Share

4.1 Terbuang

ROY KU HARAP KAU SEMBUNYIKAN DIA SAMPAI WAKTUNYA KEMBALI NORMAL. JANGAN PERNAH KEMBALI KE ISTANA SAMPAI AKU MEMBERITAHUMU.

YANG MULIA SEMOGA ANDA SELAMAT.

"R-o-y, hati-hati."

 "Yang Mulia pangeran sadarlah, kami tidak berniat melakukan ini!" Prajurit istana menekan tombak mereka  di tengah pedangnya yang menyilang.

"Kalian mulai melawanku? Bahkan ibuku juga?" Kata pangeran lantang. Sang ibunda ratu yang menepi terlihat kesal dan maju ke tengah mereka untuk menghentikan peperangan.

"Cukup!" Serangan terhenti karena suara wanita paruh baya itu. Dia mulai menampar wajah pangeran sampai suara terdengar keras dan orang di sana juga ikut takut serta cemas dengannya.

"Apa yang kau lakukan? Melindunginya? Kau pikir kau siapa? Kau tidak pernah memikirkan posisimu dan ibumu? Pangeran--"

"Roy  telah memberontak dan kau ikut melindunginya? Aku tidak percaya semua ini. Inikah yang kau rencanakan?" Ratu sangat murka.

"Sekarang. Ini hasil yang kau terima kau dikhianati oleh pengawal dan dewi mu sendiri. Bahkan kau tidak bisa lari dari hukumanmu. Aku sudah melakukan tugas sebagai ibu ratu untuk melindungimu dan kau membayarnya dengan perlawanan." Ratu memanas dan mulai memijat kepalanya sehingga pengawal dan kasim harus membopongnya karena ia tak sanggup berdiri.

"Kurung dia di dalam gua api. Jangan biarkan dia keluar selamanya."

"Yang Mulia. Pangeran tidak benar-benar melakukannya tolong beri kelonggaran untuknya. Dia hanya..."

"Pak Han! Kau ingin dihukum juga?"

"Ti-tidak Yang Mulia,"

"Dengar, aku tidak ingin berita ini tersebar ke klan iblis."Katanya dan segera melakukan penghapusan memori, dengan kekuatan Yang Mulia Ratu Cheon ia berhasil menghilangkan ingatan semua yang ada di sana. Semua saksi tiba-tiba terkapar pingsan dan tidak ingat siapa pangeran dewa itu. 

Roy membawaku entah ke mana, siang dan malam kami berlari tujuh hari dan tujuh malam ku lalui bersama Roy. Bahkan aku lupa makan dan minum begitu juga dengan Roy. Ah, tetapi dia dewa dan makhluk seperti itu tidak butuh hal itu, namun aku........

BUTUH SEMUA! BRRAAAK!!! Roy berdiri tegak sambil terkejut mendengar suara itu dan tiba-tiba merasa lebih ringan dari sebelumnya. Ia pun akhirnya menoleh.

Aku  jatuh dari punggungnya dan momen  ini sungguh memalukan karena seluruh badanku mendarat  tengkurap di atas lumpur.  "Roy! aku seperti kotoran ini!"  Roy menghampiriku dan berubah wujud lelaki manusia tampan, lalu mengangkat tubuhku di kedua lengannya.  "Kau tidak apa-apa, dewi?"

"Kau!"tiba-tiba lapar dan hausku hilang karena emosi ku, badanku bergetar dan ikut memanas.

" KAU MAKHLUK TAK PUNYA PERASAAN DAN PEMAHAMAN. SEHARUSNYA KAU BERHENTI DAN CARI PENGINAPAN DAN MAKANAN, MINUMAN, PAKAIAN DAN HIBURAN BUKANNYA BERLARI BERHARI-HARI DAN TAK TAU DIRI BERTANYA KEPADAKU APAKAH AKU BAIK- BAIK SAJA?  AKU LAPAR AKU HAUS AKU MAU MANDIIIIIII." 

Roy menatapku datar yang melihatku telah cemberut. Ia menurunkanku. "Maaf dewi aku lupa kau membutuhkan itu. Maaf juga karena aku terlalu takut ketahuan dan lupa kau membutuhkan itu."

"ROY, mari cari tempat istirahat pandanganku berkunang-kunang." Aku membungkuk merasa perutku melilit dan berusaha duduk namun gagal karena terlalu menyakitkan. Roy menangkap lenganku dan mengendong ke punggungnya.

"Biarkan aku membawamu seperti layaknya manusia. Aku akan membawamu ke penginapan dan memberimu makan." Sekarang dia berubah menjadi manusia sikapnya seperti gentlemen. Namun, tetap saja rasa pekanya terlalu terlambat. Aku sudah maag begini ia baru sadar. Sepertinya aku bukan maag lagi, tetapi asam lambungku sudah naik ke atas, dan. "HOOOEK." Aku memuntahkan isi perutku ke samping dan Roy lagi-lagi terkejut.  Dia menurunkanku dan membaringkan ku di bawah pohon. Aku meringkuk sambil memegangi perut. "Dewi kau sakit?"

Aku menengok dan menatapnya kesal. Ku rasa bersamanya pilihan yang tidak tepat dia orang yang tidak punya akal dan perasaan, dan konyol saja aku mati di tangannya karena terkena GERD (penyakit lambung). Mungkin besok aku hanya tinggal nama di atas papan kematian yang bertuliskan Miranda Papylova RIP.

"Dewi kau semakin pucat." Pangeran kau salah besar menitipkanku kepadanya. "Dewi... kau di sini saja tunggu aku sebentar."

Dia mau lakukan apa  lagi? Aku merasakan bayangan lelaki itu tidak ada di belakangku. " Roy... kau mau apa?  Roy?"

"-kau tidak membiarkanku sendiri kan?" Aku menengok ke belakang dan benar saja dia menghilang. Miris!! Aku sendirian lagi. Aku Miranda seperti benda yang dicampakkan pemiliknya, tiba-tiba angin sepoi-sepoi mulai menampar rambut dan wajahku lalu memuliskan kata di dahiku.

TERCAMPAKKAN

***

Di Gua Api,  Yang Mulia pangeran dibawa ke dalam oleh prajurit istana. Tiba-tiba saja kehadiran pengawal ratu yang bernama Laoyi berhasil  menghipnotis penglihatan semua yang ada di sana sehingga mendadak saja mereka pingsan. Laoyi mengambil kesempatan itu membuat kesepakatan dan berbicara padanya.

"Pangeran,"  ia melepaskan rantai borgol dan pangeranpun terkejut.

"Laoyi apa yang kau lakukan? Bagaimana bisa kau melanggar Yang Mulia Ratu."

"Pangeran Yang Mulia ratu mengutusku untuk membebaskanmu. Kau harus lari dari sini dan pergi jauh jangan kembali ke istana."

"Lalu bagaimana dengan hukumannya?"

Laoyi berlutut, "hamba siap menerima titah ratu menggantikan Anda."

"Tidak, siksaan di sini begitu berbahaya. Kau ikut saja bersamaku. Aku akan melindungimu atau ... aku tetap di sini dan menerima hukumanku."

"Yang Mulia Anda tidak perlu mengkhawatirkan saya, ini sudah termasuk tugas  yang paling mulia untuk saya. Saya akan tetap menggantikan Anda. Anda harus bebas dari tempat ini."

"Tetapi..." belum sempat ia menyanggah si pengawal itu memotongnya.

"Yang Mulia! Tolong ringankan pekerjaan saya. Saya mohon dengarkanlah perintah ratu."

"Tetapi ini tidak masuk akal. Aku berbuat salah melanggar ibunda ratu, dan aku memang harus menebusnya. Bukankah  ini kemauannya?"

"Yang Mulia ratu menyayangi Anda... pangeran. Ia menginginkan Anda aman, sehingga mengutusku kemari." Pangeran terdiam dan akhirnya memutuskan untuk menerima perintahnya.

"Apakah aku salah paham dengannya?" Pangeran berpikir sejenak dan bergumam. 

"Yang Mulia?" Ia melihat pengawal Laoyi yang berlutut dan menyuruhnya bangun.

"Pengawal Laoyi apakah Anda memiliki wasiat untuk menggantikan tugasmu? Aku tidak enak jika kau terus mengorbankan diri demi tugas berbahaya ini."

Ia tersenyum, " Anda sungguh berlapang hati Yang Mulia. Hamba hanya ingin Anda merawat anak manusia yang  saya sembunyikan.  Dia ada bumi selatan. Saya memberi namanya Zingce, ia tumbuh dewasa dan cantik. Saya yakin dia sangat menunggu kehadiran saya namun karena tugas, saya tidak bisa menemuinya. Saya harap Anda menggantikan kehadiran saya dan memberikan kehidupan dan pernikahan yang layak. Saya tidak mungkin bertemu lagi dengannya." Ia mengambil sebuah kotak kalung.

"Berikan ini padanya. Katakan saya meminta maaf meninggalkannya sangat lama."

Pangeran mengambil kotak tersebut setelah itu pengawal  menyuruh pangeran segera pergi dari sana. Saat itu, pangeran pergi mencari Zingce dan mencari kami sementara itu  Yang Mulia ratu telah berhasil menyembunyikan pangeran  dari dunia dewa. Kini Xiao Bai bisa mencari kami.

Aku memeluk perutku dan Roy datang membawa ayam bakar, air dan daun.  Namun, sebelumnya aku telah diceburkannya ke dalam air sungai karena seluruh tubuhku terkena lumpur. Saat itu aku sudah tak berdaya memarahinya dan hanya bertahan dengan marahku.

Ia mencucinya di dalam batok kelapa. Aku tidak tahu daun itu untuk apa? dia mencuci daun itu  hingga bersih lalu  membuat api melalui ranting yang ia bawa tadi. Dalam kondisi seperti ini aku merasa aneh karena tubuh  AI ku ini mulai kembali tidak stabil. Aku bahkan juga tidak seperti manusia. Di dalam perut ini terdapat organ penting yang seharusnya bisa kompromi, dan entah mengapa malah memberontak lagi di momen segenting ini, haruskah aku bersyukur kalau tiba-tiba saja  muntah lagi? 

Roy menggoyangkan paha ayamnya di depan wajahku. "Roy, aku pusing dan mual!" Ia memijat leherku.

"Mana yang sakit?" Aku menunjuk perutku.

"Perutmu sakit?" Ia menyentuh perutku lalu aku menepisnya. "Itu geli!"

"Dewi makanlah." Lalu menyodorkannya. Aku melihat paha ayam itu awalnya sekilas terlihat lezat, aku juga ingin makan tetapi perutku sudah tak baik.

"Roy aku pusing!"

Ia panik akhirnya meminta maaf kepadaku. Aku tak tahu kenapa meminta maaf. Akupun  tak menggubrisnya sama sekali namun setelah itu, dia meremas-remas daun itu lalu memasukkanya ke dalam air hangat. " Minum ini!" Aku menggeser air tersebut dengan tanganku.

Roy yang tampak ragu melihatku lagi, ia tidak tahu harus berbuat apa ekspresinya telah menunjukkannya. Namun, aku sudah kunjung pucat mungkin aku akan pingsan sungguhan. Roy tiba-tiba  mengangkat kepalaku dan memberiku cairan.

"Hmmmm...."

Ia memasukkan cairan tersebut lewat mulutnya ke mulutku, benar-benar kurang ajar. Aku memukuli dadanya namun si Roy tetap mendorongnya  sampai air tersebut masuk ke dalam tenggorokanku, setelah itu aku batuk dan merajuk padanya.

"Maaf aku terlalu lancang, aku tak ada cara lain kau terlihat lemas dan tak bertenaga. Jadi aku hanya punya cara ini." Aku meliriknya kesal.

Lalu aku membuang muka, "kau sering melakukan itu saat wanita sekarat?"

Ia mendekat  ke bahuku sambil menyesal. Aku meliriknya. "Maafkan aku!" Wajahnya memerah.

"Jangan-jangan?" Sekarang aku yang mendekatinya untuk melihat wajahnya yang malu-malu itu.

"Dewi kalau ingin menghukumku. Hukum saja aku sekarang!" Katanya berdiri menahan malunya.

Aku mendongak, "Heish! Lupakan semuanya. Kita berdamai saja!"Rasa mualku perlahan hilang bersama nyeri di dalam perutku, pertolongan darurat Roy telah berhasil walaupun agak sedikit tidak baik caranya. Kamipun berdamai. 

Ia memberikan ku ayam yang lainnya. " Dewi!!" dan kenapa aku malah merasa lapar seperti manusia yang lapar pada umumnya. Aku mengambil potongan paha ayam yang Roy berikan kepadaku. Pelan-pelan aku melahapnya dan meminum sebotol air dari tempat minum bambu.

"Makanlah ini dan perutmu akan baikan lagi?"

"Apa ini? Kau memberikanku daun liar?"

"Itu daun herbal yang ku temui di dalam hutan bisa membuatmu lebih nyaman." Aku terdiam dan berhenti mengunyah. Ingat daun yang ia masukkan ke dalam mulutku. Akupun memerah lagi.

"Soal tadi aku terlalu lancang, aku minta maaf. Pangeran sangat mempercayaiku aku takut dia mencemaskanmu." Sekarang apakah dia mengakui kesalahannya? Ia terlihat merasa bersalah. Dia lalu membuat api unggun untukku dan berusaha memberikanku selimut dari anyaman daun. Setelah kusadari anyaman itu yang membuatnya lama datang menemuiku. Ternyata ia pandai menganyam di tempat lain. Lelaki ini! Aku mengigit daging ayamku lagi.

"Roy..." aku panggil namanya dan ia melihat mataku. Jujur saja aku sempat kagum. Roy itu sebenarnya lebih tampan dari pangeran dewa. Matanya sipit, tajam dan menawan hidungnya mancung, rahangnya tegas dan bibirnya tidak terlalu tebal dan sexy. Kulitnya tan tetapi tidak sawo matang. Ia tipe yang diidamkan oleh semua wanita di duniaku. Rambutnya hitam dan panjang tetapi wajahnya seperti aktor drama korea. Ia mirip Hyunbin versi muda.

"Sejak kapan kamu bisa berubah seperti ini?" Aku tiba-tiba bertanya ke sini. 

"Maksud yang mulia dewi?"aku mulai tersadar pertanyaanku bisa saja terlalu jauh.

"Ah, itu kau berubah menjadi manusia? Apa semua dewa juga bisa melakukan itu?"

"Semua dewa bisa melakukan hal ini, tetapi kami tidak bisa berubah menjadi apapun, kecuali penguasa para dewa."

"Wow, aku baru dengar tentang itu, ceritakan padaku bagaimana dengan negeri para dewa itu. Apakah dewa juga ada putri duyung?"

"Maksudmu penguasa laut?"

"Ya, sejenis itu."

"Putri penguasa laut sangat cantik dan dia sedikit angkuh. Ia punya ekor seperti ikan."

"Jadi kau pernah bertemu dengannya ya?" Roy menatapku lagi.

"Oh, aku bertanya yang tidak seperlunya ya maaf aku lebih baik diam saja?" Aku sambil menggosok-gosok tanganku karena baju yang ku pakai ini telah menipis karena sering tersangkut di ranting dan rumput berduri sehingga ada robekan di sana- sini tetapi tidak seksi. Ini masih tertutup dari atas sampai bawah, hanya saja terlihat seperti gelandangan.

Roy melepaskan baju luarannya dan menyelimuti tubuhku. "Roy tidak perlu begini." Ia mengikatkan pita bajunya ke leherku. 

"Yang Mulia tetap menginginkanmu dalam keadaan aman."

Aku jadi merasa tidak enak menolak terus dan akhirnya mengiyakan perintahnya

(Bersambung)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status