Home / Romansa / Paper Gray / Kehamilan Aera

Share

Paper Gray
Paper Gray
Author: Mutia Haera

Kehamilan Aera

Author: Mutia Haera
last update Last Updated: 2021-09-24 15:51:54

Aera mengangkat tinggi-tinggi tes pek putih yang ada di tangannya ke arah Yura agar wanita berkaca mata itu dapat melihat dengan jelas dua garis merah yang terukir di tes pek tersebut.

"Positif!!" Yura berkata dengan nada tinggi.

Aera mengangguk membuat sahabat karibnya itu meloncat bahagia, Yura yang tak dapat membendung kebahagiaanya akan berita kehamilan Aera dengan segera berlari memeluk wanita bersuai coklat gelap di hadapannya itu dengan sangat erat.

"Yura!.. Yura!.. Anai Yura!!.. Hati-hati," Aera berucap sembari melepas pelukanya pada wanita berkaca mata itu.

Mata hitam Aera kini tertuju pada perut yang membuncit itu. Aera sangat panik ketika Yura meluapkan kebahagiaanya dengan cara melompat-lompat ringan seakan tak ada beban berat bersemayam di perutnya.

Tangan Aera terulur menuju perut wanita berkaca mata itu "Kau ini ada-ada saja, Yura. Kau bahkan melupakan kondisi mu yang tengah mengandung saat ini."

Yura hanya tersipu malu mendengar ucapan Aera yang benar adanya. Perkataan Aera memang benar, terkadang wanita berkaca mata di hadapanya itu sering sekali melupakan fakta bahwa dirinya kini tengah mengandung lima bulan.

"Hehehe!!" Yura hanya terkekeh kecil merespon perkataan Aera.

"Kau tahu Aera! Entah mengapa mengetahui kau telah hamil betul-betul membuat ku bahagia. Aku bahkan jauh lebih bahagia mengetahui berita kehamilanmu dari pada saat aku mengetahui berita tentang kehamilanku sendiri," tutur Yura dengan wajah yang masih setia memamerkan tawa riang.

Aera menggeleng pelan "Kau ini ada-ada saja." ucapnya.

Yura memandang Aera dengan wajah yang cukup serius, tapi tentu saja keseriusan di wajahnya itu tidak dapat menutupi kebahagiaan di paras ayunya.

"Apa kau sudah memberitahukan Dhexsel tentang kehamilanmu?"

Dengan senyum Aera menggeleng pelan, ia kemudian menatap Yura intens "Aku akan memberitahukan Dhexsel tentang kehamilanku ini nanti, tepat di tanggal dua puluh tiga."

"Tanggal dua puluh tiga, itu berarti dua hari lagi?" Aera mengangguk membenarkan celotehan sang sahabat.

"Bukankah itu masih terlalu lama, Aera. Akan lebih bagus jika kau memberitahukan Dhexsel kabar gembira ini secepatnya. Bila perlu lakukan detik ini, menit ini, jam ini, hari ini juga." Aera hanya tertawa riang memdengar celotehan-celotehan cerewet wanita berkaca mata itu.

"Sebelum memberi pendapat kenapa kau tidak bertanya terlebih dahulu tentang alasanku. Kenapa aku memilih tanggal dua puluh tiga itu untuk memberitahukan Dhexsel akan kabar kehamilanku ini,"

Yura menyerengit heran sembari melontarkan pertanyaan singkat "Kenapa?"

"Tanggal dua puluh tiga februari nanti adalah hari pernikahan kami, Yura. Dan aku ingin memberikan Dhexsel hadia pernikahan kabar tentang kehamilanku ini."

Mendengar penjelasan yang dilontarkan Aera spontan Yura langsung menganga kaget. Maklum, wanita berkaca mata itu memiliki penyakit pelupa akut jadi wajar jika dia melupakan tanggal pernikahan Aera dan Dhexsel.

Jangankan tanggal pernikahan Aera dan Dhexsel tanggal pernikahannya sendiri dengan Shampun wanita berkaca mata itu lupakan, bukankah dia sudah dapat dikategorikan sebagai istri yang lumayan durhaka.

"Aku yakin Dhexsel pasti akan sangat senang menerima hadia dari mu." ucap Yura yang langsung disambut oleh anggukan pelan dari Aera.

Aera memasukan tes pek yang diperlihatkannya pada Yura itu ke dalam kotak berwarna coklat tua sebelum kemudian mengikat kotak tersebut menggunakan pita berwarna gold.

Sesekali Aera tertawa kecil begitu menatap kotak yang akan dijadikanya sebagai hadia pernikahan untuk Dhexsel. Selain tes pek dengan dua garis merah dalam kotak tersebut juga diletakan sebuah kartu memo berwarna hitam dengan tulisan 'aku hamil' yang ditulis tangan oleh Aera menggunakan tintah berwarna Gold.

Aera kembali mengelus-elus kotak yang akan menghantarkan kabar gembira pada Dhexsel itu "Ku harap waktu cepat berlalu, Dhexsel. Aku sudah tidak sabar ingin memberikan ini pada mu." Gumam Aera riang.

Yura yang kala itu ada di hadapan Aera langsung ikut tersenyum melihat wajah berseri bahagia milik sahabatnya itu, kehamilan Aera adalah kabar yang sangat membahagiakan bagi Aera, Dhexsel dan keluarga besar mereka mengingat bahwa selama ini Aera dan Dhexsel memang sudah sangat lama menantikan kehadiran seorang anak dan kini impian mereka berdua terkabulkan tepat di tiga tahun usia pernikahan mereka.

***

Di sebuah ruangan seorang lelaki tampan menatap nanar kertas hasil pemeriksaanya beberapa hari yang lalu, lelaki dengan sorot mata tajam itu seakan tak percaya begitu mengetahui hasil pemeriksaan kesehatannya.

"Arzhel?" panggil sang Dokter berusaha membuat lelaki bernama Arzhel itu kembali pada kesadarannya.

Arzhel tersenyum lirih "Alan?" panggilnya pada sang Dokter "Kau pasti sedang bercanda bukan? Ini pasti bohong, aku tidak mungkin__" ucapan lelaki bernama Arzhel itu terhenti kala ia melihat penyesalan di mata sang Dokter yang juga sekaligus sahabatnya itu.

Dengan perasaan putus asa Arzhel menggenggam kuat kertas hasil lab itu lalu bekata dengan nada yang berat "Rahasiakan ini dari Ayah dan juga Kakakku, Alan." Dengan cepat Dokter bernama Alan tersebut langsung mengangguk tanda setuju sebelum kemudian Arzhel melangkah meninggalkan ruangan sang Dokter.

Arzhel berjalan gontai membawa langkah kakinya yang berat untuk menyusuri area koridor rumah sakit sebelum kemudian Buukk!.. Arzhel terjatuh lemas di lantai, ia ingin berteriak menyalahkan takdir atas apa yang menimpanya saat ini namun sebisa mungkin lelaki tampan itu mengontrol emosinya.

Aera menyerengit begitu melihat seorang lelaki terduduk lemas di lantai dengan cepat ia berlari menghampiri lelaki itu, tanggung jawab dan kewajibannya sebagai seorang perawat membuat kakinya berlari tanpa terkontrol hanya untuk membantu lelaki yang terduduk lemas di lantai.

"Kau baik-baik saja Tuan?" tanya Aera dengan wajah panik matanya yang bulat jerni memandang khawatir kearah Arzhel.

"Hm!.. Aku baik-baik saja," jawab Arzhel seraya beranjak berdiri dan dengan sigap Aera membantunya dengan cara memegang lengan kekar lelaki itu.

Aera berjongkok mengambil kertas yang terlepas dari genggaman Arzhel sebelum kemudian Aera berteriak memanggil lelaki itu "Permisi Tuan!" teriak Aera seraya berlari kecil menghampiri lelaki yang telah berada jauh meninggalkannya "Tuan, kau menjatuhkan ini." ucap Aera seraya menyodorkan kertas yang dijatuhkan Arzhel.

"Buang saja," ucap Arzhel dingin dan pelan.

"Ah?" seru Aera bingung karena dia tak mendengar dengan baik ucapan lelaki yang ada di hadapannya itu.

"Tuan ini__"

"KU BILANG BUANG SAJA!.." teriak Arzhel memenggal ucapan Aera bahkan membuat wanita cantik itu tersentak kaget akan suaranya yang keras "APA KAU TULI?!" pekik Arzhel kearah Aera.

Aera yang tak terima akan perlakuan kasar Arzhel setelah niat baiknya langsung melemparkan kertas yang ada di tanganya kearah wajah Arzhel "Hanya karena aku memanggil mu Tuan bukan berarti aku pelayanmu, jika kau ingin membuangnya maka buanglah sendiri." balas Aera seraya melangkah pergi meninggalkan Arzhel yang telah sukses dibuatnya kesal.

"Berhenti!.." ucap Arzhel namun tak digubris oleh Aera, wanita cantik itu hanya terus melenggang pergi.

"KU BILANG BERHENTI!!!.." terika Arzhel dan tentu saja teriakan itu sia-sia saja karena Aera tak menggubrisnya.

"Apa dia pikir aku ini pembantunya yang harus menuruti semua perintahnya, dasar lelaki kasar dan tak beretika." dumel Aera kesal seraya mempercepat langkahnya mengabaikan teriakan-teriakan Arzhel di belakangnya.

Bersambung!...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Paper Gray   Kenangan yang ingin dilupakan

    Yura mengedarkan pandangnya mengamati setiap ruangan yang ada di apartement milik Aera yang baru tiga jam lalu disewa sahabatnya itu.Lain halnya dengan Yura yang masih ragu untuk membiarkan Aera tingga sendiri di apartement kecil berlantai tujuh itu, Aera sang pemilik apartement justru dengan sibuk membenahi barang-barang seadanya yang dia miliki."Aera?" panggil Yura memberhentikan aktifitas wanita bersuai coklat itu."Apa kau yakin akan tinggal disini sendirian?"Aera mengangguk untuk merespon pertanyaan dari Yura."Tinggal di rumahku saja." ajak Yura "Saat ini kau sedang hamil, bagaimana jika terjadi sesuatu denganmu? Intinya aku tidak membiarkanmu tinggal seorang diri sendiri disini." ucap Yura seraya meraih ganggang koper milik Aera lalu menariknya ingin membawa koper itu keluar dari dalam apartement yang cukup sempit itu.Aera dengan cepat menahan kopernya membuat Yura langsung menoleh kebelakang dan mendapati empuhnya kop

  • Paper Gray   Formulir Perceraian

    Mobil berwarna putih yang dikendarai oleh Yura berhenti tepat di depan kediaman keluarga Marghero, tak beberapa lama kemudian Aera dan Yura keluar dari dalam mobil dengan waktu yang nyaris bersamaan.Aera melangkah memasuki kediaman keluarga Marghero disusul Yura yang setia mengekor di belakang.Alex yang baru saja berniat berangkat ke restauran miliknya tiba-tiba memberhentikan langkahnya kala Aera berjalan memasuki ruang keluarga kediamannya."Aera?" Gumam Alex kaget, hal itu spontan membuat Dhexsel yang berada di ruang keluarga langsung ikut menoleh kearah ambang pintu ruang keluarga, senyum senang langsung terpatih di wajah milik Dhexsel, ia sudah menduga bahwa istrinya itu akan kembali ke rumah.Seorang pelayan berlari menuju kamar Nyonya Lena, untuk menjalankan perintah wanita paruh baya itu, tiga jam yang lalu sebelum beranjak menuju kamarnya, Nyonya Lena berpesan pada sang pelayan agar memberitahukannya jika Aera kembali, dan alhasil pelayan itu k

  • Paper Gray   Keputusan Aera

    Yura melangkah berlahan menghampiri Eren, sementara wanita yang dihampiri itu sudah mulai kalang kabut."Kenapa Eren?" tanya Yura dengan nada mengejek "Kenapa kau begitu ketakutan melihatku tapi kau begitu tak tahu malunya datang menemui Aera." lanjut Yura yang kini sudah berdiri begitu dekat dengan Eren.Buukkk!.. Satu tamparan keras membuat Eren langsung terhuyun kebelakang seraya memegangi pipinya yang terasa berdenyut dan perih, mendapati kejadian itu semua orang yang tadinya sibuk akan aktifitas mereka kini terfokus menatap Eren dan Yura dengan pandangan penuh tanya dan bingung.Yura menjambak rambut milik Eren tepat di tengah-tengah kepalanya memaksa agar wajah wanita berambut pirang itu terangkat ke atas agar semua orang dapat dengan jelas melihat wajah milik Eren."Hallo semuanya!" ucap Yura dengan suara yang lantang tak mempedulikan Eren yang sudah memohon agar melepaskan dirinya."Perhatikan wajah wanita ini baik, baik." lanjut Yura seray

  • Paper Gray   Pertemuan Yura dan Eren

    Aera berjalan cepat menghampiri Yura sementara Arzhel masih berdiri di area loby berpura-pura melihat papan buletin rumah sakit namun dalam jarak yang masih bisa mendengar pembicaraan Aera dan Yura."Kau sudah makan?" tanya Yura dengan cepat Aera menggeleng dengan sesekali terlihat resah menatap kearah lift takut-takut Eren muncul dari sana."Sudah ku duga kau pasti belum makan. Ini," ucap Yura seraya menyerahkan rantang di tanganya kearah sahabat karibnya itu "Aku sudah menyiapkan makan siang untukmu." lanjutnya.Aera dengan cepat meraih rantang yang diserahkan Yura padanya "Ayo! Temani aku makan di luar," ajak Aera membalikan paksa tubuh Yura sedikit mendorongnya kearah pintu loby.Yura menyerengit mendapati gelagat aneh wanita bersuai coklat itu dengan cepat Yura memberhetikan langkahnya lalu membalikan tubuhnya kerah Aera yang kini terlihat gugup."Ada apa denganmu, Aera? Kenapa kau terlihat aneh sekali," tanya Yura dengan tatapan penuh selidik

  • Paper Gray   Percakapan Eren dan Aera

    Eren masih belum mendapat respon dari Aera atas ajakanya yang meminta istri sah dari Dhexsel Marghero itu untuk bicara."Atau perlu kita bicara disini, Aera?" ucap Aren kembali membuat Aera sedikit tersentak kemudian bangun dari tempatnya terduduk, Aera berpikir tempatnya bekerja bukanlah tempat yang cocok membahas masalah pribadi mereka terlebih banyak orang yang berlalu lalang disekitar mereka."Ayo!.. Kita pergi bicara ke atap," ajak Aera seraya memimpin jalan menuju ke lantai paling atas rumah sakit tempatnya bekerja.Arzhel awalnya ingin mengabaikan dua wanita yang baru saja melewatinya itu menuju lift namun hati kecilnya meminta Arzhel untuk pergi mengikuti Aera dan Eren, akhirnya Arzhelpun mengikuti kemana Aera dan Eren pergi meskipun tingkahnya itu bukanlah sebagai tingkah yang dapat disebut bijak karena dia mengikuti dua orang wanita secara diam-diam.***Di atas atap rumah sakit, Eren dan Aera kini saling berhadapan kencangnya angin

  • Paper Gray   Mandul

    Arzhel yang kala itu tengah duduk disalah satu kursi yang ada di caffe taria rumah sakit terlihat gelisah, matanya jelalatan mencari-cari seseorang. Alan yang duduk tepat dihadapan Arzhel terlihat terganggu akan tingkah Arshel yang sesekali berdiri menatap kearah pintu masuk caffe taria."Alan apa benar hanya ini satu-satunya caffe yang ada di rumah sakit ini?" tanya Arzhel tanpa menatap lawan bicaranya."Hmm!.. Benar. Memangnya siapa yang sedang kau cari Arzhel?""Gadis itu," sahut Arzhel cepat masih tak menatap lawan bicaranya."Gadis itu?" gumam Alan "Gadis yang mana?" lanjutnya.Arzhel menghela nafas dalam lalu mendudukan tubuhnya kembali ke atas kursi, ia menatap makanan yang dipesanya dengan tidak berselera "Gadis yang waktu itu adu jotos denganku.""Aaahh!... Perawat itu." sambar Alan ketika ia mulai mengingat kajadian saat Arzhel merasa kesal setelah menerima hasil labnya."Aku ingin minta maaf pada gadis itu, setelah ku

  • Paper Gray   Jadwal milik Aera

    Alex yang berada dalam kamarnya bernafas lega begitu mendapat panggilan telpon dari Huan yang memberitahukannya bahwa Aera dalam keadaan baik-baik saja dan kini menginap dirumah Yura."Terimakasih atas informasi mu, Huan." ucap Alex sebelum mengakhiri panggilan telponya.*****Dhexsel beranjak keluar dari dalam kamarnya, ia keluar menuju ruang makan berharap akan menemukan sosok istrinya yang tengah mempersiapkan sarapan seperti pagi-pagi biasanya.Namun sesampainya di ruang makan Dhexsel harus menerima kekecewaan begitu melihat tak ada sosok Aera disana."Apa ada yang anda butuhkan, Tuan?" tanya seorang pelayan paruh baya pada DhexselDhexsel menggeleng lemas menjawab pertanyaan pelayannya itu, kemudian dengan langkah berat ia berjalan gontai menuju ruang tamu.Jujur, saat ini Dhexel sangat merindukan Aera. Semalaman lelaki itu tak bisa tidur karena memikirkan Aera, ia menelpon ribuan kali ke ponsel sang istri namun ponsel itu

  • Paper Gray   Bunuh Diri

    Aera berjalan gontai membawa hatinya yang telah hancur, tak ada tujuan dan tak ada perencanaan sebelumnya, ia hanya segera ingin keluar dari kediaman keluarga Marghero tanpa perencanaan terlebih dahulu alhasil wanita berambut coklat gelap itu hanya berjalan tapi tak memiliki arah dan tunjuan.Aera menangis, ia sudah tak memperdulikan tatapan orang-orang padanya, mungkin saat ini jika dia memiliki orang tua dia akan berlari ke rumahnya menceritakan semua isi hatinya, tapi Aera harus menahan keinginan itu karena kedua orang tuanya telah tiada, satu-satunya keluarga yang dimiliki Aera adalah keluarga suaminya, Marghero.Aera terjatuh tepat di pinggir jembatan kembar, kakinya sudah tak sanggup lagi melangkah setelah tiga jam lamanya ia memaksa kaki itu untuk berjalan tanpa tujuan.Aera menatap kakinya, ada bercak luka disana. Luka lecet yang tak terasa meski mengeluarkan darah segar, siapa yang akan menyangka luka gaib yang ada di hati akan memanipulasi rasa sakit d

  • Paper Gray   Kotak Hadia

    Alex menghampiri Dhexsel setelah kepergian Eren. Lelaki itu kini berdiri tepat disamping sang adik.Dhexsel menatap Alex sekilas kemudian kembali menatap kosong kedepan sembari berkata "Jika kau datang hanya ingin menyalahkan ku atas apa yang terjadi sebaiknya kau menundanya sampai besok, karena saat ini aku tak memiliki tenaga sedikitpun untuk meladeni mu, Kak Alex."Alex hanya tersenyum getir, ia tak menyangka bahwa adik kesayangannya itu akan merusak kehidupan rumah tangganya sendiri dengan perselingkuhan."Aku tidak berniat sedikitpun ingin memarahi mu, karena aku tahu sekarang kau pasti tengah menyesali perbuatan mu. Aku tidak memarahi mu bukan berarti aku membenarkan perbuatan mu, bagaimanapun dan dilihat dari sudut pandang manapun tindakan mu itu tetaplah salah, Dhexsel." Balas AlexAlex berbalik hendak meninggalkan Dhexsel namun langkahnya terhenti, ia kemudian kembali menatap kearah sang adik "Apa kau sudah tak mencintai Aera lagi?"Sponta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status