Beranda / Romansa / Pelayan Cantik Tuan Arogan / Bab 5 - Bayangan Masa Lalu

Share

Bab 5 - Bayangan Masa Lalu

Penulis: Pelangi Jelita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-22 08:00:21

Afie menunduk sopan sambil menggenggam pegangan kopernya. “Aku permisi dulu Pak. Sepertinya bapak ada tamu penting.”

Gian mengangguk pelan tanpa memandangnya. Matanya masih tertuju pada siluet di depan pintu. “Silakan.”

Afie menarik napas pendek, lalu mendorong kopernya ke arah tangga. Suara roda yang bergesekan dengan lantai terdengar pelan tapi tetap terasa mengganggu di tengah keheningan yang mendadak tegang.

Di bawah, Gian menatap tamunya dalam diam. Wajah itu masih sama.

Perempuan yang pernah ada di masa lalu. Dan kini, entah mengapa, berdiri lagi di depannya, seolah waktu lima tahun tak pernah terjadi.

Nadia tersenyum kecil. “Hai, Gian.”

Gian tidak langsung menjawab. Matanya tajam, rahangnya mengeras. “Kenapa kamu ke sini Nad?”

“Aku pulang Gi,” jawab Nadia singkat. “Dan... aku butuh bicara denganmu.”

“Bicara soal apa? Bukankah semua sudah selesai?”

Nadia menatapnya, lama. “Kamu mungkin selesai. Tapi aku belum.”

Gian menghela napas. "Silakan duduk.”

Nadia masuk, langkahnya ringan tapi penuh perhitungan. Ia duduk di sofa seperti dulu, seolah segalanya belum berubah. Tapi ruangan itu sudah tidak sama.

“Rumah ini... masih seperti yang kuingat,” ucapnya lirih.

Gian tidak menanggapi.

Nadia memandangnya dengan mata yang mencoba membaca. “Aku dengar kamu sekarang CEO perusahaan besar. Hebat, ya.”

Gian tetap berdiri. “Kamu datang buat basa-basi atau...?”

“Aku datang karena aku ingin minta maaf kepada kamu Gi.”

Suasana menjadi hening.

Gian menatap perempuan itu lama, kemudian duduk di kursi seberang. “Maaf kamu bilang? Setelah pergi tanpa penjelasan apapun?”

“Aku punya alasan Gi.”

“Kebanyakan orang yang meninggalkan juga bilang begitu.”

Nadia menunduk. “Aku tidak bangga dengan caraku waktu itu. Tapi sekarang aku ingin memperbaiki semuanya Gi.. meski mungkin agak sedikit terlambat.”

Gian menyandarkan tubuhnya, tangan disilangkan di dada. “Lima tahun sudah berlalu Nad, sudah sangat terlambat. aku sudah mengubur semuanya”

Sementara itu di lantai atas, Afie baru saja membuka pintu kamarnya. saat ia melangkah keluar, bermaksud pergi ke dapur, langkahnya terhenti.

Ia melihat ke bawah.

Dari tangga yang ditapakinya, ia bisa melihat sebagian ruang tamu. Dan saat itu ia melihat.... Nadia mendekat ke arah Gian.

Afie mematung.

Wajah perempuan itu penuh emosi. Tangannya menyentuh lengan Gian, dan sebelum sempat menarik diri, Nadia mencoba mencium pipi Gian.

Namun reaksi Gian cepat, ia mendorong tubuh Nadia menjauh. Kasar, tanpa ragu.

“Nadia, cukup.”

Nadia menatapnya, terkejut dan terluka. “Kamu... benar-benar sudah berubah Gi.”

“Tidak. Aku hanya belajar untuk menghindar.. Kau juga harus menjaga batasan Nad, kau sudah bertunangan .”

Afie merasa serba salah, akhirnya ia putuskan segera kembali ke dalam kamarnya. Ia tidak bermaksud mengintip, tapi semuanya tadi terjadi terlalu cepat.

Pintu ditutup pelan. Tapi pikirannya tidak.

Di bawah, Nadia berdiri. “Kalau begitu... aku pamit. Tapi aku harap kamu tahu, aku tidak akan pergi begitu saja kali ini, aku akan berjuang mendapatkan cintamu kembali Gi.”

Gian tidak menjawab.

Saat Nadia melangkah keluar, suara pintu tertutup terasa lebih berat dari biasanya. Lalu kesunyian kembali menyelimuti rumah itu.

Beberapa menit kemudian, Gian naik ke lantai atas. Ia berhenti dan berdiri di depan kamar Afie, ragu sejenak, lalu mengetuk pelan.

“Afie?”

Tak ada jawaban.

“Afie, ini saya.”

Masih sunyi.

Ia memutar kenop pelan tidak dikunci.

Afie sedang duduk di tepi ranjang, membelakanginya. Punggungnya tegak, tapi jelas ada ketegangan yang ia tahan.

Gian berdiri di ambang pintu, tidak masuk lebih jauh.

“Kamu dengar tadi?”

Afie mengangguk. “Tidak sengaja, tapi cukup untuk tahu kalau aku datang di saat yang salah.”

“Dia masa lalu saya.”

“Aku nggak tanya, Pak.”

Gian mendekat satu langkah, tapi masih menjaga jarak. “Saya hanya ingin menjelaskan.”

Afie menoleh, ekspresinya datar. “Tidak perlu. Aku bukan siapa-siapa di rumah ini. Cuma orang titipan untuk melayani bapak.”

“Mama yang menitipkan kamu. Dan saya... tidak terbiasa ada orang lain di rumah.”

“Aku tahu pak. Karena itu aku juga tidak pernah berniat mengganggu.”

Gian menatapnya, tapi sulit membaca apa yang ia pikirkan. “Kalau kamu merasa tidak nyaman... saya minta maaf.”

Afie terdiam.

Beberapa detik kemudian, ia berkata pelan, “Aku cuma tidak ingin ikut terseret ke dalam urusan masa lalu bapak.”

Gian mengangguk. “Tidak akan.”

Afie menarik napas panjang. “Besok aku akan cari tempat lain.”

“Kamu bisa tetap di sini kalau kamu mau.”

“Aku nggak yakin itu ide yang bagus pak.”

Gian tidak memaksa. “Terserah kamu.”

Ia membalikkan badan, hendak pergi, tapi sebelum benar-benar keluar, ia berhenti di ambang pintu.

“Satu hal lagi, Afie.”

"Jangan Panggil Bapak" sambil membelalakkan mata tanda tak terima dengan panggilan itu.

"Harus panggil apa, Tuan????"

"Lebih baik, jadi tidak kelihatan tua"

"Hah ...Orang yang aneh, menolak tua"

"Saya belum tua Amanda Nawalfie" teriak Gian.

Afie melirik sambil tertawa.

"Iya, bawel, bagus apanya dipanggil tuan, dasar norak"

"Biarin!!" “Oh ya, kalau masak untuk makan siang nanti, jangan masak telur gosong lagi.”

Afie mengerjap, hampir tertawa. Tapi hanya tersenyum kecil. “Noted, Tuan Gian.”

Gian mengangguk, lalu pergi.

Pintu tertutup.

Dan Afie kembali duduk, menatap koper yang belum sempat dibuka. Entah kenapa, hatinya masih terasa berat.

"Semoga kali ini aku sepenuhnya bisa beradptasi, dan tidak mengecewakan ibu Clara, dan Tuan Gianpun tidak se Arogan biasanya."

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 69 - Mencoba Lagi

    Setelah pertengkarannya di ruang rapat, siang itu di kantor Venus Enterprise terasa makin panas meski AC menyala. Cahaya matahari menyembul di sela-sela korden, membuat debu terlihat menari di udara. Suara ketukan keyboard, dan bunyi printer mengeluarkan bunyi kecil seakan menghancurkan ketenangan hati Afie, tapi ia tetap duduk di kursinya, menunduk, menahan semua yang ingin keluar. Di balik ketegangan dan kemarahan yang ada selama ini, sesungguh hatinya sangat merindukan Gian. Bukan hanya sebagai bos, tapi sebagai pria yang dulu membuatnya merasa aman. Dia rindu ketika Gian tersenyum, menatap nya dengan penuh cinta, mencium tangannya ketika mereka pulang lembur bersama. semua itu seakan hancur oleh sikap Gian yang makin hari makin kasar.Sikap cemburunya makin diluar nalar, . padahal kalau di fikir fikir dia sendiri yang telah memulai segalanya. Sikap egois yang merasa dirinya tidak bersalah dengan manta

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 68 - Mengundurkan Diri

    Di dalam ruang kaca Venus Enterprise , hati dua insan di saput mendung, bahkan siap meledak. Afie sedang duduk di mejanya, menggenggam mug kopi yang mulai dingin. Laporan klien dari Bali terbengkalai karena revisinya sudah tiga kali ditolak. "Apa maunya dia, atau dia sengaja menyiksaku. Revisi beulang ulang, aku dibuatnya seperi orang bodoh" Tangan kiri Afie mengetik, sementara pikirannya terus melayang ke beberapa hari terakhir. kata-kata yang dilontarkan Gian, tatapannya yang menusuk, kata “tidak becus” yang menggema hingga ke dalam tulang sakitnya. Karena kesal, Afie lalu menutup laptopnya. Ia berusaha meredam amarahnya dengan meneguk kopi, mencoba mengumpulkan ketenangan. Tak lama, ia melihat Gian berjalan cepat melewati lorong. Langkahnya berat, dan sepertinya ia sedang menahan emosi. "Apalagi yang membuatnya kesal. Apa sebentar lagi akan terjadi ledakan" Setelah m

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 67 - Panas lagi

    Sore tiba dengan langit berawan. Lampu-lampu di kantor mulai menyala satu per satu. Udara lembap, suara AC berdengung halus, mewarnai berbagai aktivitas padat di meja kerja karyawan. Afie masih duduk sembari menyelonjorkan kaki yang mulai terasa lelah. tak sengaja indra penglihatannya tertuju pada layar laptop. pesan masuk, presentasi untuk klien luar negeri sudah harus dikirim besok pagi. "Untungnya materi presentasi telah rampung ku buat. terkadang Klienpun membuat orang jadi jungkir balik, sesuka sukanya mereka. ." Afie hampir selesai merampungkan laporan bulanan, tinggal merapikan grafik dan memastikan data final. Kantor sudah sepi kecuali beberapa staff yang lembur. Di ruang rapat , Gian berdiri lalu mengatur dokumen-dokumen proyek, memikirkan ulang rencana kerja selanjutnya. Afie hari ini absen tidak mengikuti rapat internal. Setelah karyawannya keluar, Gian menyand

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 66 - Aku Masih Sama

    Venus Enterprise pagi ini nampak sangat ramai, tapi tidak untuk Gian dan Afie, ada beban tak terlihat yang memenuhi fikiran masing masing. Afie masuk dengan berjuta pikiran yang berkecamuk, rapat eksternal, revisi proposal, timeline yang terus melebar. semua menunggu, dan harus di selesaikan dengan sempurna dan maksimal.. Gian sudah menunggu di ruang rapat, dokumen sudah di tangan, ekspresinya nampak sangat serius. Gian mengangkat kepala ketika Afie masuk. “Afie, duduk di sini,” katanya sambil menunjuk kursi di samping mejanya. Afie ragu, namun tak urung sebagai sekretaris, ia tahu harus menjalankan tugas. Dengan langkah pasti, ia duduk di kursinya dalam diam. Gian membuka laptopnya dan menunjuk ke slide presentasi yang belum selesai. “Kita punya proyek baru untuk klien Borneo, mendesak, nanti aku mau kamu masuk ke tim inti,” katanya na

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 65 - Cara Licik

    Pagi itu udara di Venus Enterprise terasa makin berat bagi Afie. Cahaya lampu ruang kerja dan tumpukan kertas yang menggunung tak cukup mengusir rasa sesak di dadanya. Seolah setiap bunyi keyboard adalah ketukan yang mengingatkan pada bayangan Gian. Afie berjalan menuju mejanya dengan setelan rapi, kopi di tangan kiri, tas kerja di sisi kanan. Wajahnya diam tapi hati berdengung. Di ruangannya Gian duduk menatap layar monitor, rapat sudah menunggu, tapi semua data yang tampak di layar hanya bayangan karena pikirannya tertuju hanya pada Afie. Afie keluar dari ruang sekretariat dengan map terbaru di tangannya. Laporan revisi sudah selesai. Ia hendak menuju ruang rapat untuk menyerahkannya. Tiba‑tiba dari sisi koridor, Kaisan muncul, membawa secarik catatan kecil dari tim klien. “Kau sepertinya betul betul sibuk hari ini Fie” sapanya menyodorkan catatan itu.

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 64 - Suasana Tak Nyaman

    Pagi di kantor Venus Enterprise terasa berat. Suara ketukan keyboard, gelas kopi beradu, tawa ringan di sudut ruangan, semua terdengar biasa. Tapi tidak bagi Gian, setiap suara adalah pengingat bahwa Afie ada di sana, bekerja, bergerak, tapi tak pernah memberi ruang yang dulu pernah ia miliki. Gian melirik jam di dinding. Lima menit menuju jam istirahat. Ia sudah menyiapkan strategi. hari ini, ia akan mencoba lagi beinteraksi. bukan dengan sapa manis, melainkan dengan sedikit tekanan. Afie sedang mengimput data dalam file Excel, dahinya berkerut karena laporan klien memperlihatkan selisih kecil antara proyeksi dan realisasi. Suara pintu diketuk. Gian berdiri di depan mejanya, membawa tumpukan map. “Afie, ini data tambahan dari klien kita. Aku butuh kamu validasi semua angka dan kirim kembali ke mereka hari ini juga plus revisi grafik pendukung.” Nada Gian terdengar biasa, tapi matanya penuh arti. Ia tahu Afie tidak akan menolak dan akan menyelesaikan tugas darinya.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status