Pernyataan dari Mischa membuat Catharina mengetahui sosok lain dari pria tampan itu. Yang semula Catharina ingin memberitahukan tentang Darren pada Mischa, hal itu dia urungkan karena Mischa sendiri sudah mengetahuinya. Terlebih lagi dengan keadaan keluarganya dan juga Mischa sendiri sudah mengetahui kebiasaan sang ayah.
Kini Catharina menjadi bingung. Dia sudah kepalang basah dengan perjanjian yang dia buat sendiri.
"Kau tidak perlu takut padaku, karena aku tidak akan mencelakaimu. Aku hanya membutuhkanmu sebagai partner, berbeda dengan Darren. Terlebih lagi pria itu sudah menyakitimu." Mischa berdiri dan membalikkan badannya. "Perlu kau ingat. Untuk saat ini kau adalah milikku, jadi orang lain tidak ada yang boleh menyentuhmu. Jika sampai hal itu terjadi, maka aku akan membunuh siapa saja yang berani mengganggu atau menyentuhmu!"
Catharina terkejut dengan perkataan Mischa. Gadis itu hanya bisa menatap punggung Mischa hingga hil
Selamat malam readers. Malam ini aku up bab 14. Jika suka dengan bab ini, yok vote 🥰
Darren tampaknya terkejut dengan ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Mischa. Pria itu menatap sengit pada Mischa. Darren tidak menyangka jika Mischa akan mengetahui setiap detail masalah yang sedang dihadapinya.Bahkan Darren bisa melihat dari sorot mata Mischa, jika Mischa itu bukan orang biasa. Darren menebak jika sosok Mischa ini orang yang sangat berpengaruh.Tawaran yang diberikan oleh Mischa pada Darren tidak serta merta langsung diterima oleh Darren. Pria itu belum menyetujui tawaran itu. Memang tawaran diberikan oleh Mischa sangat menggiurkan, tapi Darren sepertinya tidak tertarik. Darren begitu dingin menanggapi tawaran Mischa. Dengan tatapan dingin dan tajam Darren terus menatap Mischa."Bagaimana? Apa kau tidak tertarik?"Kedua netra itu saling pandang. Tatapan mereka saling beradu dengan ekspresi yang berbeda. Mischa masih terlihat sangat ramah dengan memberi seny
Adu argumentasi terjadi di lobi yang membuat sekrestaris itu harus mengalah. Beberapa petugas keamanan juga melarang wanita itu agar dia tidak naik ke atas dan masuk ke dalam ruangan Mischa."Kalian ini tidak tahu siapa aku, hah!" serunya dengan suara lantang."Bukan kami tidak tahu siapa anda, tapi kami hanya menjalankan perintah tuan muda," jawab salah satu petugas keamanan."Cih, perintah macam apa ini!" seru wanita itu seperti sedang menghina dan perilaku itu hanya membuat orang-orang yang ada di sekitar lobi menggelengkan kepala serta berbisik-bisik.Wanita tua yang berumur sekitar 50 tahun itu hanya menjadi pusat perhatian di sana."Lihat apa kalian!" bentak wanita itu dengan keras dan kasar. Semua hanya menatapnya tanpa merespons. "Semua tampak memuakkan!" umpatnya kemudian meninggalkan lobi menuju tempat parkir.Saat wanita itu hendak masuk ke dalam mobil, matanya menyipit memperhatikan sebuah mobil yang baru saja melaju."Anak sialan. Berani sekali kau memperlakukanku seperti
Darren menarik kasar tangan Catharina. Padahal mereka berada di tempat umum dan mereka berdua menjadi pusat perhatian. Catharina sendiri mulai memberontak dengan kuat, tapi apalah daya seorang wanita. Tenaga Cat tidak sebanding dengan tenaga Darren."Darren, lepaskan aku!" teriak Catharina."Ayo, cepat ikut aku," seret Darren dengan kasar. Catharina sempat menoleh ke belakang dan berteriak memanggil nama Mischa."Darren!" teriaknya lantang dan menggelegar membuat orang-orang yang ada disekitar fokus menatap Micha dan juga Darren yang menarik Catharina dengan paksa.Tanpa aba-aba dari tuannya, dua orang pengawal Mischa langsung mengejar Darren. Tatapan mata Mischa benar-benar menakutkan. Dia pun melangkah dengan santai dan memasukkan ke dua tangannya ke dalam saku celana."Kau pikir, kau bisa lolos dariku? Aku sudah memberimu dua pilihan, jika kau tidak bisa memilih salah satunya atau bahkan ke duanya ... jangan salahkan aku jika aku bertindak brutal!"Mischa melangkah keluar dari tempa
Darren melemparkan tas selempang milik Catharina ke sebuah ranjang kecil. Pria itu sempat melirik tas tersebut sebelum akhirnya dia duduk di kursi kayu.Senyum licik menghiasi bibir Darren. "Kau pikir aku takut berurusan denganmu?"Darren melihat lampu LED berkedip-kedip, dia langsung bangkit dari duduknya dan mendekati tas itu. Darren meraih tas itu dan langsung membukanya. Darren melihat layar ponsel yang berkedip-kedip dan membuat Darren berdecak kesal."Kurang kerjaan sekali orang ini, huh!"Darren melempar ponsel milik Catharina ke meja kayu. Dia tidak peduli dengan panggilan telepon yang masuk ke ponsel itu. Tentu saja nama si pemanggil membuat Darren semakin marah."Sampai di sini seharusnya dia paham!"Darren menyepak kaleng minum yang tergeletak di lantai. Kaleng itu melesat menyentuh dinding dan memantul kembali jatuh ke lantai. Darren meraih sekotak rokok dan menyulutnya. Pria itu menikmati dan memainkan asap rokok di depan sebuah kaca."Aku paling tidak suka, jika masalah p
Tubuh itu terbaring di atas ranjang cukup lama dan di sampingnya tertidur seorang gadis dengan ke dua tangannya dijadikan sebagai bantal.Empat jam sudah Mischa tertidur setelah pria itu diberi obat oleh dokter pribadinya. Catharina terbangun dari tidurnya saat seorang pengawal pribadi Mischa membangunkannya."Nona Berntsen," katanya mengguncangkan pelan tubuh Catharina.Catharina perlahan membuka matanya. Dia lantas melihat John pengawal pribadi Mischa berdiri di dekatnya."Ada apa?" tanya Catharina sambil mengusap matanya."Nona Berntsen, anda lebih baik tidur di sofa. Biar saya yang menjaga tuan muda," lanjut John."Tapi ... ah, baiklah." Catharina akhirnya menuruti John. Dia beranjak dan melangkah menuju sofa yang tidak jauh dari ranjang. Selimut dan bantal sudah disiapkan oleh John. Catharina pun merebahkan tubuhnya di sofa empuk itu.Suasana gelap berganti terang. Pagi mulai menyapa dan menerangi bumi. Catharina menggeliat pelan saat sentuhan sinar mentari pagi meraba kulitnya. D
Marcel melangkah dengan hati yang tidak tenang. Tentu saja, hati Marcel campur aduk. Anak mana yang mau terima jika dia harus dibanding-bandingkan dengan saudara tirinya. Marcel Brown adalah anak semata wayang Gilly Brown. Gilly Brown menikahi Baren Wagner karena ada alasan tertentu. Semua mungkin tidak tahu, tapi Mischa sudah bisa membacanya. Kini, Gilly memaksa Lucy untuk mendekati Mischa. Hal itu dia lakukan untuk putra semata wayangnya, Marcel. Tentu saja Lucy tidak suka dengan ide gila dari Gilly Brown, akan tetapi akhirnya gadis itu menyetujuinya. Entah pengaruh apa yang Gilly berikan pada Lucy, sehingga gadis itu takluk dan menurutinya. Sebenarnya Lucy tidak menyukai Mischa, karena sikap Mischa yang tidak bisa ditebak. Bahkan Lucy tidak menyukai sikap kasar dan arogan dari seorang Mischa. "Bagaimana? Bukan tante tidak menyetujuimu kau mendekati Marcel, tapi tante ingin kau mendekati Mischa. Itu saja." Lucy terdiam menatap Gilly dan dia pun mencerna kalimat yang baru dia den
Mischa yang sudah mengetahui kebenaran yang sesungguhnya menjadi murka. Beberapa waktu terakhir memang Mischa tidak akur dengan Baren, sang ayah. Namun, jika sesuatu terjadi pada sang ayah tentunya Mischa akan marah. Terlebih lagi cara ibu tirinya yang licik.Saat itu juga Mischa menyuruh Marsya dan ayahnya untuk pulang. Mischa pun berpesan pada Marsya jangan pernah meninggalkan ayahnya sendirian. Mischa berencana akan pulang ke rumah untuk memberi pelajaran pada wanita iblis itu.Mischa juga menyuruh Catharina untuk pulang terlebih dahulu dan Mischa kembali ke kantor untuk mengurus sesuatu yang tidak bisa dia tinggalkan. Namun, di dalam ruangannya Mischa tidak bisa fokus dengan kerjaannya. Pikiran Mischa benar-benar melayang pada wanita iblis itu."Sial. Kenapa wajah licik wanita iblis itu terus membayangiku?" Mischa menutup semua berkas yang ada di atas meja. Dia serasa ingin berteriak keras. "Ah, brengsek!" umpat Mischa.Pria itu melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul
Mischa terbangun di pagi hari karena isak tangis Catharina. Dia masih merasakan sakit di bagian kepalanya. Catharina duduk menyandar pada headboard ranjang dan dia memeluk kedua kakinya yang ditekuk. Mischa yang melihatnya terlihat bingung."Ke-kenapa kau lakukan itu padaku?" kata Catharina terisak."Melakukan apa maksudmu?" sahut Mischa sambil memegangi kepalanya.henti Catharina tidak merespons Mischa, dia hanya menangis tiada henti. "Kenapa tangismu justru semakin kencang, hah? Apa kau tidak lihat aku sedang merasakan sakit kepala yang luar biasa." Suara Mischa semakin meninggi."Kau memang benar-benar tidak punya hati!" Catharina melempar satu style pakaian Mischa tepat di muka Mischa. Catharina sungguh tidak bisa membendung rasa sakit itu. "Lihatlah apa yang kau lakukan padaku semalaman? Tidak ingatkah kau melakukan apa? Kau malah meninggikan suaramu dan hanya bisa marah-marah. Kau benar-benar seperti iblis jika dalam keadaan mabuk." Catharina meraih pakaiannya yang tergeletak di l