Home / Romansa / Pay Me With Your Body / 37. Penjaga, Musuh, Monster

Share

37. Penjaga, Musuh, Monster

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2025-06-10 17:34:29
Dominic masih menunggu di luar kamar ganti. Lima menit telah berlalu. Lalu sepuluh menit, lima belas menit...

Kemudian matanya pun mulai menyipit curiga, saat Aveline tak jua keluar dari dalam.

Pria itu akhirnya memutuskan untuk mengetuk pintu ruang ganti. “Aveline?”

Tidak ada jawaban, maka Dominic sontak segera membukanya secara paksa.

Dan ruang ganti itu... kosong.

Hanya ada gaun yang tergeletak rapi di sofa kecil, serta seutas ali yang terputus dibiarkan menggantung, seolah sedang mengejeknya.

Dominic berdiri membeku selama beberapa detik. Tapi kemudian mata cokelatnya menyala diselimuti dengan kemarahan dan... ketakutan.

Tanpa sepatah kata, ia segera meraih ponselnya.

Ibu jarinya mengetuk sebuah aplikasi khusus, lalu muncullah sebuah peta. Ada titik merah kecil yang berkedip di pinggir barat Portofino, mendekati tebing dan area konservasi laut.

“Dia berani sekali kabur...” gumannya geram dengan rahang mengeras.

Pelayan butik lalu mencoba mendekatinya. “Signor
Black Aurora

nulis sambil rebahan dengan kepala kliyengan. maap kalo bab ini rada cheesy wkwkwk... 🤭❤️

| 12
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
May_maya🌸
sukaaaaaaa pake banget
goodnovel comment avatar
Amelia Isnaini
bagussss bgt ka
goodnovel comment avatar
zie zie
nooo.. i loved it
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pay Me With Your Body   103. Memastikan Kamu Tidak Terluka

    Langkah kaki Aveline bergema lembut di lantai marmer lorong rumah sakit, saat ia dan Dominic berjalan menuju parkiran VIP. Udara malam terasa dingin, dan pikirannya masih belum lepas dari tatapan tajam Clarissa yang tadi sempat ia tangkap sebelum keluar dari ruang rawat. “Dia kelihatannya sangat membenciku,” ujar Aveline akhirnya, memecah keheningan. “Hiraukan saja,” Dominic menyahut tenang seraya menekan tombol kunci mobil dari kejauhan. “Kita tidak akan pernah bisa mengatur perasaan orang lain terhadap kita. Selama dia tidak bertindak sembrono atau sengaja ingin menjatuhkan." Baru saja mereka melewati pilar besar di depan gedung rumah sakit, tiba-tiba seorang anak kecil dengan hoodie biru mendekati Aveline. Tanpa berkata apa-apa, anak itu menarik ujung mantelnya dan menyodorkan secarik kertas yang terlipat kecil. “Eh?” Aveline spontan menunduk. “Apa ini untukku?” Anak itu hanya mengangguk pelan, lalu berlari seperti angin yang kencang sebelum sempat Aveline bertanya. Ha

  • Pay Me With Your Body   102. Seseorang Yang Sangat Berkuasa

    Di dalam pesawat pribadi dengan kabin mewah berlapis kulit putih gading dan detail emas, sepasang suami-istri itu pun duduk berdampingan. Dominic menggenggam tangan Aveline, lali mencium punggung tangannya dengan lembut. "Aveline." "Hm?" "Apa pun yang menunggu kita di Prancis... Clarissa, polisi, media. Tolong jangan pernah ragu padaku." Aveline menatap suaminya dalam-dalam, lalu menyandarkan diri ke bahu kokoh itu. "Aku tidak akan pernah ragu. Tapi, aku mungkin akan tetap menggoda kalau ada yang memanggilmu 'Ayahku'." Dominic menoleh, menatap tajam istrinya yang masih saja memggodanya. "Jangan buat aku mencium bibirmu keras-keras di depan pilot." Aveline mengedikkan bahunya, lalu berjata pelan namun menantang, "Silakan." Dan di detik berikutnya, kursi pesawat itu pin menjadi saksi betapa seriusnya Dominic menanggapi sebuah tantangan di depannya. *** Begitu roda pesawat menyentuh landasan bandara kecil di Vesgos, Dominic langsung berdiri dari kursinya. Aveline ya

  • Pay Me With Your Body   101. Dua Arti Dalam Hidupku

    Lokasi : Bandara Internasional Pau Pyrénées Desing baling-baling helikopter terdengar mengeras saat rotor perlahan melambat. Helikopter hitam matte dengan logo La Maison du Nord itu mendarat mulus di lapangan helipad khusus milik Bandara Internasional Pau Pyrénées, gerbang terdekat menuju wilayah Vesgos di barat daya Prancis. Angin dari baling-baling mengacak rambut pirang Aveline yang kini ditata rapi dalam ponytail, membuat beberapa helai melambai liar sebelum Dominic mengulurkan tangannya, membenahi rambut istrinya dengan lembut. "Pegangan." Suara Dominic terdengar pelan di tengah bisingnya mesin yang masih menggerung. Ia membantu Aveline turun dari helikopter terlebih dahulu, lalu menyusul dengan langkah tenang dan penuh kontrol. Tiga mobil hitam Mercedes Benz V-Class menanti mereka di sisi landasan, diiringi petugas berseragam khusus dari bagian penerbangan privat. Tas dan koper mereka langsung ditangani staf, dan Dominic tetap setia berjalan di sisi Aveline, tidak sed

  • Pay Me With Your Body   100. Takut Kehilangan Kamu

    Pagi itu di NORD, suasana yang biasanya damai berubah tegang. Dominic Wolfe baru saja selesai melakukan panggilan kerja di ruang komunikasinya, ketika layar laptopnya menampilkan sebuah e-mail resmi dengan lambang Police Nationale – République Française (Kepolisian Negara Republik Perancis). Judulnya singkat tetapi memuat beban yang tidak bisa disepelekan: Convocation Officielle : Témoignage dans une enquête criminelle – Accident Mortel Vosges Dominic membaca dengan cepat. Email itu berisi panggilan resmi dari kepolisian Prancis, meminta kehadirannya untuk memberikan keterangan terkait kecelakaan mobil yang menewaskan Ezra Blaine. Nama Clarissa Blaine tercantum jelas di dokumen itu sebagai saksi sekaligus pihak yang menuduhnya terlibat dalam insiden tersebut. Sebelum Dominic menutup laptop, pintu ruang kerjanya tetiba terbuka dari luar. Aveline muncul dengan membawa dua cangkir teh. Senyumnya yang biasanya menenangkan, mendadak memudar saat melihat ekspresi suaminya. “Domi

  • Pay Me With Your Body   99. Janji

    Malam itu, laut di sekitar NORD tampak tenang. Bulan bulat sempurna menggantung di langit, memantulkan cahayanya pada permukaan air yang berkilau. Di dalam kamar suite utama, Aveline tertidur lelap, selimut lembut membungkus tubuhnya. Namun ketenangan itu tidak bertahan lama. Di dalam mimpinya, ia berdiri di sebuah halaman bersalju. Udara putih pekat, dingin, dan sunyi. Dari kejauhan, terdengar suara seorang wanita, lembut namun mendesak. “Aveline… viens ici, ma chérie…” (Aveline... datanglah ke sini, Sayangku...) Aveline kecil menoleh. Ada sosok berambut panjang mengenakan mantel gelap, wajahnya samar oleh kabut. Ia merasa harus berlari menghampiri wanita itu. Kakinya yang mungil berlari menyeberangi sebuah jembatan kayu sempit di atas sungai yang membeku. Lalu tiba-tiba saja, kayu di bawahnya retak. Bunyi patahan tajam menggema, lalu tubuhnya terjun bebas. Air yang membeku menelannya dalam sekejap. Dinginnya begitu menusuk, merampas napasnya. Ia menjerit, berusah

  • Pay Me With Your Body   98. Vesgos : Jejak Yang Tertinggal

    Udara Vesgos sore itu terasa dingin dan lembap. Dominic berdiri di depan bangunan besar bergaya klasik, yang lebih menyerupai benteng tua daripada rumah tinggal. Pilar-pilarnya tinggi, catnya sedikit terkelupas, namun aura kekuasaan tetap melekat kuat pada setiap lekuk bangunannya.“Château Deveraux,” guman Dominic pelan sambil menatap pintu besi hitam yang mulai terbuka perlahan.Seorang pelayan berpakaian rapi membukakan pintu dan mempersilakan Dominic masuk ke dalam ruang tamu yang luas. Aroma kayu tua, buku lawas, dan anggur yang tersimpan berabad-abad menyeruak di udara.Lucien Deveraux muncul dari balik pintu lain. Pria itu tinggi, berwibawa, rambutnya perak dengan sisiran sempurna. Mata tajamnya mengamati Dominic dengan ketenangan yang dingin, seperti sedang mengukur ancaman yang mungkin dibawa oleh tamunya.“Dominic Wolfe,” ucap Lucien datar. “Akhirnya kita bertemu.”“Terima kasih sudah meluangkan waktu,” balas Dominic singkat.Mereka saling berjabat tangan. Tidak erat. Ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status