Pelakor vs Istri sah

Pelakor vs Istri sah

By:  Ruby jane  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
14Chapters
1.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Lana Sofia, supermodel ternama di tanah air yang memiliki karir yang sangat bagus. Wajahnya yang cantik, otaknya yang cerdas, dan gayanya yang high class nyaris membuat hidupnya terlihat sempurna. Namun sayangnya, hidup Lana tak seindah di layar kaca. Selain menjadi Model, rutinitas setiap harinya adalah bertengkar dengan pelakor. Sebagai wanita kuat, ia tidak mungkin diam saja jika direndahkan oleh selingkuhan- selingkuhan suaminya. Sampai kapanpun, Lana tidak sudi mengalah pada wanita- wanita perusak rumah tangga. Demi kelancaran karirnya di dunia model, Lana rela bertahan dengan Arthur selama bertahun- tahun. Karena jika Lana menceraikannya, maka Arthur akan menyebarkan rahasia yang bisa saja membuat karirnya hancur.

View More
Pelakor vs Istri sah Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
14 Chapters
1. Pasangan aneh
“Aku akan menikahi Sarah,” ujar seorang pria bertubuh tinggi kepada istrinya yang sedang dirias oleh MUA pribadinya. “Aku tidak peduli,” ketus wanita itu, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar handphone. “Dia hamil anakku,” ucap lelaki itu lagi. “Mau dia hamil anakmu, atau hamil anak setan, aku tetap tidak peduli!” “Dia akan tinggal di rumah kita.” Wanita itu menolehkan kepalanya sebentar, menatap sang suami yang masih berdiri di sampingnya. “Dia harus siap menjadi pembantu,” balasnya seraya tersenyum miring, membuat sang suami langsung menghembuskan nafasnya kasar. “Aku harap kau memperlakukan dia dengan baik,” ujar lelaki itu, membuat sang wanita langsung tertawa sinis. “Teori dari mana itu? Mana mungkin seorang istri sah memperlakukan pelakor dengan baik. Itu mustahil, brader!” “Dia akan menjadi istri sahku juga.” “Ya ya ya. Terserah kau! Aku sudah terbiasa memanggilnya pelakor.” “Kau ... tidak sakit hati kan? Aku takut kau diam- diam menangis, terus menjadi depresi,”
Read more
2. Melabrak pelakor
Lana mendorong pintu rumahnya menggunakan high heelsnya yang berharga belasan juta. Di dalam, ia melihat Sarah yang sedang duduk santai di sofa sambil mengelus perutnya yang masih rata. Melihatnya, Lana semakin murka dan nafasnya semakin tidak beraturan. Ingin rasanya Lana melempar high heelsnya ke kepala wanita itu. “Kau apakan anakku, sialan!” bentak Lana, seraya membanting kunci mobilnya di meja kacanya. Hingga membuat Sarah tersentak kaget. “Aku tidak memukul anakmu. Aku hanya menegurnya,” balas Sarah. “Lagipula siapa yang menyuruhmu ke sini? Bukankah aku sudah bilang? Jangan menginjak rumahku lagi, bitch!” “Mas Arthur yang menyuruhku ke sini. Jadi kau tidak berhak marah- marah. Karena ini rumahnya, bukan rumahmu!” Sedetik kemudian, suara tawa Lana langsung menggelegar memenuhi ruangan. Saking kerasnya ia tertawa, Sarah sampai takut mendengarnya. Kemudian setelah itu, Lana mendekati Sarah dan mengelus pipi Sarah dengan lembut sambil tersenyum menyeringai. Hal itu tentu saja
Read more
3. Useless husband
“Makan dulu, Lea! Handphone tidak akan membuatmu kenyang,” tegur Lana sedikit kesal, seraya berusaha merebut ponsel Lea. Saat ini, mereka sedang berada di resotaran lapangan golf untuk makan siang. Sejak insiden tadi, Lana langsung mengajak kedua anaknya untuk segera pergi. Sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Karena ia paham, jika Sarah memiliki sifat yang sangat kejam. Tidak peduli meskipun lawannya anak- anak, wanita itu akan tetap melakukan tindakan kasar jika terpancing emosinya. “Lea tidak lapar,” balas Lea acuh. Lana menghembuskan nafasnya kasar. Kemudian ia beralih duduk di samping Lea, lalu ia dekap tubuh putrinya itu. “Pasti berat sekali ya jadi Lea?” tanya Lana, seraya mengusap surai lembut putrinya. “Diumur Lea yang masih kecil, seharusnya Lea bisa tumbuh dengan happy. Dikelilingi orang- orang baik, dikelilingi hal positif. Bukan malah merasakan hal yang tidak seharusnya Lea rasakan. Ini semua salah Mommy, maafkan Mommy ya Nak,” ujar Lana dengan lembut. Namun
Read more
4. Bertengkar dengan mertua
Pukul 20.00 Lana dan kedua anaknya sampai di rumah. Ketika Lana membuka pintu rumah, ia dikejutkan dengan kedatangan sang mertua yang sudah duduk di sofa dengan tangan yang bersedakap di dada dan tatapan yang tidak mengenakkan. “Loh, Ibu? Dari kapan?” tanya Lana. “Kau ini dari mana saja? Jam segini kok baru pulang,” ketus sang mertua. “Habis mengantarkan anak- anak latihan golf, Bu.” Sang mertua itupun langsung berdecih. Tatapannya ke Lana juga semakin sinis. “Kau ini terlalu sibuk bersenang- senang, sampai melupakan suamimu sendiri. Lihatlah sekarang! Anakku terlantar di taman dalam keadaan mabuk. Di mana peranmu sebagai Istri? Seharusnya kau bisa menjaga suamimu dari hal- hal buruk seperti ini,” omelnya. Membuat Lana langsung tersinggung mendengarnya. “Kak, bawa adiknya ke kamar,” perintah Lana pada Lea. Yang langsung diangguki oleh anak itu. Setelah kedua anaknya sudah tak terlihat, Lana lantas menghampiri sang Ibu mertua dengan tatapan yang tak kalah sinis. “Ibu bertanya
Read more
5. Mengusik singa tidur
Keesokan harinya, Lana meminta izin lagi pada sang manager untuk membatalkan jadwal pemotretannya hari ini, karena panas di badan Leo belum juga turun. Beruntungnya, sang manager mau mengerti dirinya. Saat Lana akan berjalan ke arah dapur, matanya tidak sengaja melihat Arthur yang sudah tergeletak di sofa. Entahlah, kapan lelaki itu pulang. Lana juga tidak tahu. “Mom, bisakah kau membuatkan bekal makanan untukku?” tanya Lea, seraya menghampiri sang Mommy. Lana melirik Lea yang sudah berpakaian sekolah dengan rapi. Kemudian ia berikan senyuman manisnya di pagi hari untuk sang Putri tersebut. “Of course baby,” jawabnya. “I want fried rice with scrambled eggs and grilled sausage,” ujar Lea. “Kalau sosisnya digoreng saja, bagaimana?” “Emm... okay, no problem.” “Susu mau?” tanya Lana, yang langsung diangguki oleh Lea. Kemudian bocah tersebut memilih untuk duduk disofa sambil menonton televisi. Menunggu sang Mommy selesai masak, sekaligus ingin membangunkan sang Daddy dengan cara me
Read more
6. Alasan bertahan
“Sialan kau, Arthur! Waktu itu kau bilang, kalau kau sudah tidak menyukainya. Dan sekarang kau bilang, kalau kau masih mencintainya. Apa maumu, sialan!” geram Sarah. “Dasar aneh! Memang salah, kalau aku masih mencintai istriku?” “Jelas salah! Kau milikku sekarang!” “Jangan asal meng-klaim sesuatu yang belum tentu menjadi milikmu.” “Apa salahnya? Aku akan menjadi istrimu sebentar lagi.” “Jangan terlalu berharap. Bisa jadi Lana tidak menyetujui pernikahan kita.” “Ck. Kenapa kau jadi begini? Baru kemarin kau bilang, kalau kau akan menceraikan Lana dan menikahiku. Dan sekarang kau malah berkata seperti ini. Apa kau sudah gila? Kalau tidak berniat menikahiku, jangan menghamiliku bodoh!” “Memang siapa yang ingin kau hamil? Dari awal sudah kuingatkan untuk minum obat pencegah hamil, tapi kau selalu mengabaikanku.” “Oh, jadi kau tidak menginginkan bayi ini?” tanya Sarah, sembari mengangguk-anggukkan kepalanya. “Oke kalau begitu, batalkan saja pernikahan kita. Aku akan membesarkan bayi
Read more
7. Arthur vs Ayah Lana
Mendengar penuturan Lana, tentu saja Gita langsung terkejut. Ia tidak tahu, rahasia apa yang disembunyikan oleh Lana sampai wanita itu takut menceraikan suaminya Tapi menurutnya, bukankah bertahan itu lebih menyakitkan dari pada melepaskan? “Kau diancam oleh Arthur?” tanya Gita. Lana mengangguk lemah. Baru kali ini, ia menunjukkan wajah melasnya di depan orang lain. Biasanya ia selalu terlihat garang, tegas dan berwibawa . “Apa itu menyangkut nama baikmu?” tanya Gita lagi. “Of course. Maka dari itu, aku tidak berani menceraikannya. Walau sebenarnya, aku berniat mengajukan cerai dalam waktu dekat. Tapi setelah aku pikir- pikir, aku tidak bisa menceraikannya saat ini. Aku belum siap kehilangan karirku.” Gita mendengus kesal. Ia jadi ikut pusing memikirkan rumah tangga Lana. Ingin rasanya, ia memisahkan Lana dan suaminya secara paksa. Namun sayangnya, ia tidak memiliki hak apa- apa. “Aku tidak tahu, rahasia apa yang kalian sembunyikan. Tapi bukankah lebih baik kalian berpisah, dar
Read more
8. Pertengkaran keluarga
“Ehm. Sepertinya anda mulai mengibarkan bendera peperangan dengan keluarga kami.” Sontak saja, mereka bertiga langsung menoleh ke belakang dengan terkejut. Di mana di belakang mereka sudah ada Ayah Lana yang menatap mereka sinis dengan tangan yang bersedekap di dada. Tak lama kemudian, Ibu Lana dan Bi Ika datang menghampirinya. “Anakmu yang memulainya lebih dulu,” ketus Ibu Arthur. Membuat Ayah Lana langsung tertawa remeh. “Ajeng ... Ajeng. Selama sepuluh tahun kita menjadi besan, baru kali ini aku melihat topeng aslimu. Selama ini, kau selalu berpura- pura baik di depanku,” ujar Ayah Lana, disertai dengan senyuman remehnya. “Memangnya ada yang salah dari ucapanku? Aku hanya berbicara fakta, kalau anakmu yang memulai peperangan ini. Dia menghinaku, merendahkanku, dan juga memfitnah Arthur berselingkuh. Apa kau tidak tahu kelakuan buruk anakmu? Dia sangat kurang ajar dan tidak tahu diri,” balas wanita itu menggebu- gebu. “Sebelum kau berbicara seperti ini, apa kau sudah berkaca ter
Read more
9. Mulut manis tapi beracun
Lana menyeret tangan Arthur menuju taman yang berada di samping rumah. Membiarkan orang tua mereka kembali bertarung dan beradu mulut. “Apa maksudmu? Bukankan kau bertahan denganku karena uang? Lalu kenapa, kau malah menolak tawaran dari Ayah? Jangan membuat semuanya semakin rumit! Ambil uangnya, dan ceraikan aku sekarang juga!” marah Lana, penuh dengan emosi. “Kau yakin, tidak mau memberiku kesempatan?” tanya Arthur, yang berhasil membuat Lana semakin geram. Saking gregetannya, wanita itu sampai menggertakkan gigi dan mengepal tangannya kuat. “Pertanyaan bodoh! Untuk apa juga, aku memberi kesempatan pada bajingan? Bahkan anakmu sendiri menginginkan orang tuanya untuk bercerai.” Arthur menghembuskan nafasnya sembari mengusap rambutnya kasar. Pikirannya benar- benar tidak karuan saat ini. “Aku janji, akan berubah menjadi lebih baik lagi. Aku juga akan memutuskan Sarah dan tidak akan menikahinya,” ujar Arthur. “Kau pikir aku percaya? Kau bahkan sudah mengatakan ini berkali- kali
Read more
10. Serangan nafsu
Lana menggeram kesal sembari membanting ponselnya ke meja. Lelaki itu benar- benar menguji kesabarannya. Jika membunuh orang itu tidak dosa, mungkin sudah Lana lakukan dari dulu. “Ya Tuhan. Aku harus bagaimana,” keluh Lana, sembari mengusap wajahnya kasar. Setelah berpikir selama beberapa menit, Lana memutuskan untuk menemui lelaki itu. Bukan untuk bercinta, tetapi untuk menegosiasi agar Arthur meringankan persyaratannya. Apapun itu akan Lana lakukan, asal tidak bercinta. Bahkan jika Arthur meminta mobil baru, akan Lana belikan sekarang juga. Sesampainya di rumah, Lana langsung mendorong pintunya dengan kasar, hingga menimbulkan suara gebrakan yang begitu keras. Arthur yang sedang duduk santai di ruang tamu pun terkejut. Namun sedetik kemudian, ekspresinya berubah menjadi sangat songong dan menyebalkan. Lelaki itu menatap Lana sembari tersenyum menyeringai. Sementara itu, Lana hanya menatapnya datar. “Kau siap untuk bercinta, babe?” tanya Arthur, seraya menaik turunkan alisnya me
Read more
DMCA.com Protection Status