Beberapa orang menatap Nelvan heran ketika lelaki itu berdiri di rak yang di penuhi oleh benda kebutuhan wanita, untungnya rasa malu Nelvan tidak begitu besar berkat masker yang ia pakai. Begitu banyak jenis benda di deretan rak itu sampai Nelvan tidak tau mana yang sedang Linda butuhkan.
“Apa bedanya sayap dengan yang tidak?” gumam Nelvan.
“Dia pasti sangat menyayangi kekasihnya sampai rela membelikan pembalut wanita, sangat jarang ada lelaki seperti ini, dia pasti menahan malu demi kekasihnya.” ucap ibu-ibu yang lewat di belakang Nelvan.
Nelvan mendengus, ia mengambil satu produk pada masing-masing benda yang ada di rak itu, terserah mana yang akan di pakai oleh Linda yang jelas ia membelikan semuanya, biar Linda yang memilih mana yang akan dia pakai.
Menahan malu, Nelvan berdiri di depan kasir untuk membayar, penjaga kasir menatap Nelvan heran melihat begitu banyak pembalut di beli. Nelvan memalingkan wajah, “Segera di tot
Seharian mereka berdua tidak ada yang keluar dari kamar, selain Linda yang sedang menahan nyeri datang bulan, Nelvan juga sedang menemani Linda tanpa mau meninggalkan gadis itu sendirian.Ada hal baru yang Nelvan rasakan saat dekat dengan Linda, gadis itu memang pernah berkata tidak akan mencintainya tapi siapa yang tau waktu akan berlalu dan membuat Linda menarik kata-katanya kembali.Dengan penuh hati-hati Nelvan memperbaiki selimut untuk Linda saat gadis itu masih tidur, mungkin rasa sakitnya sudah tidak sesakit tadi sehingga Linda bisa memejamkan matanya dengan tenang, tak lama terdengar ketukan di pintu membuat Nelvan segera membukanya karena ia tau itu adalah Hans.“Pesawat akan siap nanti malam.” Ucap Hans.“Bukankah sudah aku bilang untuk menundanya beberapa hari lagi?” Nelvan menahan Hans untuk masuk tapi asisten sekaligus temannya itu sudah masuk tanpa permisi dan melihat Linda yang sedang tidur.Hans berbalik menc
Keinginan Nelvan untuk tinggal beberapa hari lagi di Seattle harus musnah ketika sebuah panggilan penting datang mengintrupsi. Pagi hari ia dan Linda sudah menempuh perjalanan menuju Los Angeles, pertemuan mendadak ini baru di beritahu oleh Hans saat pukul sembilan malam dan pagi hari Nelvan harus segera bergegas untuk menempuh perjalanannya.Saat di perjalanan, Linda benar-benar di abaikan karena Nelvan terlihat sangat serius menggunakan tab, di layar tersebut menampilkan beberapa grafik yang tidak Linda ketahui alhasil ia hanya diam dan akan berbicara ketika Nelvan yang mengajaknya duluan.Wajah serius Nelvan seperti ini sungguh menambah ketampanan lelaki yang pada dasarnya memang berparas menawan, tapi kenapa sifatnya selalu membuat Linda bertanya-tanya.Suatu saat Linda pasti akan terbiasa, hanya butuh waktu untuk membiasakan diri karena perubahan sifat lelaki itu yang tidak bisa terbaca.“Kau nanti ikut denganku.” Ucap Nelvan tanpa mengal
“Kalian terlihat sangat cocok, kapan hari pernikahan kalian di lakukan?” tanya Julius, sepupu Nelvan.“Yang pasti tidak akan lama lagi.” Jawab Nelvan yakin.Dalton tak lama datang menghampiri tiga orang yang kini sedang duduk di ruang tamu apartemen besar miliknya, Linda menoleh ke arah ayah Nelvan yang wajahnya sangat sangar dan menakutkan.“Bagaimana dengan mantan calon istrimu itu?” ucap Dalton.“Polisi sedang memburunya, aku hampir mati karena tindakan Bella dan Romy, tapi sekarang tinggal menunggu Bella keluar dari persembunyiannya, aku tidak begitu peduli dengan wanita itu karena aku sudah memastikan kehidupannya tidak akan berjalan lancar saat sudah berurusan denganku.”Linda terdiam, hanya dirinya seorang wanita duduk di antara tiga lelaki dewasa, terlebih Linda tidak terlalu paham dengan pembahasan yang sedang mereka bicarakan, yang pasti Linda hanya tau jika wanita bernama Bella yang pernah
Sudah larut malam tapi Linda tidak bisa tidur, ia masih kepikiran dengan sosok Julia meskipun wanita itu sudah meninggal. Setidaknya Linda bisa tau sedikit mengenai siapa Julia di kehidupan Nelvan sebelumnya agar membuat Linda yakin jika Nelvan tidak sedang mempermainkan perasaan.Linda benar-benar tidak bisa tidur tapi untungnya ponsel yang tergelatak di samping ia berbaring berdering, panggilan video dari Allexin, adiknya yang paling tampan di seluruh dunia.“Kau belum tidur?” tanya Linda tepat ketika ia melihat wajah Allexin di layar ponsel pemberian lelaki itu.“Aku baru selesai latihan dan baru saja tiba di rumah, besok aku libur sekolah jadi jika tidak keberatan apa aku bisa menghubungi Lindaku tersayang?” jawab Allexin dan kembali bertanya pada Linda.Linda terkekeh pelan, tapi ketika cahaya menyinari terang wajah Allexin di sana Linda melihat lebam di wajah adiknya, kening Linda mengernyit, “Jangan bilang kau di
Linda berjalan menjauh dari Maggie dan Nelvan, tapi Nelvan segera mengejar Linda agar masalah tidak semakin memburuk.“Linda, wait!” seru Nelvan, tapi tangan Nelvan di cekal oleh Maggie, lelaki itu berhenti dan menatap ibunya.“Sejak kapan? Sejak kapan kamu sudah bisa berjalan selancar ini?” tanya Maggie.Nelvan melepaskan tangannya, “Aku jelaskan nanti setelah aku berhasil menghentikan Linda untuk pergi,” kemudian Nelvan mengejar Linda yang kini sedang menganmbil beberapa barang miliknya di kamar sebelah lalu keluar namun secepat mungkin Nelvan menutup pintu.Linda sedikit mendongak menatap lelaki yang jauh lebih tingga darinya, lelaki itu kini sudah menguasai pintu tanpa membiarkan Linda keluar.“Minggir Tuan Xander, saya tidak akan mengganggu Anda lagi.” Linda mendorong Nelvan pelan tapi Nelvan menahan kedua bahu Linda, terpaksa Linda kembali mendongak.Tatapan yang di berikan Linda dan kali
Beberapa saat menempuh perjalanan akhirnya Linda sampai di tempat yang harusnya tidak ia tinggalkan, setelah turun dari kendaraan terakhir untuk tiba di rumahnya, tatapan Linda jatuh pada benda berwarna coklat yang melingkari tangannya. Benda itu berwarna merah sebelum layar kecilnya mati.“Sepertinya kehabisan daya, akan aku isi lain kali saja.” Linda melepas dari tangannya, memasukkan benda itu kedalam tasnya lalu berjalan ke rumah.Sebuah rumah yang tak terlalu besar, pintu rumah di buka oleh Linda dan di dalam rumah tersebut kondisinya sangat sepi, sepertinya Allexin sedang tidak tidak di rumah, tapi Linda lebih memilih mengecek ke kamar Allexin karena siapa tau saja adiknya itu sedang tidur.Tapi tetap tidak ada, Linda menutup kembali pintu kamar Allexin dan memilih menghubungi remaja yang sebentar lagi akan enam belas tahun itu, dering ponsel tak di jawab oleh Allexin bahkan Linda sampai menghubungi sebanyak sepuluh kali tapi tidak juga di angk
“Allexin, stop!” Linda memeluk Allexin, menghentikan adiknya yang akan menghajar Nelvan, Nelvan yang tersungkur akan membalas perbuatan Allexin yang memukulnya, sekaligus menuangkan emosi karena lelaki itu telah dengan berani mencium Linda.“Nelvan, sudah cukup hentikan!” kini Linda berdiri di antara dua lelaki bertubuh besar di kanan kirinya, Nelvan menatap Allexin dengan tatapan tajam.“Kau membiarkanku seperti ini setelah dia memukulku? Jadi kau lebih membela lelaki ini?” ujar Nelvan emosi.Allexin tanpa permisi mencengkeram baju Nelvan, “Kau yang kurang ajar, beran-beraninya memperlakukan Linda-ku seperti tadi!” katanya tak kalah emosi.Mendengar kalimat kepemilikan yang di lontarkan Allexin justru semakin membuat Nelvan memanas, keduanya sama-sama menarik kerah baju lawannya, “Sejak kapan kau mendiaknosa Linda sebagai milikmu?”“Allexin! Nelvan! Kalian berhentilah, ini salah pah
“Kau tidak pulang?” itu adalah pertanyaan Allexin untuk Nelvan yang tak kunjung pulang saat waktu sudah pukul sepuluh malam.Nelvan menoleh, “Kamu mengusirku?” katanya balik.Allexin memutar bola matanya jengah, “C’mon, kau bilang tadi sedang bertengkar dengan Linda jadi aku pikir akan jauh lebih baik saat kau pulang sekarang dan membiarkan Linda bisa berpikir untuk tidak kembali pada lelaki sepertimu.”“Kenapa kata-katamu jauh lebih dewasa dari pada usiamu?” ucap Nelvan menahan kesal.“Kau ingin menantangku? Baiklah aku tidak keberatan, demi Linda aku akan melakukan apapun untuknya.” Allexin menggulung lengan bajunya tapi Linda segera menahan dan membuat adiknya itu kembali duduk.Lalu Linda melihat ke arah Nelvan, “Pulanglah, aku akan kembali besok.” Ucap Linda.“Kembali besok? Kau akan ke rumah lelaki ini?” sambil menunjuk Nelvan, perlahan tang