Share

7. Arthur vs Ayah Lana

Mendengar penuturan Lana, tentu saja Gita langsung terkejut. Ia tidak tahu, rahasia apa yang disembunyikan oleh Lana sampai wanita itu takut menceraikan suaminya  Tapi menurutnya, bukankah bertahan itu lebih menyakitkan dari pada melepaskan?

“Kau diancam oleh Arthur?” tanya Gita.

Lana mengangguk lemah. Baru kali ini, ia menunjukkan wajah melasnya di depan orang lain. Biasanya ia selalu terlihat garang, tegas dan berwibawa . 

“Apa itu menyangkut nama baikmu?” tanya Gita lagi.

Of course. Maka dari itu, aku tidak berani menceraikannya. Walau sebenarnya, aku berniat mengajukan cerai dalam waktu dekat. Tapi setelah aku pikir- pikir, aku tidak bisa menceraikannya saat ini. Aku belum siap kehilangan karirku.”

Gita mendengus kesal. Ia jadi ikut pusing memikirkan rumah tangga Lana. Ingin rasanya, ia memisahkan Lana dan suaminya secara paksa. Namun sayangnya, ia tidak memiliki hak apa- apa.

“Aku tidak tahu, rahasia apa yang kalian sembunyikan. Tapi bukankah lebih baik kalian berpisah, dari pada bertahan dengan rumah tangga seperti ini? Selesaikan baik- baik masalah kalian, dan cari jalan keluarnya. Ini semua demi kebaikan Lea dan Leo,” tutur Gita panjang lebar. Membuat Lana langsung menunduk lemah sembari memijat pelipisnya yang terasa sangat pusing.

“Tidak semudah itu, Git. Kalau aku bisa bercerai dari Arthur, sudah ku ceraikan dari dulu. Arthur itu tipe orang yang susah dibujuk. Dia tidak akan mau ku ceraikan, sebelum dia sendiri yang minta.”

“Maka dari itu, berhenti memberinya uang! Dia tidak akan melepasmu, kalau kau masih memberinya jatah bulanan. C’mon, Lan! Sampai kapan kau mau mau dibodohi sama pria brengsek itu?”

“Memberinya uang adalah senjataku untuk merendahkan dia, Git. Semuanya sudah ku rencanakan dari awal. Mana mungkin aku memberikan uangku secara sia- sia, pasti ada maksud dan tujuannya bukan? Lagipula uang 5 juta itu sangatlah kecil bagiku. Tidak ada apa- apanya dengan harga pakaian dalamku,” jelas Lana. Membuat Gita langsung memutarkan bola matanya malas.

“Terserah kau saja. Aku lelah, memberimu ceramah panjang lebar. Kau urus saja itu kisah cintamu yang lebih rumit dari Mark Antony dan Cleopatra,” kesal Gita.

Lana menghembuskan nafasnya kasar. Kemudian ia lantas berdiri dari duduknya dan berjalan pergi meninggalkan Gita. Namun sebelum membuka pintu, ia menoleh sebentar ke arah Gita dan berbicara...

“Semua ini kulakukan demi karirku, Git. Percayalah, tidak ada orang yang mau berada diposisi seperti ini, termasuk aku.”

***

Sementara itu, di sisi lain Arthur yang saat ini sedang bersantai di teras rumahnya sambil menikmati segelas kopi, tiba- tiba dikejutkan dengan kedatangan sang mertua yang tidak seperti biasanya.

Biasanya, kedua mertuanya ini selalu datang dengan wajah yang ceria dan berseri- seri. Namun kali ini berbeda, mereka berdua datang dengan wajah yang muram seperti menahan amarah.

“Di mana anakku?” tanya sang Ayah mertua dengan ketus.

Ditatap seperti itu oleh sang Ayah mertua, tentu saja membuat Arthur langsung gelagapan sendiri. Sebejat- bejatnya Arthur, sejahat- jahatnya Arthur, jika sudah berhadapan dengan Ayah Lana, Arthur hanyalah manusia lemah yang tak punya nyali.

“K-kerja Yah,” jawabnya gugup. Bahkan ia tak berani menatap mata tajam Ayah mertuanya itu.   

“Terus kenapa kau malah bersantai di sini? Kau tidak punya pekerjaan?”

Skak mat.

Tidak ada yang bisa Arthur lakukan selain menunduk dan menahan malu. Ayah Lana memang selalu berbicara tepat sasaran. Dan semua perkataannya selalu menusuk ke hati. Berbeda dengan Ibu Lana yang lebih cenderung sabar dan pendiam.  

“Kalau sudah tidak sanggup merawat anakku, kembalikan padaku secara baik- baik. Jangan malah disiksa batinnya. Kau ini laki- laki, kepala rumah tangga, Ayah dari dua anak. Apa tidak malu, melihat istri yang kerja banting tulang untuk menghidupi keluarga? Di mana akal sehatmu ini?”

“Maaf, Yah. Aku baru saja di PHK minggu kemarin. Selama ini Lana tidak bekerja sendiri kok,” sahut Arthur, berusaha untuk membela dirinya sendiri.

“Tidak usah beralasan lagi! Semua tetangga di sini bilang kepadaku, kalau kau sudah lama tidak bekerja. Setiap hari hanya lontang-lantung seperti orang gila.”

Mendengar hal ini, Arthur mulai terpancing emosi. Ia kira, para tetangga di sini tidak ada yang bermulut ember. Tapi nyatanya, mereka semua sama saja seperti tetangga pada umumnya.

Yah, pada kenyataannya, cctv terbaik adalah mata tetangga bukan?

“Selama ini Ayah diam, bukan berarti Ayah membiarkan. Ayah menunggumu untuk memulangkan Lana secara baik- baik.”

“Maafkan aku, Yah. Aku janji, akan mencari pekerjaan secepat mungkin.”

“Bukan itu pointnya, Tur! Kau ini sudah bertahun- tahun menyiksa batin Lana. Jika kau teruskan seperti ini, anakku akan mati muda! Jadi, turuti saja keinginan Lana untuk bercerai. Jangan mempersulitnya!”

Mendengar hal ini, tentu saja Arthur terkejut. Dari mana ayahnya tahu, jika Lana ingin bercerai darinya? Sementara Lana sendiri adalah orang yang sangat tertutup dan tidak pernah menceritakan hal ini pada keluarganya.

“Tidak usah bertanya, Ayah tahu dari mana. Meskipun Lana tidak pernah bercerita apapun, tapi Ayah sangat tahu perkembangan rumah tangga kalian. Kau juga pernah berselingkuh bukan?”

Deg.

Seketika tubuh Arthur langsung menegang. Apalagi saat melihat senyuman miring sang Ayah mertua, rasanya jantung Arthur seperti dihantam beton. Apakah kejadian enam tahun yang lalu akan terjadi lagi? Di mana sang Ayah mertua memukulinya sampai babak belur dan dirinya hampir saja meregang nyawa? Jika iya, bolehkah Arthur kabur sekarang juga?”

“Tidak Yah. Ayah salah paham,” bantah Arthur.  

Tidak ada salahnya bukan? Melindungi dirinya dari pukulan sang mantan ABRI ini.

“Tidak usah takut. Aku tidak akan membunuhmu sekarang. Kau hanya perlu berkata jujur, mengapa kau menyakiti anak dan cucuku?”

Arthur menghembuskan nafasnya kasar. Kemudian ia mengajak sang Ayah mertua untuk duduk di kursi, agar suasananya tidak terlalu menegang. Sementara itu, sang Ibu mertua memilih untuk masuk ke dalam rumah.

“Demi Tuhan, Yah. Aku tidak berniat menyakiti Lana dan anak- anakku. Selama ini, aku selalu berusaha mencari pekerjaan, tapi gagal. Aku juga tidak berniat selingkuh dari Lana, aku hanya mencari hiburan yang tidak aku dapatkan di rumah. Percayalah, bukan hanya aku yang salah dalam kasus ini. Lana juga salah! Dia tidak bisa menjadi istri yang baik buatku,” cerocos Arthur, yang terus berusaha membela dirinya sendiri. Membuat sang Ayah mertua langsung tertawa sinis.

“Kau pikir aku percaya dengan manusia manipulatif seperti dirimu?”

Arthur menggeram kesal. Jiwa iblisnya untuk mencekik sang mertua hampir saja keluar. Namun syukurnya, ia masih bisa berpikir jernih.

Tak lama kemudian, Ibu Arthur datang dengan anak pertamanya, yang tak lain adalah Kakak perempuan Arthur.

Ibu Arthur melirik Ayah Lana sekilas dengan tatapan sinisnya. Kemudian tanpa basa- basi, ia dan anak perempuannya langsung masuk ke dalam rumah. Membuat Arthur langsung berlari mengikutinya.

“Bu, ada apa?” tanya Arthur. Membuat sang Ibu langsung menghentikan langkahnya.

“Di mana istrimu itu? Aku ingin menemuinya sekarang juga,” ujar wanita paruh baya itu.

“Ada perlu apa? Lana masih kerja.”

“Aku ingin mengolok- olok istri sombongmu itu. Beberapa hari yang lalu, dia menghinaku dan juga menghinamu. Dan sekarang, dia tersandung rumor jelek. Jadi aku ingin membalasnya,” ujar sang Ibu dengan amarah yang menggebu- gebu.

“Rumor? Rumor apa maksud Ibu?” tanya Arthur kaget sekaligus bingung.

“Ck. Apa kau tidak tahu? Istrimu itu terlibat skandal dengan seseorang,” sahut kakak perempuannya.

“Skandal seperti apa? Aku benar- benar tidak tahu.”

Sang kakak itu kembali berdecak kesal. Kemudian ia lantas membuka ponselnya dan menunjukkan sesuatu pada Arthur.

“Jelaskan saja! Aku malas membaca,” ujar Arthur, membuat sang kakak langsung mendesis kesal.

“Ada seseorang yang speak up di twitter tentang sikap buruk istrimu yang selalu merendahkan orang lain. Dia juga menjelaskan, jika istrimu pernah berselingkuh dengan kekasihnya. Dan parahnya lagi, dia juga pernah melihat istrimu memukul anak- anakmu,” jelas wanita itu. Membuat Arthur langsung membulatkan matanya terkejut.

“Kenapa kau betah sekali, hidup dengan wanita iblis seperti dia? Ceraikan dia sekarang, dan ambil hak asuh anakmu!” seru sang Ibu dengan keras, yang berhasil mengundang perhatian semua orang yang berada di rumah.

“Ehm. Sepertinya anda mulai mengibarkan bendera peperangan dengan keluarga kami,”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status