada pagi ini sebelum dia keluar rumah yang wanti-wanti kepadanya untuk berusaha mendekati Ken supaya Yuna bisa menjadi nona muda Diamond Group, perusahaan terbesar Asia, bahkan disebut-sebut oleh sebuah majalah keuangan dunia, Keluarga Wong, pemilik Diamond Group adalah keluarga terkaya nomor 3 di dunia, sehingga Ibunya Yoona meminta Yoona untuk tidak melewatkan kesempatan emas ini.Walaupun Ibunya Yoona dan Maggie, terlibat dalam organisasi amal yang sa