Share

Paper Gray
Paper Gray
Penulis: Mutia Haera

Kehamilan Aera

Aera mengangkat tinggi-tinggi tes pek putih yang ada di tangannya ke arah Yura agar wanita berkaca mata itu dapat melihat dengan jelas dua garis merah yang terukir di tes pek tersebut.

"Positif!!" Yura berkata dengan nada tinggi.

Aera mengangguk membuat sahabat karibnya itu meloncat bahagia, Yura yang tak dapat membendung kebahagiaanya akan berita kehamilan Aera dengan segera berlari memeluk wanita bersuai coklat gelap di hadapannya itu dengan sangat erat.

"Yura!.. Yura!.. Anai Yura!!.. Hati-hati," Aera berucap sembari melepas pelukanya pada wanita berkaca mata itu.

Mata hitam Aera kini tertuju pada perut yang membuncit itu. Aera sangat panik ketika Yura meluapkan kebahagiaanya dengan cara melompat-lompat ringan seakan tak ada beban berat bersemayam di perutnya.

Tangan Aera terulur menuju perut wanita berkaca mata itu "Kau ini ada-ada saja, Yura. Kau bahkan melupakan kondisi mu yang tengah mengandung saat ini."

Yura hanya tersipu malu mendengar ucapan Aera yang benar adanya. Perkataan Aera memang benar, terkadang wanita berkaca mata di hadapanya itu sering sekali melupakan fakta bahwa dirinya kini tengah mengandung lima bulan.

"Hehehe!!" Yura hanya terkekeh kecil merespon perkataan Aera.

"Kau tahu Aera! Entah mengapa mengetahui kau telah hamil betul-betul membuat ku bahagia. Aku bahkan jauh lebih bahagia mengetahui berita kehamilanmu dari pada saat aku mengetahui berita tentang kehamilanku sendiri," tutur Yura dengan wajah yang masih setia memamerkan tawa riang.

Aera menggeleng pelan "Kau ini ada-ada saja." ucapnya.

Yura memandang Aera dengan wajah yang cukup serius, tapi tentu saja keseriusan di wajahnya itu tidak dapat menutupi kebahagiaan di paras ayunya.

"Apa kau sudah memberitahukan Dhexsel tentang kehamilanmu?"

Dengan senyum Aera menggeleng pelan, ia kemudian menatap Yura intens "Aku akan memberitahukan Dhexsel tentang kehamilanku ini nanti, tepat di tanggal dua puluh tiga."

"Tanggal dua puluh tiga, itu berarti dua hari lagi?" Aera mengangguk membenarkan celotehan sang sahabat.

"Bukankah itu masih terlalu lama, Aera. Akan lebih bagus jika kau memberitahukan Dhexsel kabar gembira ini secepatnya. Bila perlu lakukan detik ini, menit ini, jam ini, hari ini juga." Aera hanya tertawa riang memdengar celotehan-celotehan cerewet wanita berkaca mata itu.

"Sebelum memberi pendapat kenapa kau tidak bertanya terlebih dahulu tentang alasanku. Kenapa aku memilih tanggal dua puluh tiga itu untuk memberitahukan Dhexsel akan kabar kehamilanku ini,"

Yura menyerengit heran sembari melontarkan pertanyaan singkat "Kenapa?"

"Tanggal dua puluh tiga februari nanti adalah hari pernikahan kami, Yura. Dan aku ingin memberikan Dhexsel hadia pernikahan kabar tentang kehamilanku ini."

Mendengar penjelasan yang dilontarkan Aera spontan Yura langsung menganga kaget. Maklum, wanita berkaca mata itu memiliki penyakit pelupa akut jadi wajar jika dia melupakan tanggal pernikahan Aera dan Dhexsel.

Jangankan tanggal pernikahan Aera dan Dhexsel tanggal pernikahannya sendiri dengan Shampun wanita berkaca mata itu lupakan, bukankah dia sudah dapat dikategorikan sebagai istri yang lumayan durhaka.

"Aku yakin Dhexsel pasti akan sangat senang menerima hadia dari mu." ucap Yura yang langsung disambut oleh anggukan pelan dari Aera.

Aera memasukan tes pek yang diperlihatkannya pada Yura itu ke dalam kotak berwarna coklat tua sebelum kemudian mengikat kotak tersebut menggunakan pita berwarna gold.

Sesekali Aera tertawa kecil begitu menatap kotak yang akan dijadikanya sebagai hadia pernikahan untuk Dhexsel. Selain tes pek dengan dua garis merah dalam kotak tersebut juga diletakan sebuah kartu memo berwarna hitam dengan tulisan 'aku hamil' yang ditulis tangan oleh Aera menggunakan tintah berwarna Gold.

Aera kembali mengelus-elus kotak yang akan menghantarkan kabar gembira pada Dhexsel itu "Ku harap waktu cepat berlalu, Dhexsel. Aku sudah tidak sabar ingin memberikan ini pada mu." Gumam Aera riang.

Yura yang kala itu ada di hadapan Aera langsung ikut tersenyum melihat wajah berseri bahagia milik sahabatnya itu, kehamilan Aera adalah kabar yang sangat membahagiakan bagi Aera, Dhexsel dan keluarga besar mereka mengingat bahwa selama ini Aera dan Dhexsel memang sudah sangat lama menantikan kehadiran seorang anak dan kini impian mereka berdua terkabulkan tepat di tiga tahun usia pernikahan mereka.

***

Di sebuah ruangan seorang lelaki tampan menatap nanar kertas hasil pemeriksaanya beberapa hari yang lalu, lelaki dengan sorot mata tajam itu seakan tak percaya begitu mengetahui hasil pemeriksaan kesehatannya.

"Arzhel?" panggil sang Dokter berusaha membuat lelaki bernama Arzhel itu kembali pada kesadarannya.

Arzhel tersenyum lirih "Alan?" panggilnya pada sang Dokter "Kau pasti sedang bercanda bukan? Ini pasti bohong, aku tidak mungkin__" ucapan lelaki bernama Arzhel itu terhenti kala ia melihat penyesalan di mata sang Dokter yang juga sekaligus sahabatnya itu.

Dengan perasaan putus asa Arzhel menggenggam kuat kertas hasil lab itu lalu bekata dengan nada yang berat "Rahasiakan ini dari Ayah dan juga Kakakku, Alan." Dengan cepat Dokter bernama Alan tersebut langsung mengangguk tanda setuju sebelum kemudian Arzhel melangkah meninggalkan ruangan sang Dokter.

Arzhel berjalan gontai membawa langkah kakinya yang berat untuk menyusuri area koridor rumah sakit sebelum kemudian Buukk!.. Arzhel terjatuh lemas di lantai, ia ingin berteriak menyalahkan takdir atas apa yang menimpanya saat ini namun sebisa mungkin lelaki tampan itu mengontrol emosinya.

Aera menyerengit begitu melihat seorang lelaki terduduk lemas di lantai dengan cepat ia berlari menghampiri lelaki itu, tanggung jawab dan kewajibannya sebagai seorang perawat membuat kakinya berlari tanpa terkontrol hanya untuk membantu lelaki yang terduduk lemas di lantai.

"Kau baik-baik saja Tuan?" tanya Aera dengan wajah panik matanya yang bulat jerni memandang khawatir kearah Arzhel.

"Hm!.. Aku baik-baik saja," jawab Arzhel seraya beranjak berdiri dan dengan sigap Aera membantunya dengan cara memegang lengan kekar lelaki itu.

Aera berjongkok mengambil kertas yang terlepas dari genggaman Arzhel sebelum kemudian Aera berteriak memanggil lelaki itu "Permisi Tuan!" teriak Aera seraya berlari kecil menghampiri lelaki yang telah berada jauh meninggalkannya "Tuan, kau menjatuhkan ini." ucap Aera seraya menyodorkan kertas yang dijatuhkan Arzhel.

"Buang saja," ucap Arzhel dingin dan pelan.

"Ah?" seru Aera bingung karena dia tak mendengar dengan baik ucapan lelaki yang ada di hadapannya itu.

"Tuan ini__"

"KU BILANG BUANG SAJA!.." teriak Arzhel memenggal ucapan Aera bahkan membuat wanita cantik itu tersentak kaget akan suaranya yang keras "APA KAU TULI?!" pekik Arzhel kearah Aera.

Aera yang tak terima akan perlakuan kasar Arzhel setelah niat baiknya langsung melemparkan kertas yang ada di tanganya kearah wajah Arzhel "Hanya karena aku memanggil mu Tuan bukan berarti aku pelayanmu, jika kau ingin membuangnya maka buanglah sendiri." balas Aera seraya melangkah pergi meninggalkan Arzhel yang telah sukses dibuatnya kesal.

"Berhenti!.." ucap Arzhel namun tak digubris oleh Aera, wanita cantik itu hanya terus melenggang pergi.

"KU BILANG BERHENTI!!!.." terika Arzhel dan tentu saja teriakan itu sia-sia saja karena Aera tak menggubrisnya.

"Apa dia pikir aku ini pembantunya yang harus menuruti semua perintahnya, dasar lelaki kasar dan tak beretika." dumel Aera kesal seraya mempercepat langkahnya mengabaikan teriakan-teriakan Arzhel di belakangnya.

Bersambung!...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status