Share

Gara-gara Basah

Author: Melika Sun
last update Huling Na-update: 2023-01-21 18:11:46

Aaahhk!

Arfa langsung berlari masuk ke dalam kamar yang ada di ruang kerjanya, begitu mendengar suara teriakan Aleena.

"Ada apa?" tanya Arfa dengan wajah cemas.

"Basah," cicit Aleena dengan wajah sedih. Arfa menghembuskan nafas lega, pria itu lalu mendekat ke arah Aleena.

"Kenapa sampai bisa basah begini? Apa kau sengaja menggondaku? Hem?" seloroh Arfa.

"Ck. Kalau aku mau aku sudah melakukannya selama Mas Arfa tinggal di rumahku. Bukankah Mas Arfa sendiri yang sampai bosan merayuku setiap hari?" sahut Aleena dengan bibir mengerucut.

"Kondisikan bibirmu Aleena, atau aku akan menggigitnya seperti waktu itu," ucap Arfa menatap gemas ke arah bibir Aleena.

"Nggak usah ngadi-ngadi kamu Mas. Nggak lihat apa bajuku basah begini?" gerutu Aleena.

"Kemarilah," ucap Arfa, lalu menarik tangan Aleena untuk keluar dari kamar mandi.

"Buka bajumu, aku akan membawanya ke laundry sekalian membeli baju ganti untukmu. Kau pakailah bajuku dulu," ucap Arfa, lalu meraih sebuah kemeja berwarna putih yang tergantung di dalam lemari pakaian.

"Besar, Mas," ucap Aleena sambil menerima kemeja tersebut.

"Tak apa. Kau justru akan terlihat seksi jika memakainya," sahut Arfa sambil terkekeh.

"Dih, mesum saja mikirnya. Seperti sudah lama tidak mendapat asupan gizi dari istrimu," sahut Aleena.

"Aku hanya mau asupan gizi darimu," ujar Arfa sambil meremas bokong sintal milik Aleena, dan dengan cepat wanita itu menepiskan tangannya.

"Nggak usah kumat mendadak. Heran deh," gerutu Aleena dengan wajah kesal, yang justru membuat Arfa tertawa bahagia melihatnya.

"Mau aku bantu membuka pakaianmu, Aleena?" tawar Arfa dengan tatapan penuh arti.

"Ngawur. Sudah sana keluar." Usir Aleena dengan wajah gusar.

"Aku akan tetap di sini menemanimu. Bukankah kau bilang, jika hanya aku satu-satunya lelaki yang berhak melihat tubuhmu?" kilah Arfa.

Aleena memutar bola mata ke atas, wanita itu lalu berkata, "Kalau sampai ngences aku nggak tanggung jawab ya."

"Aku bisa mencari solusi untuk mengatasinya," jawab Arfa dengan santai.

"Terserah Mas Arfa saja," sahut Aleena tidak ingin berdebat.

Wanita itu kemudian melepas jilbabnya yang basah, merapikan ikatan rambutnya, kemudian menyepolnya keatas dengan asal memperlihatkan leher jenjang miliknya, yang semakin terlihat menggoda di mata Arfa.

Pria itu duduk di sisi tempat tidur sambil memandangi Aleena tanpa berkedip sama sekali.

"Apa kau perlu bantuan?" tanya Arfa ketika melihat Aleena kesusahan membuka risleting baju yang dikenakannya.

"Tidak perlu, aku bisa mencobanya lagi," jawab Aleena tanpa melihat kearah Arfa.

Aleena kembali mencoba menurunkan risleting yang macet itu dengan sekuat tenaga. Tapi sampai ia merasa lelah, risleting itu tidak juga mau bergeser.

"Kau sangat keras kepala sekali," ucap Arfa yang entah sejak kapan sudah berdiri begitu dekat di belakang Aleena, hingga hembusan nafasnya yang hangat bisa dirasakan oleh wanita itu.

Setelah melepaskan kain yang tersangkut di tengah risleting tersebut, Arfa perlahan menurunkan risleting itu hingga sampai batas penghabisan. Dengan gerakan lembut pria itu menurunkan dres yang di pakai Aleena, hingga memperlihatkan punggung dan bahu mulus milik wanita itu.

Arfa menelan ludahnya dengan kasar. Telapak tangannya yang besar itu perlahan mengusap punggung mulus milik Aleena. Bersamaan dengan itu, dress yang di kenakan Aleena meluncur bebas ke bawah, lalu teronggok di lantai begitu saja.

"Mengapa kau tidak pernah mau menerimaku, Aleena," bisik Arfa, sambil mengendus wangi tubuh wanita itu.

"Aku tidak mau menjadi yang ke dua," tegas Aleena.

"Aku akan menjadikanmu yang pertama," sahut Arfa di telinga Aleena.

"Dan aku tidak mau ada yang ke dua," tandas Aleena.

"Aku akan menjadikanmu yang pertama dan yang terakhir," sahut Arfa meyakinkan.

"Lalu istri Mas Arfa yang di rumah mau di kemanakan?" tanya Aleena.

"Istri?" beo Arfa. "Aku tidak pernah merasa menikah dengannya. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk menyingkirkan wanita itu," lanjutnya.

"Ngawur," ucap Aleena sambil memukulkan tangannya kebelakang, yang tanpa sengaja malah mengenai milik Arfa hingga membuat pria itu mengaduh kesakitan.

"Uppss, sorry Mas, aku tidak sengaja," ucap Aleena sambil membalikkan tubuhnya, lalu menatap Arfa dengan pandangan iba.

"Kau menyakiti milikku," cicit Arfa, lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur.

"Maaf Mas, aku tidak sengaja," ucap Aleena, lalu mengusap-ngusap milik Arfa dengan lembut, berharap dapat mengurangi rasa sakit itu. Ia tidak menyadari efek dari tindakannya tersebut.

"Dan kau sekarang justru membuatnya terbangun," geram Arfa.

Aleena seketika menarik tangannya. Sekilas ia dapat melihat jika ada sesuatu yang menonjol di balik celana yang di kenakan Arfa.

"Ma-maaf, aku tidak bermaksud begitu," cicit Aleena dengan wajah merona.

"Aku tidak mau tau. Kau harus bertanggung jawab," ucap Arfa. Pria itu dengan cepat menarik tubuh Aleena hingga terjatuh di atas tempat tidur, kemudian mengungkung tubuh wanita itu di bawahnya.

"Ma-mas Arfa mau apa? Jangan macam-macam ya," ucap Aleena dengan suara tercekat.

"Aku tidak macam-macam. Aku hanya menginginkanmu," bisik Arfa, yang membuat bulu-bulu halus ditubuh Aleena meremang seketika.

Arfa melumat bibir wanita itu dengan lembut, tidak perduli jika Aleena terus meronta. Dan pada akhirnya Aleena terbuai dengan sentuhan pria itu. Ia mulai membalas ciuman Arfa di bibirnya.

Ciuman panas dan liar itu perlahan turun kebawah, menjelajah leher jenjang milik Aleena. Mencecapnya dalam, hingga meninggalkan bercak merah disana.

"Ma-mas hentikan," pinta Aleena di sela-sela nafasnya yang mulai tersengal-sengal. Namun Arfa abai, pria itu justru semakin turun kebawah, dan mulai bermain diatas bukit kembar miliknya, yang masih terbungkus bra berwarna hitam.

"Maas ... aahh, aku mohon ... hentikan." Aleena kemudian mendorong tubuh Arfa ke samping, lalu cepat-cepat bangkit dari posisi tidurnya.

"Aku menginginkanmu Aleena, kau membuatku gila," ujar Arfa dengan nafas memburu.

"Aku juga menginginkannya Mas, tapi aku belum yakin," sahut Aleena lirih.

"Kau meragukan cintaku, sayang?"

"Tidak. Bukan begitu. Aku hanya belum yakin dengan diriku sendiri," jawab Aleena. Wanita itu kembali berbaring di samping Arfa, membiarkan pria itu kembali mengungkung tubuhnya.

"Aku menginginkanmu Aleena, izinkan aku memasukimu sekali ini saja, hem." Arfa memohon seperti anak kecil yang minta di belikan mainan baru. Hasratnya begitu menggebu-gebu. Ia begitu menginginkan pelepasan saat ini.

"Mas Arfa, aku ...."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Emir dan Ariz

    Tubuh Tuan Melviano langsung digotong ke atas brankas, dan di bawa keluar menuju unit gawat darurat.Pria itu jatuh pingsan sesaat setelah anak keduanya lahir. Dia pingsan bersamaan dengan istrinya. Sangat kompak, bukan?"Apa aku perlu menelpon dokter Anda, Tuan?" tanya Hangga setelah Tuan Melvin sadarkan diri.Melihat tuannya jatuh pingsan dengan wajah pucat, membuat Hangga langsung diliputi kecemasan."Tdak perlu, ini tidak ada hubungannya dengan penyakitku. Aku pingsan karena aku tidak kuat melihat penderitaan yang sedang dirasakan oleh istriku. Ia sampai bertaruh nyawa, demi melahirkan anak-anakku," sahut Tuan Melvin terdengar lemah.Pria itu perlahan bangkit, dan berniat turun dari atas tempat tidur. Ia sudah tidak sabar untuk melihat istrinya dan kedua bayi kembarnya."Tunggulah sebentar lagi, Tuan. Kau masih terlihat lemah, jika Nyonya melihatmu seperti ini, dia pasti akan berfikir yang tidak-tidak," ujar Hangga, mencoba mencegah niat tuannya yang akan pergi menemui istrinya.T

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Tidak jadi Surprise

    Tuan Melvin mengecup bahu istrinya yang terekspos. Mereka baru saja selesai mandi bersama dan saat ini sedang berdiri di depan sebuah cermin besar, yang memantulkan seluruh bagian tubuh mereka.Tuan Melvin berdiri di belakang Berlian, sambil memeluk tubuh wanita itu dari belakang. Tangannya sejak tadi tidak mau berhenti, mengusap dan membelai setiap bagian tubuh Berlian yang menonjol."Sebentar lagi kita akan menjadi orang tua, sayang. Aku sudah tidak sabar lagi menanti anak kita lahir ke dunia ini," ucap Tuan Melvin kembali mengecup bahu istrinya dengan lembut."Hanya tinggal menghitung hari, Tuan Melvin, semoga prediksi Dokter Rahayu tidak meleset," sahut Berlian, sambil membelai rahang kokoh suaminya.Usia kandungan Berlian sudah 9 bulan, dan prediksi Dokter Rahayu masa bersalinnya jatuh di bulan depan, yang hanya tinggal sepuluh hari lagi."Kau sungguh terlihat sangat seksi, sayang," ucap Tuan Melvin mengusap perut istrinya yang terlihat semakin membesar."Apa kau sedang menggodak

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Keputusan Arfa

    Sejak pertemuan itu, Arfa terus merenungi nasibnya. Ingin berpaling dari Alisya, namun nyatanya ia tak mampu.Nama wanita itu telah terpatri dalam hatinya, begitu juga cintanya.Semakin ia memaksa melupakan, bayang-bayang wajah Alisya semakin terlihat nyata hadir dalam mimpinya."Lama-lama aku bisa gila kalau terus begini. Apa yang harus aku lakukan, Alisya," gumam Arfa seraya membelai foto Berlian yang sedang tersenyum di layar ponselnya."Selama ini kau begitu sabar hidup dalam penderitaan bersamaku, tanpa pernah berkeluh kesah kepadaku. Tapi aku begitu bodoh, karena tidak bisa mempertahankanmu."Arfa mengusap air mata, yang tiba-tiba saja menetes dari pelupuk matanya. Menguatkan hati, pria itu akhirnya mengambil keputusan besar dalamnya.Keputusan yang tidak pernah terlintas sama sekali dalam hidupnya. Mengakhiri semuanya."Maafkan aku, sayang, aku terpaksa mengambil keputusan ini. Teruslah hidup bahagia, dan jangan pernah menyesal atas kepergianku."Arfa melangkah dengan gontai me

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Tidak Ada Ruang Untuk Cintamu

    Berlian menggeliat kecil, dengan rasa malas wanita itu perlahan membuka kedua matanya. Dan begitu ia membuka mata, seraut wajah tampan telah menyambutnya dengan senyum menawan.Senyum di wajah Berlian pun langsung terbit, manakala manik matanya bertemu dengan bola mata biru yang sedang menatapnya dengan penuh cinta."Apa tidurmu sangat nyenyak, sayang?" Tuan Melvin bertanya sambil merapikan hijab istrinya yang sedikit berantakan.Pria itu lalu membantu sang istri untuk duduk, kemudian menyerahkan sebotol air mineral yang telah di bukanya.Seperti orang kehausan, Berlian segera meminum air mineral itu hingga hanya menyisakan sedikit saja, dan sisa air yang sedikit itulah yang akhirnya di habiskan oleh Tuan Melvin."Tidurku sangat nyenyak, Tuan Melvin. Sampai rasanya aku malas untuk bangun, apalagi saat kau hadir dalam mimpiku, itu membuatku ingin terus tertidur," jawab Berlian tersenyum. Wanita itu lalu mengulurkan tangannya ke atas membelai rahang kokoh milik suaminya."Bahkan dalam

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Kenyataan Pahit

    Dari tempatnya berdiri, Arfa dapat melihat dengan jelas sosok wanita yang sedang duduk sambil bergelayut manja pada lelaki tampan nan gagah di sampingnya.Senyum bahagia terukir jelas di wajah wanita itu. Sesekali pria di sampingnya mendaratkan sebuah ciuman di puncak kepala wanita yang tersenyum bahagia.Rasa cemburu dan sakit hati telah menguasai hati Arfa. Ingin rasanya ia menghampiri wanita itu, dan mengungkapkan isi hatinya.Namun sayang, terlalu banyak pengawal yang berjaga di sekitar pasangan suami istri itu, bisa mati konyol kalau Arfa sampai nekat mendekat.Meskipun ia datang dengan menyamar sebagai karyawan hotel, tapi bukan berarti anak buah Hangga tidak bisa mengenalinya."Sebenarnya mereka sedang merayakan acara apa? Mengapa mereka justru mengundang anak-anak yatim piatu dan orang-orang yang kurang mampu?" batin Arfa heran."Mereka juga memberikan hadiah dan juga uang kepada para tamu," imbuhnya."Hei! Kau! Jangan hanya berdiri di sana! Bantu yang lain menyiapkan hidangan

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Hadiah Terindah

    Tuan Melvin menangis haru, bibirnya tanpa henti mengucap syukur.Pria itu masih terus mendekap tubuh istrinya yang duduk di atas pangkuannya, tidak ingin melepaskannya meskipun sebentar saja."Terima kasih, sayang ... terima kasih," lirih Tuan Melvin penuh haru."Kita akan menjadi orang tua, Mas," lirih Berlian dengan berurai air mata bahagia."Iya, sayang, sebentar lagi kita akan menjadi orang tua," sahut Tuan Melvin seraya mendaratkan sebuah ciuman lembut di kening istrinya.Saking tidak percayanya , Dokter Vina sampai berulang kali melakukan pemeriksaan untuk memastikan kehamilan Berlian, dan ia terlalu bahagia mengetahui kebenarannya, sampai jadi gugup saat hendak menyampaikan kabar gembira itu.Brak!Pintu kamar terbuka dengan kasar, membuat Tuan Melvin dan Berlian langsung menoleh bersamaan.Hangga dan Bima masuk dengan tergesa, di ikuti oleh semua pelayan di belakang mereka.Tuan Melvin buru-buru meraih selimut, lalu menutupi kepala istrinya yang tidak memakai hijab dengan seli

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status