Share

BAB 2 Kenyataan Pahit

"Lalu maksud mbak Rania apa? Anak saya selingkuh dengan suami mbak Rania? Jangan sembarangan ya mbak, anak saya itu wanita terpelajar. Tidak mungkin dia macam-macam sama suami orang apalagi tetangga sendiri!" ibunya Sinta mulai tersulut emosi.

"Terus kenapa mereka bisa kecelakaan bersama dan juga suap-suapan seperti itu! Tolong ajari anak ibu sopan santun! Jangan jadi pelakor!"

Plakk, sebuah tamparan melayang di pipi Rania. Rania terkejut mendapat tamparan dari ibunya Sinta.

"Jangan kurang ajar ya kamu! Berani sekali kamu menjelekkan anak saya! Kalaupun benar, wajar suamimu selingkuh. Lihat saja badanmu yang seperti tandon air. Mana pantas kamu jadi istri Benny yang tampan dan mapan itu. Benny pantasnya menjadi suami Sinta!" ibunya Sinta berteriak cukup keras hingga tetangga samping kiri kanannya ikut keluar.

Rania tidak bisa berkata-kata lagi. Rania berbalik menuju rumahnya, tidak mau melanjutkan pertengkaran lagi.

"Sadar diri gendut! Rawat badanmu biar suamimu nggak selingkuh!" teriak ibunya Sinta.

Rania meninggalkan rumah Sinta dan menangis sejadi-jadinya. Bagaimana bisa, seorang ibu mendukung anaknya menjadi pelakor.

Rania merebahkan dirinya ke kasur, sungguh berat sekali beban pikirannya saat ini.

Terbayang kembali momen saat Rania dan Benny bertemu pertama kali. Saat itu mereka sama-sama sedang interview di Rancal Grup Cemerlang.

(POV) Pertemuan Pertama

"Kami umumkan 2 kandidat yang lolos untuk interview tahap akhir. Dua orang tersebut adalah Benny Pratama dan Rania Carmita Lestari." seorang HRD Rancal Grup Cemerlang mengumumkan kandidat yang lolos ke tahap selanjutnya. Riuh tepuk tangan menghiasi aula tempat tes itu diadakan. Dua kandidat yang lolos itu maju kedepan dan saling bersalaman.

"Besok silahkan datang pukul 8 pagi untuk interview tahap akhir, hanya salah 1 dari kalian yang diterima bekerja ditempat ini." lanjut orang HRD itu.

"Baik pak", sahut mereka berdua bersamaan.

Saat Rania hendak pulang, Benny memanggilnya, "Rania, salam kenal ya. Semoga interview kita besok berjalan lancar." Benny mengulurkan tangannya kepada Rania.

"Salam kenal. Aamiin, mudahan kita berdua bisa diterima ya." sahut Rania, menyambut uluran tangan Benny.

Esoknya, Benny dan Rania melakukan interview tahap akhir. Dan hasilnya, hanya Benny yang diterima. Sedangkan Rania gagal dalam interview terakhir.

"Rania, maaf ya aku sudah menyingkirkanmu. Padahal dari segi nilai kamu lebih tinggi dari aku. Harusnya kamu yang diterima, bukan aku." Benny sedikit menyesal karena sudah membuat Rania gagal diterima bekerja.

"Nggak apa-apa. Itu artinya belum rejeki ku." jawab Rania pelan.

"Nanti gajian pertama, aku traktir kamu makan steak di restoran depan kantor ya." sahut Benny lagi.

"Boleh, terima kasih ya Benny." Rania tersenyum manis.

Dari situ mereka mulai dekat dan setelah setahun berpacaran mereka memutuskan untuk menikah.

* * *

Aku terbangun saat mendengar azan dzuhur berkumandang. Segera kuambil Wudhu dan melaksanakan perintah-Nya. Setelah selesai, ada suara ramai didepan rumah. Segera aku bergegas keluar melihat apa yang terjadi.

Ternyata ada mas Benny, Sinta dan ibunya masuk ke dalam rumah.

"Ada apa ini mas? Kenapa ada Sinta dan ibunya juga disini?" tanya Rania menahan amarah.

"Sudah jangan tanya-tanya, suami baru keluar dari rumah sakit bukannya dirawat malah ditanya-tanya" sahut ibunya Sinta.

"Maaf, ini urusan rumah tangga saya. Kenapa ibu ikut campur? Ibu cuma tetangga kami. Jadi saya mohon segera keluar, bawa anak ibu istirahat dirumah."

"Ini juga rumah anak saya! Seharusnya kamu yang keluar dari rumah ini, bukan anak saya!" ibunya Sinta makin berteriak nyaring.

"Apa maksud dari kata-kata itu mas?" Rania menghampiri Benny yang hendak masuk ke kamar.

"Maksudnya, kami sudah menikah, Rania gendut yang malang." Sinta menjawab pertanyaan yang Rania lontarkan.

"Apa? Menikah?" Rania terbelalak tak percaya mendengar pernyataan Sinta.

"Iya, kemarin kami nikah siri. Malam itu kami hendak berangkat hanimun. Tapi sayang, gagal karena kami mengalami kecelakan." Sinta tersenyum sinis pada Rania.

"Mas, jawab mas. Apa benar yang Sinta katakan?" aku memegang tangan Benny menunggu jawaban yang keluar dari mulutnya.

"Iya benar Ran," sahutnya pelan.

Seketika aku melepaskan pegangan tanganku dari tangannya. Hancur sudah hati dan perasaanku saat mengetahui suamiku menikah lagi.

"Maaf Ran, aku khilaf. Sinta mengandung anakku, jadi aku harus menikahinya." lanjut Benny.

Aku duduk lemas dipinggir sofa, menatap nanar ke arah Sinta dan ibunya.

"Kenapa kalian tega berbuat seperti itu? Kenapa kamu murahan sekali Sinta? Kenapa ibu biarkan anak ibu yang terpelajar itu menjadi pelakor?" teriakku seperti orang linglung.

"Suamimu yang kegatelan mendekati anakku. Dia bilang Sinta adalah wanita sempurna yang pernah ditemui, dia juga bilang kalau menyesal menikahi wanita gendut sepertimu." ibunya Sinta kembali membela anaknya.

"Sudah cukup! Terserah kalian mau apa, aku sudah tidak peduli." Aku beranjak dari sofa dan masuk kedalam kamar. Kutinggalkan orang-orang jahat itu berkumpul diruang tamu.

Tidak boleh begini, aku akan mengajukan surat cerai besok.

Hari mulai gelap, nampaknya sudah tidak ada suara di luar sana. Apakah Sinta dan ibunya sudah kembali kerumahnya. Aku melangkahkan kaki keluar. Ternyata aku salah, masih ada Sinta dan mas Benny sedang bermesraan di ruang tamu.

"Mas, boleh aku bicara sebentar." Kata-kataku mengejutkan dua pasangan yang dimabuk asmara itu.

"Ah iya Ran, tentu." Benny beranjak dari tempat duduknya menghampiri Rania.

"Jangan macam-macam ya mas, ingat anak kita." sahut Sinta sambil memegang perutnya. Membuatku ingin menjambak rambutnya saja.

"Tenang, aku nggak bisa memakai barang bekas jatuh dalam comberan, karena itu sangat menjijikan." sahutku dengan sinis.

"Dasar gendut! Pantas mas Benny selingkuh. Sudah gendut, mulutnya kasar lagi!" sahut Sinta tak terima.

"Nggak masalah, daripada cantik tapi sukanya barang bekas. Wajar sih soalnya kan comberan memang tempatnya barang bekas!" sahutku sambil menahan tawa karena melihat ekspresi Sinta itu.

"Sudah, ayo kita bicara." Benny menarik tangan Rania ke kamar.

"Jadi apa penjelasanmu mas? Kenapa semua ini bisa terjadi?" aku tidak sabar menunggu jawaban Benny.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status