"Mas Kaisar ini yang kemarin bantu kasusnya Mas Adi ya?" Bu Dewi bertanya pada Kaisar setelah Shasha memanggil adik-adiknya."Saya hanya ikut memantau karena bukan unit saya yang menangani," jawab Kaisar."Terus bagaimana perkembangan kasusnya?" Bu Dewi merasa penasaran."Sidangnya masih berjalan, Tante. Setelah alat bukti diserahkan dan semua sudah bersaksi, terus Restu mengajukan pembelaan, baru nanti sidang putusan,” terang sang perwira polisi."Semoga hukumannya setimpal dengan perbuatannya. Tante kasihan sama Mbak Adelia dan Mas Adi, baru menikah tapi mendapat ujian seperti itu. Untung saja Mas Adi tidak kenapa-kenapa," tutur Ibu Dewi yang merasa prihatin."Aamiin. Alhamdulillah, Allah masih melindungi Adi, Tante," sahut Kaisar."Eh ada Mas Kaisar dan Mbak siapa ya?" tanya Dita dengan ramah begitu masuk ke ruang tamu dengan digandeng Rendra."Aku Tirta, teman kuliah Alesha. Adiknya Mas Kai." Tirta memperkenalkan dirinya pada Dita. Mereka pun bersalaman.Dita memang belum mengenal
"Kamu tenang saja, aku tidak akan merebut Dita. Kalaupun melakukannya, aku yakin juga tidak akan berhasil. Karena dari dulu aku coba menarik perhatian Dita juga selalu gagal." Kaisar mentertawakan dirinya sendiri.Rendra tersenyum tipis mendengar ucapan Kaisar. Memang istrinya bukan orang yang mudah tergoda dengan semua perhatian yang diberikan oleh lawan jenis. Buktinya sebelum dia datang menawarkan cinta sudah ada Bara, Reza, dan juga Kaisar. Namun, dialah yang memenangkan hati Dita.“Terus cintai dan lindungi Dita. Aku yakin hanya kamu yang bisa membuatnya bahagia,” ucap Kaisar.“Tanpa Mas Kai suruh, aku sudah melakukannya.” Rendra kembali bersikap ketus.Sesudah dari masjid, Kaisar bertandang ke rumah Adi. Dia ingin mengobrol dengan sahabatnya itu sekalian menunggu Tirta yang ikut membantu menjamu tamu di rumah Ibu Dewi.“Kayanya makin gencar ini pendekatan ke Shasha nih, Kai. Gimana? Lancar ‘kan? Butuh bantuanku tidak?” tanya Adi.Kaisar mengulum senyum. “Doakan sajalah, Di. Aku
Malam harinya keluarga Bu Dewi dan Pak Wijaya yang berbesan, makan malam bersama di kediaman Bu Dewi. Kedua keluarga itu mengobrol dengan penuh keakraban karena sudah tidak ada tamu yang datang. Kebersamaan yang jarang terjadi.Pada kesempatan itu, Pak Wijaya mengingatkan mengenai rukun, sunah, serta doa-doa yang harus dilafalkan ketika umrah. Walaupun keluarga Bu Dewi sudah menghafalkan dan melakukan latihan manasik, tapi tidak ada salahnya ‘kan diingatkan. Selain itu Pak Wijaya juga memberitahu adab dan hal-hal yang sebaiknya dilakukan serta dihindari selama di tanah suci.Rendra dan Dita tidur di rumah Adi malam itu, karena Dita ingin lebih lama bersama ayah serta bundanya sebelum besok meninggalkan tanah air. Meski sudah biasa hidup terpisah, tetapi kali ini Dita yang akan pergi jauh selama kurang lebih 2 minggu, jadi dia ingin berdekatan dengan kedua orang tuanya.Sama seperti saat Pak Wijaya dan Bu Hasna akan menunaikan ibadah haji. Selama beberapa hari sebelum keduanya berangka
Shasha tertawa mendengar pertanyaan sang mama yang kembali memancingnya untuk menjawab siapa yang saat ini ada di hatinya."Mama nih pinter kalau mancing-mancing. Besok kalau aku sudah yakin, Mama yang pertama aku kasih tahu. I promise!" Shasha mengangkat tangan kanannya dengan telunjuk dan jari tengah membentuk huruf V.Bu Dewi mengangguk seraya tersenyum pada putri sulungnya itu."Seperti yang Mama katakan tadi, Mama akan mendukung siapa pun pilihan kamu. Tapi ingat, kamu harus melibatkan Allah dalam mengambil keputusan, seperti Rendra dan Dita dahulu. Jangan hanya menuruti hati. Allah yang lebih tahu siapa yang terbaik untukmu. Dan, setiap pilihan pasti ada konsekuensinya. Mama percaya sama kamu, Sha. Mama hanya bisa merestui dan mendoakan kebaikan serta kebahagiaan kalian,” tutur wanita paruh baya berwajah lembut dan teduh itu."Iya, Ma. Aku pasti melibatkan Allah dalam mengambil semua keputusan. Makasih Mama udah percaya sama aku." Shasha memeluk erat mamanya.Ibu Dewi mengelus k
Sesudah menjalankan umrah dan mengunjungi berbagai tempat, keluarga Bu Dewi pergi berlibur ke Abu Dhabi pada hari kelima. Rombongan mereka menuju Bandara King Abdul Aziz di Jeddah, untuk melanjutkan perjalanan ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.Mereka dijemput oleh perwakilan agen tur dan travel setelah tiba di Bandara Abu Dhabi. Dari sana, mereka langsung diajak berkeliling kota Abu Dhabi.Emirates Palace menjadi tempat yang mereka kunjungi pertama kali. Emirates Palace adalah hotel bintang lima yang mewah di Abu Dhabi. Hotel yang terbuka untuk umum, siapa saja boleh masuk asal berpakaian dengan rapi dan mengikuti aturan di sana."Masya Allah, bagus banget hotelnya." Nisa melongo melihat arsitekstur hotel yang tampak sangat mewah."Ma, Kak Shasha, ayo kita foto di sini." Nisa sudah memegang tongkat selfie di tangannya, siap untuk mengambil gambar.Pertama Nisa foto sendiri, dengan Shasha dan mamanya, baru kemudian berlima. Nisa dan Shasha yang paling semangat untuk berfoto. Beda dengan B
Shasha berpikir selama beberapa saat sebelum membalas pesan dari Kaisar. “Mas Kai itu anak pertama dari dua bersaudara. Nama adiknya Tirta. Polisi yang pangkatnya Iptu. Mmhh apalagi ya.” Dia mengirim pesan itu sambil tersenyum sendiri.“Itu ‘kan orang umum juga tahu, Sha. Yang lebih spesifik gitu,” protes Kaisar dalam balasannya.Shasha tertawa kecil membaca pesan tersebut. “Udah malam, Mas. Aku mau tidur dulu. Mas Kai sebaiknya juga tidur. Kata Bang Haji tidak boleh bergadang kalau tiada artinya. Besok disambung lagi ngobrolnya. Selamat tidur, Mas. Assalamu’alaikum.” Dia menambahkan emotikon tersenyum di akhir pesannya.Gadis itu sengaja mengakhiri obrolan mereka agar tidak bertambah melantur. Sebenarnya dia belum terlalu mengantuk, tapi badannya juga butuh istirahat setelah seharian berjalan-jalan. Saat Shasha akan merebahkan diri, ada pesan masuk dari Kaisar.“Wa’alaikumussalam. Selamat tidur, Sha. Mimpi yang indah ya.” Shasha tersenyum lalu mematikan data internetnya. Meletakkan g
Pada sore harinya, keluarga Bu Dewi dijemput oleh agen travel untuk mengikuti Desert Safari atau tur di gurun dengan menggunakan mobil Land Cruise. Waktu terbaik untuk pergi ke padang pasir adalah sore hari, yaitu saat matahari mulai tenggelam. Karena panas di gurun akan menghilang dan udara menjadi dingin hingga rasanya lebih nyaman.Mereka dibawa berkeliling gurun dengan menggunakan Land Cruise. Rendra meminta pengemudi untuk tidak melakukan offroad di sana atau melewati jalur yang ekstrem, mengingat kondisi Dita yang sedang hamil. Dia tidak mau terjadi sesuatu dengan kehamilan istrinya.Mereka sempat berhenti sejenak untuk melihat matahari terbenam di tengah padang pasir. Sesudahnya, kelima orang itu dibawa ke perkemahan yang berada di tengah gurun.Di perkemahan tersebut, mereka bisa menunggangi unta, mengenakan baju tradisional Arab, memakai hena, mengisap sisha, melihat atraksi tari perut, tari tradisional, dan pertunjukkan yang menggunakan api. Mereka juga makan malam di sana d
Kaisar dan Tirta datang ke rumah Shasha setelah keluarga Bu Dewi pulang dari umrah dan liburan. Kakak beradik itu berkunjung pada akhir pekan saat Tirta libur kerja dan Kaisar mendapat jadwal malam. Keduanya disambut dengan ramah oleh seluruh anggota keluarga yang kebetulan ada di rumah. Bu Dewi memberi dua sajadah dan beberapa camilan khas Arab pada kakak beradik itu. “Semoga bisa bermanfaat,” ucapnya saat menyerahkan tas kertas berisi oleh-oleh. “Terima kasih banyak, Tan. Jadi ngerepotin nih,” sahut Tirta kala menerima bingkisan tersebut. “Tidak ada yang direpotin kok. Silakan lanjut ngobrolnya, Tante mau ke dalam dulu,” pamit Bu Dewi. “Silakan, Tante.” Kaisar berdiri saat Bu Dewi bangkit dari duduk. Dia baru duduk setelah wanita paruh baya itu masuk ke ruang keluarga. Rendra dan Dita juga undur diri karena akan pergi ke kafe. Begitu pula Nisa yang sibuk jadi panitia orientasi mahasiswa baru di kampusnya. Hingga tinggal Kaisar, Tirta, dan juga Shasha di ruang tamu itu. “Kemarin