Karena kamarnya diketuk dengan keras dari luar, maka dengan malas-malasan Lidya terpaksa berdiri, mendekati pintu dan membuka pintu kamarnya.Saat Lidya membuka pintu kamarnya, dia melihat Romel dan Esy sedang menatapnya dengan wajah berbinar-binar."Ada apa sih? Kok kalian berdua kayak orang baru menang lotere?" tanya Lidya sambil mengerutkan keningnya."Mirip sama menang lotere, Lidya. Mama sama papa ini lagi sangat senang karena mendengar kabar yang baik," kata Esy sambil terus menatap Lidya dengan wajah bersinar-sinar karena gembira."Ada apa, sih?" Kali ini Lidya mulai penasaran."Begini, Lidya. Ada kabar gembira bagi kita semua.""Kabar apa, pa?" tanya Lidya makin penasaran.Romel baru saja hendak bicara, tapi kemudian dia menyikut lengan Esy. "Mama aja yang bicara."Esy mengangguk, maju satu langkah dan memegang tangan Lidya serta berkata, "kamu akan segera menikah dalam 3 hari ini, Lidya."Mata Lidya membulat. Dia hampir tidak percaya dengan apa yang dia dengar ini. "Menikah?
Lidya mengeraskan hatinya. Kali ini dia tidak mau mengikuti keinginan Romel karena dia tidak ingin menikah cepat-cepat dengan Graham. Karena dengan waktu yang hanya 3 hari, maka Lidya yakin kalau tidak akan ada keajaiban yang akan membuat dia bisa kembali bersama Ken.Romel yang hampir terjatuh, akhirnya berhasil kembali meraih bagian jendela dan dia berpegangan di situ agar supaya dia tidak jatuh.Keringat bercucuran di pelipis Romel. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya nanti kalau dia harus jatuh dari lantai tiga rumahnya ini karena betul seperti kata-kata dari Lidya tadi, kalau sampai dia jatuh, dia tidak akan meninggal tetapi akan menderita seumur hidup karena kemungkinan tangan dan kakinya akan patah karena terjatuh dari ketinggian ini.Saat itulah beberapa orang menyusul masuk ke dalam ruangan ini. Selain pembantu, juga ada seorang cowok berumur 16 tahun yang langsung mendekati Esy. "Apa yang terjadi ini, mah?""Papa kamu mau bunuh diri, Gerry," jawab Esy sambil menan
“Ok, Yuna. Kita ketemu di kantin kantor saat jam makan siang nanti.” Ken mengangguk ke arah Yuna dan langsung meninggalkan Yuna.“Oke. Aku pasti datang.” Yuna tersenyum hingga Ken yang membawa ember pel, sudah pergi jauh meninggalkan dia.Setelah Ken pergi, Yuna tak henti-hentinya tersenyum. Kemudian dia mengeluarkan handphonenya dan menelpon seseorang.“Halo, Yuna.” Terdengar suara seorang wanita di ujung telpon.“Tante Maggie. Aku berhasil berkenalan dengan anak tante barusan. Dan ternyata anak tante memang sangat tampan, tante. Aku langsung fallin in love, tante. Oh.” dengan polosnya Yuna mengungkapkan apa yang dia rasa.“Sudah tante duga kalau kamu akan suka sama anak tante itu dan tante rasa, kamu memang bakal cocok dengan Ken walaupun kamu masih anak SMA, tapi kamu cantik karena itulah tante memintamu untuk mendekati Ken.”“Iya, tante. Aku juga sudah merasa sangat cocok dengan Ken walaupun baru bertemu.”“Ingat, kamu harus pura-pura tidak mengenal Ken. Biarkan dia menyamar sebag
“Mungkinkan Kenneth Wong itu adalah Ken? Di rumah tempat tinggal Ken itu ada paket yang ditujukan untuk Kenneth Wong, mungkinkah itu memang Ken?” gumam Lidya.Setelah itu, Lidya bertanya kepada Lukman, “apa kamu betul-betul tidak pernah mengenal orang bernama Kenneth Wong itu?”“Iya, Kak Lidya. Aku sama sekali tidak pernah kenal dengan orang yang bernama Kenneth Wong itu,” jawab Lukman sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.“Apa ada orang yang kemungkinan menjanjikan uang 10 miliar untuk kamu?” tanya Lidya lagi.“Gak ada, Kak Lidya. Hanya Ken yang pernah janji mau transfer uang kepadaku. Lagipula, keluargaku kere semua. Sahabatku juga. Makanya aku bingung sekarang ini,” pungkas Lukman.“Satu lagi yang mau kau tanyakan, Lukman.”“Iya, Kak Lidya?” Sebenarnya Lukman merasa dia lebih tua dari Lidya, tapi, untuk menghormati Lidya yang sudah punya jabatan tinggi di Mulia Investment, maka, Lukman mengikuti Clara dan Yuni yang memanggil ‘kak’ kepada Lidya.“Kamu bilang tadi kalau kamu pernah
"Iya. Soalnya, semuanya kan sudah jelas disitu kalau Lidya sudah selingkuh dariku," jawab Ken lesu."Sudah jelas gimana? Itu belum jelas tahu!" tandas Yuna sambil nyeruput jus alpukatnya dan makan burgernya dengan mata melotot ke arah Ken."Belum jelasnya dimana, Yuna?" tanya Ken bingung."Itu belum jelas, tau! Yang pertama, kamu bilang kamu melihat cewek kamu itu memeluk bos barunya saat bos barunya menjatuhkan diri ke arah cewek kamu, iya kan?""Memang iya. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri dan bukan berdasarkan cerita orang," ngotot Ken."Iya aku tahu, kamu melihatnya sendiri tapi apa kamu benar-benar berada di dekat mereka berdua? Apa kamu benar-benar mendengar bisikan-bisikan mesra di antara mereka atau pembicaraan mereka?"Ken berpikir sebentar kemudian dia berkata, "tidak. Soalnya pada saat itu, aku berada didekat blower AC dan jarakku dengan mereka berdua agak jauh jadi aku tidak bisa mendengar pembicaraan mereka.""Tuh kan. Berarti kamu itu mengambil kesimpulan terl
"Kamu benar. Aku bisa menghubungi dia lewat email,” kata Ken sambil mengeluarkan handphonenya.“Ya. Itulah yang harus kamu lakukan.” Yoona kembali nyeruput juice advocadnya. Dia berharap Ken akan menemukan yang akan menghancurkan semangat Ken sehingga Ken tidak berharap lagi pada pacaranya.Yoona siap untuk membalut hati Ken. Apalagi saat ini, semakin Yoona melihat wajah Ken yang sengaja Ken tutup di balik kaca mata tebal dan rambut agak panjang ini, Yoona semakin jatuh cinta pada Ken.Apalagi saat Yoona teringat akan wejangan ibunya pada pagi ini sebelum dia keluar rumah yang wanti-wanti kepadanya untuk berusaha mendekati Ken supaya Yuna bisa menjadi nona muda Diamond Group, perusahaan terbesar Asia, bahkan disebut-sebut oleh sebuah majalah keuangan dunia, Keluarga Wong, pemilik Diamond Group adalah keluarga terkaya nomor 3 di dunia, sehingga Ibunya Yoona meminta Yoona untuk tidak melewatkan kesempatan emas ini.Walaupun Ibunya Yoona dan Maggie, terlibat dalam organisasi amal yang sa
"Aku benar-benar memiliki uang yang banyak, Lidya. Jadi, aku tidak akan mungkin tertarik dengan uang 60 milliar itu," ungkap Ken. Hatinya mulai sedih mendengar suara tangisan Lidya di ujung sana."Huhuhu. Selama ini, aku tidak pernah menghina profesimu yang cuma seorang cleaning service itu. Aku selalu menerima kamu apa adanya tapi aku sangat kecewa saat tahu kamu meninggalkan aku cuma karena uang.""Tidak, Lidya.""Kamu disogok Ayahku dan Graham, kan?" kata Lidya sambil terus menangis di ujung sana."Aku tidak pernah menerima uang itu, Lidya. Ayahmu memang datang kepadaku, menawarkan sejumlah uang tapi aku tidak pernah menerimanya.""Ayahku bilang kamu menerimanya, iya kan? Bahkan Heri bilang kamu menerima uang juga dari Graham, supaya kamu meninggalkan aku. Iya kan? Ngaku aja deh! Aku gak nyangka kamu begini, Ken.""Aku tidak pernah berurusan dengan orang bernama Graham itu, Lidya. Tapi aku tahu sekarang, kalau dia adalah dalang di balik semua fitnah-fitnah yang dia sodorkan dihadap
Pada awalnya, dalam email Lidya ini, Lidya meminta ijin kepada Master Wing untuk dia bisa curhat kepada Master Wing karena dia tidak tahu harus curhat kemana.Mendengar kata-kata Lidya dalam email itu, Ken tersenyum, hatinya terenyuh membayangkan kegalauan hati Lidya saat dia memulai curhat-curhatnya pada orang asing seperti Master Wing yang walaupun sebenarnya, Ken adalah orang di balik Master Wing, tapi, itu tidak diketahui Lidya.Dalam email-email itu, Lidya mengungkapkan perasaan sedihnya karena Ken menghilang dan Lidya tidak tahu apa yang menyebabkan Ken pergi.Ken tersenyum pedih, membayangkan kesedihan Lidya pada saat menulis email ini. “Maafkan aku, Lidya. Maafkan aku yang gampang dibodohi sehingga aku dengan begitu mudahnya percaya akan siasat busuk mereka untuk memisahkan kita. Maafkan aku yang bodoh ini,” gumam Ken.Ken meneruskan membaca email-email berikutnya dari Lidya yang berisi dugaannya kalau Ken sudah dilenyapkan oleh Heri dan itu terbukti karena HP milik Ken, telah