Share

BAB 2 Kenyataan Pahit

last update Last Updated: 2023-01-22 12:20:20

"Lalu maksud mbak Rania apa? Anak saya selingkuh dengan suami mbak Rania? Jangan sembarangan ya mbak, anak saya itu wanita terpelajar. Tidak mungkin dia macam-macam sama suami orang apalagi tetangga sendiri!" ibunya Sinta mulai tersulut emosi.

"Terus kenapa mereka bisa kecelakaan bersama dan juga suap-suapan seperti itu! Tolong ajari anak ibu sopan santun! Jangan jadi pelakor!"

Plakk, sebuah tamparan melayang di pipi Rania. Rania terkejut mendapat tamparan dari ibunya Sinta.

"Jangan kurang ajar ya kamu! Berani sekali kamu menjelekkan anak saya! Kalaupun benar, wajar suamimu selingkuh. Lihat saja badanmu yang seperti tandon air. Mana pantas kamu jadi istri Benny yang tampan dan mapan itu. Benny pantasnya menjadi suami Sinta!" ibunya Sinta berteriak cukup keras hingga tetangga samping kiri kanannya ikut keluar.

Rania tidak bisa berkata-kata lagi. Rania berbalik menuju rumahnya, tidak mau melanjutkan pertengkaran lagi.

"Sadar diri gendut! Rawat badanmu biar suamimu nggak selingkuh!" teriak ibunya Sinta.

Rania meninggalkan rumah Sinta dan menangis sejadi-jadinya. Bagaimana bisa, seorang ibu mendukung anaknya menjadi pelakor.

Rania merebahkan dirinya ke kasur, sungguh berat sekali beban pikirannya saat ini.

Terbayang kembali momen saat Rania dan Benny bertemu pertama kali. Saat itu mereka sama-sama sedang interview di Rancal Grup Cemerlang.

(POV) Pertemuan Pertama

"Kami umumkan 2 kandidat yang lolos untuk interview tahap akhir. Dua orang tersebut adalah Benny Pratama dan Rania Carmita Lestari." seorang HRD Rancal Grup Cemerlang mengumumkan kandidat yang lolos ke tahap selanjutnya. Riuh tepuk tangan menghiasi aula tempat tes itu diadakan. Dua kandidat yang lolos itu maju kedepan dan saling bersalaman.

"Besok silahkan datang pukul 8 pagi untuk interview tahap akhir, hanya salah 1 dari kalian yang diterima bekerja ditempat ini." lanjut orang HRD itu.

"Baik pak", sahut mereka berdua bersamaan.

Saat Rania hendak pulang, Benny memanggilnya, "Rania, salam kenal ya. Semoga interview kita besok berjalan lancar." Benny mengulurkan tangannya kepada Rania.

"Salam kenal. Aamiin, mudahan kita berdua bisa diterima ya." sahut Rania, menyambut uluran tangan Benny.

Esoknya, Benny dan Rania melakukan interview tahap akhir. Dan hasilnya, hanya Benny yang diterima. Sedangkan Rania gagal dalam interview terakhir.

"Rania, maaf ya aku sudah menyingkirkanmu. Padahal dari segi nilai kamu lebih tinggi dari aku. Harusnya kamu yang diterima, bukan aku." Benny sedikit menyesal karena sudah membuat Rania gagal diterima bekerja.

"Nggak apa-apa. Itu artinya belum rejeki ku." jawab Rania pelan.

"Nanti gajian pertama, aku traktir kamu makan steak di restoran depan kantor ya." sahut Benny lagi.

"Boleh, terima kasih ya Benny." Rania tersenyum manis.

Dari situ mereka mulai dekat dan setelah setahun berpacaran mereka memutuskan untuk menikah.

* * *

Aku terbangun saat mendengar azan dzuhur berkumandang. Segera kuambil Wudhu dan melaksanakan perintah-Nya. Setelah selesai, ada suara ramai didepan rumah. Segera aku bergegas keluar melihat apa yang terjadi.

Ternyata ada mas Benny, Sinta dan ibunya masuk ke dalam rumah.

"Ada apa ini mas? Kenapa ada Sinta dan ibunya juga disini?" tanya Rania menahan amarah.

"Sudah jangan tanya-tanya, suami baru keluar dari rumah sakit bukannya dirawat malah ditanya-tanya" sahut ibunya Sinta.

"Maaf, ini urusan rumah tangga saya. Kenapa ibu ikut campur? Ibu cuma tetangga kami. Jadi saya mohon segera keluar, bawa anak ibu istirahat dirumah."

"Ini juga rumah anak saya! Seharusnya kamu yang keluar dari rumah ini, bukan anak saya!" ibunya Sinta makin berteriak nyaring.

"Apa maksud dari kata-kata itu mas?" Rania menghampiri Benny yang hendak masuk ke kamar.

"Maksudnya, kami sudah menikah, Rania gendut yang malang." Sinta menjawab pertanyaan yang Rania lontarkan.

"Apa? Menikah?" Rania terbelalak tak percaya mendengar pernyataan Sinta.

"Iya, kemarin kami nikah siri. Malam itu kami hendak berangkat hanimun. Tapi sayang, gagal karena kami mengalami kecelakan." Sinta tersenyum sinis pada Rania.

"Mas, jawab mas. Apa benar yang Sinta katakan?" aku memegang tangan Benny menunggu jawaban yang keluar dari mulutnya.

"Iya benar Ran," sahutnya pelan.

Seketika aku melepaskan pegangan tanganku dari tangannya. Hancur sudah hati dan perasaanku saat mengetahui suamiku menikah lagi.

"Maaf Ran, aku khilaf. Sinta mengandung anakku, jadi aku harus menikahinya." lanjut Benny.

Aku duduk lemas dipinggir sofa, menatap nanar ke arah Sinta dan ibunya.

"Kenapa kalian tega berbuat seperti itu? Kenapa kamu murahan sekali Sinta? Kenapa ibu biarkan anak ibu yang terpelajar itu menjadi pelakor?" teriakku seperti orang linglung.

"Suamimu yang kegatelan mendekati anakku. Dia bilang Sinta adalah wanita sempurna yang pernah ditemui, dia juga bilang kalau menyesal menikahi wanita gendut sepertimu." ibunya Sinta kembali membela anaknya.

"Sudah cukup! Terserah kalian mau apa, aku sudah tidak peduli." Aku beranjak dari sofa dan masuk kedalam kamar. Kutinggalkan orang-orang jahat itu berkumpul diruang tamu.

Tidak boleh begini, aku akan mengajukan surat cerai besok.

Hari mulai gelap, nampaknya sudah tidak ada suara di luar sana. Apakah Sinta dan ibunya sudah kembali kerumahnya. Aku melangkahkan kaki keluar. Ternyata aku salah, masih ada Sinta dan mas Benny sedang bermesraan di ruang tamu.

"Mas, boleh aku bicara sebentar." Kata-kataku mengejutkan dua pasangan yang dimabuk asmara itu.

"Ah iya Ran, tentu." Benny beranjak dari tempat duduknya menghampiri Rania.

"Jangan macam-macam ya mas, ingat anak kita." sahut Sinta sambil memegang perutnya. Membuatku ingin menjambak rambutnya saja.

"Tenang, aku nggak bisa memakai barang bekas jatuh dalam comberan, karena itu sangat menjijikan." sahutku dengan sinis.

"Dasar gendut! Pantas mas Benny selingkuh. Sudah gendut, mulutnya kasar lagi!" sahut Sinta tak terima.

"Nggak masalah, daripada cantik tapi sukanya barang bekas. Wajar sih soalnya kan comberan memang tempatnya barang bekas!" sahutku sambil menahan tawa karena melihat ekspresi Sinta itu.

"Sudah, ayo kita bicara." Benny menarik tangan Rania ke kamar.

"Jadi apa penjelasanmu mas? Kenapa semua ini bisa terjadi?" aku tidak sabar menunggu jawaban Benny.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pelabuhan Cinta Sang CEO Gendut   BAB 14 Rancal Medika

    Rania tiba dirumah dengan selamat bersama supir pribadi suruhan ayahnya. Benny menghentikan mobilnya dan memantau Rania dari kejauhan. "Baguslah dia sudah sampai dengan selamat." Ucap Benny dalam hati. Kemudian dia berlalu menjauh dari rumah Rania. *** Atas perintah ayahnya, pagi ini Rania berniat untuk mengunjungi rumah sakit Rancal, untuk melihat kondisi rumah sakit milik Rancal grup itu. Ayah Rania mendapat kabar dari orang kepercayaannya bahwa banyak keluhan dari pasien yang mengatakan bahwa rumah sakit tidak mau menerima pasien yang menggunakan jaminan kesehatan dari pemerintah. Selain bergerak di bidang bisnis pelumas mesin, Rancal juga memiliki rumah sakit yang sama besarnya dengan perusahaan yang Rania pimpin saat ini. Rumah sakit ini di pegang oleh Paman Rania yang seorang dokter bedah terkenal dikota ini. Rania berniat untuk pergi ke rumah sakit sendiri tanpa diantar supir pribadi. Dia ingin membuktikan sendiri kebenaran berita itu. Saat tiba di rumah saki

  • Pelabuhan Cinta Sang CEO Gendut   BAB 13 Sebuah Rahasia

    "Kamu sekarang jadi ani-ani?" ucap Nora dengan suara lantang. "Om kok mau sih sama tandon air gitu. Biasanya om-om itu cari yang bodynya seperti gitar spanyol." Tanpa banyak bicara Rania menyiramkan segelas air ke wajah Nora. "Aah, apa-apaan kamu gendut!" Nora tantrum karena tidak terima disiram oleh Rania. Rania berdiri dari tempat duduknya dan memegang tangan Nora dengan kuat. "Pergi dari sini sekarang, atau kupatahkan tanganmu ", ucap Rania dengan mata yang menyalang. "Lepaskan gendut, sakit!" Nora berusaha melepaskan cengkraman tangan Rania namun tidak berhasil. Tenaga Rania terlalu besar. "Oke kali ini aku lepaskan, jangan sampai kita bertemu lagi." Rania melepaskan cengkraman tangannya dan mendorong tubuh Nora hingga hampir terjatuh. "Awas saja kau gendut! Akan kubuat kamu menyesal!" Nora pergi meninggalkan Rania dan ayahnya disana. Rania menatap kepergian Nora dan menghempaskan tubuhnya dengan kasar dikursinya. "Good job, seorang penerus Rancal memang harus

  • Pelabuhan Cinta Sang CEO Gendut   BAB 12 Terbongkar

    Pagi ini Rania melangkah dengan mantap menuju departemen marketing. Semua staff terkejut dan berdiri menyambut kedatangan Rania. "Selamat pagi Ran, apa kabar?" Ucap Manda tak sadar kalau Rania sekarang adalah CEO mereka. "Hush beraninya kamu menyapa dengan nama saja" , staff lain memperingatkan Manda. "Ah iya, saya mohon maaf bu Rania." ucap Manda sambil menundukkan kepalanya. "Baik Manda, dan yang lain ku harap kalian akan bersikap biasa saja, tidak usah terlalu berlebihan. Biar kita bisa menjadi tim yang hebat." Sinta tak bisa menutupi ketakutannya. Dia bersembunyi dibalik komputernya. Dia tidak berani bertemu dengan Rania. Namun Rania justru menghampiri meja Sinta. "Sepertinya kejadian kemaren sudah cukup membuat saya mengambil keputusan untuk tidak mempekerjakan anda lagi di perusahaan ini. Saya minta saat ini juga anda segera meninggalkan ruangan ini." Rania berkata sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. "Saya minta maaf bu sudah berlaku tidak sopan kepada ibu.

  • Pelabuhan Cinta Sang CEO Gendut   BAB 11 Sang CEO

    Benny melangkah maju dan berdiri dengan mantap didepan para pemegang saham, siap untuk mempresentasikan kinerja mereka. Dan Rania dengan sigap membuka slide demi slide presentasi yang dibawakan oleh Benny. Semua terlihat baik dan lancar. Tak lama, Sinta mengendap-endap masuk ruang meeting berniat untuk melihat kegagalan Rania dan Benny, namun tidak berhasil. "Hah, bagaimana bisa mereka tetap melakukan presentasi. Sedangkan data-datanya tadi sudah kuhapus. Dan Flash Disknya juga sudah kuambil." Gumam Sinta dalam hati. Karena sudah terdesak dengan keadaan, dia berpikir keras bagaimana mengahcurkan Rania dan Benny didepan para pemegang saham. Maka dia mengambil resiko paling besar yaitu dipecat dari perusahaan ini. "Baiklah, kalau itu mau kalian. Nggak masalah aku hancur, asalkan kalian juga hancur." Gumam Sinta lagi. Sinta beranjak mendatangi Benny di podium. Benny menatap tajam Sinta yang berjalan ke arahnya. Sinta kemudian mengambil mic dan berkata dengan lantang. "Saya ingin ber

  • Pelabuhan Cinta Sang CEO Gendut   BAB 10 Pesona Rania

    Rania tersipu malu saat melihat Benny nampak terkejut dengan penampilannya. "Kamu cantik sekali hari ini, secantik saat hari pernikahan kita." ucap Benny masih menatap Rania dengan lekat. Rania memang bertubuh besar, tapi dia memiliki paras wajah yang cantik, kulit putih bersih wajah campuran sunda dan arab, dengan tinggi 179 cm. Untuk ukuran wanita, Rania cukup tinggi. "Ayo kita berangkat Ben, nanti keburu macet." sahut Rania membuyarkan lamunan Benny. "Ah, iya ayo." Benny tersentak kemudian menuju mobilnya lalu membukakan pintu untuk Rania. "Nanti jangan gugup ya, aku akan menemanimu apapun yang terjadi. Kamu akan aman disampingku." ucap Benny memandang lurus ke jalan tanpa menatap Rania. Rania hanya diam mendengar ucapan Benny. * * * Di lobby kantor sudah ramai para staff bersiap untuk menyambut para pemegang saham. Rania dan Benny langsung menuju ruangan mereka untuk menyiapkan dokumen yang akan dipresentasikan. Saat Rania dan Benny masuk ke dalam ruangan, nampa

  • Pelabuhan Cinta Sang CEO Gendut   BAB 9 Masalah Rania

    Namun saat Rania berhenti ada seseorang yang menjatuhkan tanaman hias tepat diatas kepala Rania. "Awas Rania!" Dengan sigap Benny menarik tangan Rania sehingga Rania jatuh dalam pelukan Benny. "Tangkap orang itu!" Teriak Benny kepada penjaga keamanan. Sementara Rania masih berada dalam pelukan Benny. Perasaannya campur aduk saat ini. "Kamu nggak kenapa-kenapa kan Ran," Benny melepaskan pelukannya, memegang bahu Rania dan menatapnya dengan lekat. "Ah iya, aku nggak apa-apa." Rania masih sedikit shock dengan kejadian barusan. "Aku antar pulang ya, aku nggak mau kamu kenapa-kenapa dijalan." ucap Benny sambil menarik tangan Rania. "Sudah nggak usah repot-repot, aku bisa pulang sendiri." Rania mencoba melepaskan genggaman tangan Benny. "Ran, jangan salah paham. Aku hanya mau menjaga anak buahku, besok kita ada rapat penting. Aku harus memastikan kamu sehat dan selamat sampai rapat itu selesai." Rania tidak bisa membantah kata-kata Benny. Benny masih memegang tangan Rania hingga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status