Home / Romansa / Pay Me With Your Body / 11. When Things Get More Complicated

Share

11. When Things Get More Complicated

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2025-05-19 17:52:01

Aveline tidak tahu sejak kapan napasnya berubah begitu berat.

Tubuhnya panas. Terlalu panas.

Dan apa yang barusan bibir Dominic lakukan pada bagian sensitif di bawah tubuhnya, adalah hal yang benar-benar menggetarkan seluruh syarafnya.

Aveline memang belum pernah disentuh seintim dan sepanas ini oleh seorang pria sebelumnya, namun ia juga bukanlah gadis naif yang tak tahu apa pun tentang bercinta, atau hal-hal yang berhubungan dengan itu.

Ia hanya... tak menyangka, bahwa seperti inilah rasanya.

Dominic belum memasukinya, mereka baru memasuki tahap foreplay. Tapi rasanya seperti Dominic telah menarik jiwa Aveline keluar dari tubuhnya hingga berkali-kali.

Mereka belum bercinta, tapi Aveline telah berulang kali mendapatkan orgasmenya.

Keringat mengalir di pelipis Aveline, dan matanya yang setengah terpejam menangkap siluet Dominic yang berdiri berada di atasnya.

Pria itu sedang menatapnya dalam-dalam.

“Apa yang kamu... apa yang terjadi padaku?” Suaranya parau, nyaris tidak kel
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Prita Anindya
kurang hot thorrr... wkwkwk
goodnovel comment avatar
Razee
Pasti kerana jantung kekasih Dominic ada dalam tubuh Aveline. Itulah alasannya untuk bertahan hidup selama ini. Iya kan kak?
goodnovel comment avatar
Bianca
apa aveline pernah operasi jantung??? waah, plot twist
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pay Me With Your Body   15. Apa Kamu Siap?

    Ruangan itu terasa sunyi seketika, hanya terdengar alunan suara ombak yang berdebur halus di kejauhan. Aveline terdiam beberapa detik seraya menatap Dominic seolah pria itu tidak waras, berpikir betapa absurd-nya taruhan yang ia dengar dari mulutnya. Lalu kemudian ia berpikir lagi. Pasti Dominic merasa sepercaya-diri itu karena... sikapnya semalam yang seperti jalang haus sentuhan. Aveline pun menggeleng penuh amarah. “Sebagai informasi, apa yang terjadi semalam itu adalah murni karena obat dalam makanan yang kamu berikan. Itu bukan aku! Aku bukan tipe wanita seperti itu," sergahnya dengan nada suara yang mulai meninggi. Dominic tidak menunjukkan ekspresi terkejut. Ia hanya mengangguk pelan, seolah fakta itu justru menguatkan keyakinannya. “Kamu tidak perlu membela diri, Aveline. Aku tahu itu. Setelah yang terjadi semalam, aku sudah tahu bahwa kamu belum pernah tidur dengan pria mana pun sebelumnya," sahutnya santai, “Jadi bukankah itu artinya kamu tak punya alasan lain

  • Pay Me With Your Body   14. Taruhan

    Aveline memilih diam, tapi bukan karena ia tak mampu membalas ucapan Dominic yang mengundang tadi. Yang begitu terang-terangan membawa arah pembicaraan ke sisi gelap yang tak pantas dibicarakan saat sarapan, karena ia tahu bahwa meladeni pria itu hanya akan membuatnya tenggelam lebih dalam dalam permainan licik yang entah bagaimana selalu dikendalikan Dominic. Maka dengan sisa harga diri yang masih ia miliki, Aveline menegakkan punggungnya dan melanjutkan sarapannya. Suapan demi suapan ia telan perlahan, walau tak benar-benar menikmati rasanya. Setiap gerakannya terasa kaku karena menahan amarah yang mendidih. Tanpa sadar, tatapannya yang penuh kesal sejak tadi tak lepas dan terus terarah pada pria di hadapannya. Dominic yang duduk santai di seberang meja, menerima sorot tajam dari manik biru Aveline itu tanpa terlihat sedikit pun terpengaruh. Seolah sorot penuh permusuhan yang ditujukan padanya tak lebih dari desir angin sejuk di pagi hari. Pria itu hanya sedikit mena

  • Pay Me With Your Body   13. Memberikan Kesenangan

    Aveline menggigit pelan ujung croissant yang mulai kehilangan kehangatannya. Matanya menatap kosong ke arah laut lepas di balik dek, meski telinganya masih menangkap gema dari kata-kata pria itu. Satu pertanyaan. Dan itu disebut sebagai hadiah? Gadis itu mengerjapkan matanya perlahan dan getir. 'Hadiah? Serius? Jadi, dia pikir dengan memberiku kesempatan mengajukan satu pertanyaan itu adalah hadiah? Pria ini sudah menculikku, merudapaksa, memasukkan sesuatu ke dalam makananku tanpa izin, dan sekarang dengan entengnya menyebut satu jawaban darinya sebagai sebuah hadiah? Dasar psikopat.' Jantungnya pun berdegup cepat bukan karena rasa takut, melainkan karena amarah yang begitu ditekan hingga nyaris mendidih dalam diam. Namun Aveline tahu, seberapa pun bencinya ia pada pria ini, seberapa pun ia ingin berteriak dan melempar cangkir porselen ke wajah dingin itu, kenyataannya saat ini dia tidak memiliki kekuatan apa pun untuk melawan. Dominic-lah yang memegang semua kendali.

  • Pay Me With Your Body   12. Satu Pertanyaan

    Suara gemericik halus air yang menetes dari ujung rambutnya, menjadi satu-satunya suara yang terdengar ketika Aveline melangkah keluar dari walk-in closet. Tubuhnya sudah bersih dan segar setelah mandi, dan kini ia mengenakan gaun selutut berwarna kuning lembut yang entah mengapa begitu pas menggantung di bahunya yang ramping. Namun... kamar itu kini kosong. Tak ada lagi Dominic yang duduk santai di sofa dengan tabletnya. Meninggalkan Aveline dalam keheningan, serta perasaan disorientasi yang kembali menyerang. Seketika benaknya pun teringat kembali pada pagi hari kemarin. Saat ia sedang berdiri di atas podium dan disambut tepuk tangan gemuruh, untuk menerima penghargaan sebagai lulusan terbaik. Wajahnya membuncah dengan bangga. Masa depan pun seolah terhampar terbuka di depan matanya. Tapi sekarang.... tepat dua puluh empat jam kemudian, ia telah berdiri di atas superyacht mewah yang sedang berlayar ke tempat antah-berantah. Hidupnya seperti cerita fiksi yang

  • Pay Me With Your Body   11. When Things Get More Complicated

    Aveline tidak tahu sejak kapan napasnya berubah begitu berat. Tubuhnya panas. Terlalu panas. Dan apa yang barusan bibir Dominic lakukan pada bagian sensitif di bawah tubuhnya, adalah hal yang benar-benar menggetarkan seluruh syarafnya. Aveline memang belum pernah disentuh seintim dan sepanas ini oleh seorang pria sebelumnya, namun ia juga bukanlah gadis naif yang tak tahu apa pun tentang bercinta, atau hal-hal yang berhubungan dengan itu. Ia hanya... tak menyangka, bahwa seperti inilah rasanya. Dominic belum memasukinya, mereka baru memasuki tahap foreplay. Tapi rasanya seperti Dominic telah menarik jiwa Aveline keluar dari tubuhnya hingga berkali-kali. Mereka belum bercinta, tapi Aveline telah berulang kali mendapatkan orgasmenya. Keringat mengalir di pelipis Aveline, dan matanya yang setengah terpejam menangkap siluet Dominic yang berdiri berada di atasnya. Pria itu sedang menatapnya dalam-dalam. “Apa yang kamu... apa yang terjadi padaku?” Suaranya parau, nyaris tidak kel

  • Pay Me With Your Body   10. Santapan Terlezat

    Dominic membuka pintu kamar mandi dengan perlahan. Udara dingin segera menyapa kulitnya, berpadu dengan aroma lembut sabun mawar dan vanilla yang menggantung di udara. Suara gemercik air masih terdengar pelan. Sejenak manik coklat dingin itu menyapu ke seluruh ruangan, lalu berhenti tepat di tengah bathtub yang dipenuhi air dingin. Pandangannya terpaku pada Aveline... yang tampak sedang tertidur di dalam sana. Kepala gadis itu bersandar di tepi bathtub, helai-helai rambut pirang basahnya mengambang di permukaan air. Matanya tertutup rapat dengan bibirnya yang sedikit terbuka. Napasnya berhembus halus, namun tubuhnya tampak menggigil pelan. Kulitnya tampak pucat, sebagian tersembunyi di balik riaknya bayangan air. Dominic mendekat dengan langkah yang tenang namun dalam diam, dengan tatapan menelusuri tiap senti tubuh gadis itu. Air memang menutupi sebagian besar tubuh Aveline, tapi transparansi dan pantulan cahaya dari lampu gantung membuat siluetnya tetap samar

  • Pay Me With Your Body   9. Menyerah

    Sepeninggal kedua staf kapal itu, tatapan Dominic kembali menelusuri tubuh Aveline dengan sorot penuh hasrat. Aveline menunduk, menyembunyikan ekspresi wajahnya yang merah padam karena malu dan juga... sesuatu yang tak bisa ia definisikan. Gelombang panas dari perutnya kini menjalar lambat ke seluruh tubuh, menghadirkan sebuah sensasi yang membuat gemetar seluruh syarafnya. "Aku tak menyangka jika mereka akan memilihkan lingerie itu untukmu," bisik Dominic dengan suara rendah yang dalam. "Tapi ternyata tak buruk juga. Warna itu membuatmu terlihat semakin menggairahkan." Seketika Aveline mengangkat wajahnya, untuk menatap Dominic dengan sorot penuh kemarahan. "Anda tidak bisa melakukan ini. Aku bukan mainan yang~" "Diam." Satu kata itu meluncur seperti cambuk yang membelah udara, penuh determinasi dan dominasi yang tak terbantahkan dan benar-benar mampu membuat Aveline terdiam. Tatapan pekat dan dingin pria itu seolah menembus kepala Aveline, membuat gadis itu merasa dite

  • Pay Me With Your Body   8. Tubuh Yang Mengkhianati

    Langkah kaki dua orang wanita berseragam putih terdengar nyaris tanpa suara, saat mereka mendekati Aveline. Di dada mereka, tertera jelas bordiran huruf kapital NORD, nama perusahaan pelayaran mewah yang menaungi kapal ini. Tapi dalam benak Aveline, huruf-huruf itu lebih mirip simbol milik institusi rahasia yang menyeramkan. Tanpa banyak bicara, keduanya mencengkeram lengannya dari kiri dan kanan. Aveline berusaha menolak, tapi entah kenapa tubuhnya sudah terlalu lemah. Kakinya bahkan nyaris tak sanggup untuk menopang gerakannya. Ia hanya bisa mengerang pelan, merasa seperti boneka yang diseret menuju nasib yang tidak diharapkan. “Apa… apa yang kalian lakukan?” suaranya terdengar parau, seperti bukan suaranya. Mereka tak menjawab. Pintu kabin mewah itu terbuka dengan sensor otomatis, memperlihatkan sebuah ruangan luas bertabur lampu kristal dan sofa beludru. Ruangan itu terletak satu lantai di bawah rooftop kapal, jauh dari hiruk pikuk suara angin malam dan debur ombak.

  • Pay Me With Your Body   7. Kobar Api di Dalam Dada

    Suara deburan ombak dan desiran angin laut tak mampu menenangkan gejolak di dada Aveline. Ia terdiam dan duduk di balkon kapal pesiar megah itu, membiarkan angin menerpa rambut pirangnya yang kini telah ia lepaskan dari sanggul sederhana sebelumnya. Makan malam canggung dan aneh itu telah usai, dan tadi Dominic pun tiba-tiba pergi begitu saja entah kemana, ketika ponselnya berdering dan pria itu pun menerimanya. Syukurlah. Paling tidak untuk beberapa saat, Aveline bisa menata hati dan pikirannya agar bisa memproses semua kejadian ini. Tapi masalahnya pikirannya justru semakin kacau alih-alih berusaha untuk tetap tenang. Benak Aveline tak mampu berhenti untuk terus memutar ulang perkataan Dominic barusan. ((Karena hanya kamulah satu-satunya yang bisa membuatku tetap merasa hidup, Nona Aveline Rose)) Kalimat itu bergema dalam pikirannya seperti mantra rumit yang sulit diurai maknanya. Sebelumnya, pria itu berkata bahwa Aveline memiliki sesuatu yang sangat berharga yang tak dimil

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status