Share

05 : A - Membantah

William’s Group, Manhattan, USA. | 10.46 AM.

Setelah selesai dengan rapatnya, laki-laki bertubuh atletis itu kembali ke ruangannya. Di jalan sempat berbincang singkat mengenai masalah proyek baru yang akan digarapnya. Proyek itu terletak di Amerika Serikat, akan ditinjau langsung oleh Luke setiap dua minggu sekali. Mungkin Sean akan sesekali ke sana jika tidak sibuk.

Karena sejak dulu Sean bukanlah laki-laki yang santai, dia selalu memilih sibuk bekerja dan bekerja meski belum memiliki istri yang harus diberi nafkah. Dia juga memikirkan keluarganya, terutama adik perempuannya yang masih berkuliah di London.

Di waktu senggang ini tidak Sean gunakan untuk bersantai, dia kembali menyalakan komputernya dan mulai meninjau beberapa soft copy berkas-berkas yang sudah dikirimkan oleh sekretarisnya, Mia.

Sampai saat ini dia tidak bisa melupakan hal yang terjadi saat di Manhattan Square. Katherine Margaretha, perempuan itu sukses mengalihkan semua pemikirannya tentang pekerjaan menjadi memikirkan Kate. Namun bodohnya Sean menikmati itu, seakan ingin mereka ulang saat untuk yang pertama kalinya bertemu.

Dia memiliki dua kubu, yaitu di pikiran dan hatinya. Di dalam hatinya mengatakan kalau dia jatuh cinta terhadap Kate saat itu juga, sedangkan dalam pikirannya dia tidak bisa jatuh cinta semudah itu. Apalagi itu dengan orang yang masuk dalam kategori baru. Sean ingin bertemu dengan Kate lagi, ingin kembali menikmati ciptaan tuhan yang satu itu.

Namun, dia tidak tahu harus mencari Kate di mana. Sean tidak berkonsentrasi dalam memerika berkas-berkasnya, dia sibuk mengingat kartu nama yang sempat diberikan oleh Kate di Louister’s beberapa hari yang lalu.

Kemudian laki-laki itu tersenyum tipis saat melihat ponsel barunya. Ponsel yang dibelikan oleh Kate hari itu. Dan Sean berharap jika hari minggu yang akan datang dia bertemu kembali dengan Kate di Louister’s.

Lagi pula rusannya dengan Kenneth mengenai Zara sudah teratasi. Model asal Chicago itu sudah bersedia mengambil jobnya di Alfonso Corp berkat Sean. Dihubungi oleh Luke sehingga langsung mendapatkan sebuah balasan saat itu juga. Karena sesibuk apa pun Zara jika itu menyangkut dengan Sean, maka perempuan sibuk itu langsung merespon. Cinta memang buta.

Pintu ruangannya dibuka dari luar membuat Sean mendongakkan kepalanya. Dia menemukan sosok Julian dengan cengiran konyolnya. “Selamat pagi, Pak Sean yang selalu sibuk.”

“Sialan kau Jul, kukira siapa yang masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu.” Sean tertawa pelan dan mematikan komputernya.

Sean menyandarkan tubuh atletisnya di kursi kerja yang kebesaran untuk ukuran tubuhnya. Menatap Julian yang dengan santainya duduk di sofa panjang yang ada di dalam ruangan ini. Sebelum itu Julian sempat meminta salah satu pegawainya untuk membuat minuman dan makanan ringan untuk menemani obrolan mereka kali ini.

Julian sengaja datang ke kantor Sean dengan niat yang paling dalam, dia ingin menanyakan sesuatu yang baginya terasa menggelikan. Tetapi ingin mengetahu informasi ini langsung dari pakarnya.

“Kudengar, beberapa hari yang lalu kau keluar bersama seorang perempuan muda.” Julian menyeletuk, matanya menatap Sean menunggu sebuah jawaban.

Sean menyernyit, lalu tawa kecil keluar setelahnya. Dia sudah dapat menebak siapa yang sedang dibahas oleh Julian saat ini. “Dia Katherine Margaretha.” Sean berhenti tertawa, laki-laki itu bangkit dari duduknya dan pindah di sofa yang sama dengan Julian.

“Asing sekali namanya. Dari mana kau mengenalnya?” tanya Julian, wajah keingintahuan laki-laki itu begitu ketara.

Sean menjelaskan dengan singkat tentang pertemuan tidak sengajanya dengan Kate. Laki-laki itu tampak senang begitu menjelaskan bagaimana sosok Kate, dan itu menimbulkan ekspresi geli dari Julian. “Aku terpana dengan kecantikannya saat itu juga. Entahlah, Jul … dia begitu menarik di mataku.”

Julian tertawa lantas menjawab, “Ah aku tahu, sekarang kau jatuh cinta, kan kepadanya?”

Sean tidak langsung menjawab saat seorang office boy mengantarkan yang dipesan oleh Julian. Dan dia menjawab setelah office boy itu keluar dari ruangan.

“Tidak tahu, rasanya membingungkan Jul.” Sean mengidikan kedua bahunya.

“Kau senang saat bertemunya?” tanya Julian.

Sean tersenyum kecil. “Tentu, saking senangnya aku tidak sabar untuk bertemu lagi dengan Kate. Meski dia terlihat begitu bodo amat terhadap diriku, tapi aku senang ketika bertemunya.”

“Kau tahu di mana dia tinggal?”

“Aku tidak bertanya, Jul.” Laki-laki itu menggeleng dengan begitu santai.

“Oh Tuhan, Sean Axel William. Kenapa kau begitu bodoh, hah? Jika kau menyukainya mengapa kau tidak menanyakan di mana dia tinggal!” Julian mengerang sambil menatap Sean dengan pandangan tidak percaya.

Efek sudah lama tidak berpacaran membuat Sean begitu amatir terhadap orang yang disukai laki-laki itu. Beginilah jadinya saat Sean yang pekerja keras jatuh cinta.

Sebelum menjawab Sean sempat meringis saat melihat tatapan tidak percaya yang dipancarkan oleh Julian. “Aku tidak kepikiran dengan itu, Jul.”

“Lagi pula aku tidak percaya kalau aku jatuh cinta padanya. Rasanya masih begitu gamang,” jelas Sean setelah menyeruput kopinya.

“Kau jangan membantah, sepupu. Kau itu jelas menyukainya, aku bisa melihat itu dari binar matamu saat kau menceritakan sosok Katherine itu padaku,” sahut Julian dengan cepat. Dan kembali melanjutkan perkataannya, “Lagi pula sebelum masuk tahap jatuh cinta kau pasti merasakan rasa suka lebih dulu.” tuturnya.

Sean menggeleng. “Ini tidak mungkin Jul.”

Mendengar respon itu, Julian mengacak rambutnya yang tertata rapi dengan pelan. “Kau begitu payah saat menyukai seseorang, Sean.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status