Home / Romansa / Pelayan Hati Tuan Muda / Bab 4 – Tatapan yang Tak Biasa

Share

Bab 4 – Tatapan yang Tak Biasa

Author: Sabira Story
last update Last Updated: 2025-04-08 22:16:57

Sejak tadi, Ayu merasa ada sesuatu yang berbeda di udara. Bukan angin atau cuaca, tapi suasana hati yang aneh. Ia membersihkan ruang keluarga, menyapu dan mengepel lantai marmer yang luas hingga mengkilap seperti cermin. Di atas meja panjang, ia menata vas berisi bunga segar yang datang dari toko langganan Nadine.

Dengan senyum yang merekah manis. Ayu menatanya dengan lembut, tapi jemarinya terasa seperti canggung. Karena Ayu merasa ada tatapan yang menempel di punggungnya dan tidak ia tak perlu menoleh untuk tahu siapa pemiliknya.

Revan Ardiansyah.

Sudah beberapa kali pria itu melintasi ruang keluarga, padahal biasanya ia hanya muncul saat hendak keluar rumah atau kembali ke ruang kerja. Tapi kali ini, ia duduk di salah satu sofa, membawa laptop dan gelas yang berisi teh hangat buatannya. Pandangan Pria itu tidak hanya terfokus pada layar datar yang ada di hadapannya saja, tetapi juga sesekali mencuri pandang ke arahnya.

Ayu menunduk dalam-dalam, menyembunyikan rona gugup yang perlahan merambat ke pipi. Ia ingat pertengkaran tadi. Suara Nadine yang penuh kebencian, suara Revan yang santai tapi sebenarnya menyimpan lelah dan hancur yang bersamaan.

Kini berselang beberapa jam setelah pertengkaran, pria itu duduk di sana. Diam, tapi penuh arti. Tidak berkata apa-apa, tapi menghadirkan ribuan pertanyaan di kepala Ayu.

"Kamu suka bunga Lily?" Suara itu mengejutkannya.

Ayu refleks menoleh. Revan masih duduk di sofa, namun pandangannya tertuju pada vas bunga yang baru saja ia susun.

"I-iya, Pak. Warnanya cantik, putih dan bersih,” Jawabnya.

Revan mengangguk pelan. Senyum tipis muncul di sudut bibirnya, meski terlihat sangat samar.

"Apa kamu tahu, setiap warna bunga Lily itu memiliki artinya tersendiri."

Ayu menggeleng pelan.

"Lily putih biasanya melambangkan kemurnian dan kesucian, sementara lily kuning melambangkan kebahagiaan dan persahabatan. Lily merah mewakili cinta dan gairah, sedangkan lily pink melambangkan kelembutan, keindahan, dan rasa syukur," Jelas Revan.

Ayu sedikit terperangah, karena ia baru tahu setiap warna bunga Lily memiliki makna tersendiri.

"Dari mana Tuan tau semua itu?" Ayu sangat antusias mendengarnya.

"Ibuku dulu suka menanam bunga Lily di rumahnya. Dulu aku sering membantu, jadi sedikit banyaknya tahu tentang makna dan arti setiap warna karena belajar dari beliau."

"Tuan hebat. Tuan bukan hanya mengerti tentang dunia bisnis, tapi tentang arti bunga pun juga tahu," Ujar Ayu bukan sekedar pujian biasa, tetapi ia memang kagum dengan pengetahuannya.

"Aku tidak sehebat itu," Revan merendah.

"Tuan terlalu merendah. Jarang-jarang loh ada pria yang mengerti tentang bunga. kebanyakan dari mereka hanya tahu nama tanpa tahu arti.

Ayu kembali tersenyum, tapi senyum yang kali ini jauh lebih tulus dari biasanya. Di dalam senyum itu terlihat kekaguman yang didukung dengan sorot mata yang berbinar.

Sedangkan Revan, hatinya seketika menghangat. Padahal itu hanyalah hal receh yang tak bisa dibanggakan. Tapi di mata Ayu, hal receh itu membuatnya kagum hingga pujian itu terlontar dari bibirnya. Dan karena hal itu pula lah Revan merasa dihargai.

"Hmm Tuan, boleh aku melanjutkan pekerjaan ku?"

"Lanjutkan saja," Sahut Revan "Jangan takut bicara padaku. Karena aku bukan orang yang, menakutkan." Lanjutnya.

“Iya Tuan,” Ayu mengangguk cepat. Lalu kembali mengatur posisi vas bunga.

Setelah semuanya selesai, Ayu membawa peralatan kebersihannya ke belakang. Tetapi baru lima langkah ia berjalan, Ayu menoleh bersamaan dengan Revan yang juga melihat ke arahnya. Ayu kembali terlihat seulas senyum, hanya senyum simpul yang jarang sekali diperlihatkan oleh pria itu.

Secepatnya Ayu berbalik, melanjutkan langkah dengan jantung yang berdegup kencang.

"Jangan terlalu larut, jika tidak ingin mati tenggelam."

Ayu menghentikan langkah, mencari sumber suara yang berasal dari Bu Marni yang berdiri di sisi pintu dapur, dengan ekspresi yang tidak Ayu mengerti.

"Maksudnya apa ya Bu?" Ayu bertanya dengan sopan.

Tidak ada penjelasan dan tidak ada jawaban. Bu Marni berlalu begitu saja, meninggalkan Ayu dengan tanda tanya di kepala.

Ayu bingung tidak mengerti. Apakah kata-kata itu sebuah peringatan, atau hanya sekedar kalimat sindiran. Merasa tidak ada yang salah pada dirinya, Ayu melanjutkan langkah. Menganggap ucapan itu hanyalah sekedar angin lalu saja.

Seharian itu, setiap langkahnya Ayu merasa seperti sedang diawasi. Bukan dengan tatapan mengintimidasi, tapi seperti ada seseorang yang memperhatikan untuk memastikan ia baik-baik saja.

Saat Ayu tanpa sengaja menjatuhkan kain lap, Revan bangkit dan mengambilkannya sebelum Ayu sempat membungkuk.

"Hati-hati. Lantai masih basah." Ucapnya mengingatkan.

Ayu terpaku. Jemarinya menyentuh kain lap bersamaan dengan tangan Revan. Sekilas mata mereka bertemu, dan untuk sesaat dunia terasa berhenti berputar.

"M-maaf, Tuan," Cicit Ayu gugup.

"Tak apa. Lain kali berhati-hatilah," Ia kembali mengingatkan

Revan berdiri dan berlalu meninggalkannya. Kali ini, Ayu tidak bisa lagi berpura-pura tidak merasakan apa-apa. Karena ada sesuatu di antara mereka, masih terlalu dini untuk disebut perasaan. Tapi cukup kuat untuk mengguncang hati yang selama ini hanya tahu cara tunduk dan bekerja.

Dari arah dapur, Bu Marni melirik Ayu dengan mata yang semakin penuh makna.

"Hati-hati, Yu. Tuan muda itu bukan laki-laki biasa. Dan rumah ini, lebih banyak rahasia daripada pintunya." Lagi, Bu Marni mengucapkan kata-kata yang semakin tidak ia mengerti.

Ayu tidak menjawab. Ia hanya menunduk, tapi hatinya tak bisa dibohongi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 41 - Lamaran di Meja Sarapan

    Aroma tumisan bawang dan telur dadar memenuhi seluruh ruangan apartemen pagi itu. Sinar matahari menembus tirai tipis, jatuh di wajah Ayu yang tengah sibuk di dapur. Tangannya lincah mengaduk sup hangat, sementara di meja makan, roti panggang dan segelas susu sudah tersusun rapi. Sesekali, Ayu menatap jam dinding. Biasanya jam segini Revan sudah bersiap ke kantor. Tapi hari ini berbeda. Pagi ini Revan bilang ia ingin di rumah saja. Katanya, ingin “menghabiskan waktu” dengan Ayu. Senyum kecil terbit di bibirnya. Sejak tinggal di apartemen rahasia milik Revan, hari-hari Ayu jauh lebih tenang. Tidak ada lagi suara tetangga yang ribut di kosan, tidak ada atap bocor saat hujan. Tapi di sisi lain, hati kecilnya juga takut, takut jika semua ini hanya sementara. Suara langkah kaki terdengar dari arah kamar. Revan keluar dengan kaus hitam polos dan celana panjang abu-abu. Rambutnya masih sedikit berantakan, tapi justru itu membuatnya tampak lebih santai dan... menawan. “Pagi sayang,” ucapn

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 40 - Apartemen Rahasia

    Hujan baru saja reda ketika mobil hitam milik Revan berhenti di depan rumah sakit. Ayu menatap ke luar jendela, melihat butiran air yang masih menempel di kaca. Hatinya berdebar aneh, antara canggung, gugup, dan tak percaya bahwa ia kini benar-benar duduk di sebelah Revan lagi. Revan, sang tuan muda yang rela mengejarnya sampai keluar kota.“Udah siap?” suara Revan memecah keheningan. Nada lembutnya membuat Ayu spontan menoleh.“Kayaknya, iya,” jawabnya pelan, sambil menggenggam ujung tas yang ia bawa.Revan tersenyum tipis. “Kita periksa sebentar aja. Aku udah janji sama dokter buat cek kandungan kamu. Umurnya kira-kira baru enam minggu, kan?”Ayu mengangguk. “Iya, hasil test pack waktu itu cuma garis dua samar. Aku juga belum periksa ke dokter.”Tanpa menunggu jawaban, Revan turun lebih dulu, membuka pintu untuknya. Sifatnya yang perhatian itu membuat Ayu semakin salah tingkah. Mereka berjalan berdampingan melewati lobi rumah sakit. Aroma antiseptik menyeruak, sementara langkah kaki

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 39 - Pelukan yang Tertunda

    Pintu kamar kos yang sempit itu tertutup rapat di belakang mereka. Keheningan mencekam menyelimuti ruangan yang pengap, hanya terdengar deru nafas keduanya yang tidak beraturan. Lampu neon yang redup menyinari wajah Ayu yang pucat, matanya sembab karena air mata yang tak kunjung berhenti mengalir sejak bertemu Revan tadi.Tanpa menunggu lebih lama, Revan langsung melangkah mendekat dan memeluk tubuh Ayu dengan erat, sangat erat. Seakan-akan ia takut wanita itu akan menghilang lagi jika pelukannya mengendur walau hanya sesaat. Rasa rindu yang telah ia pendam selama ini, kini meledak begitu saja membuatnya lupa akan segala hal. Lupa bahwa wanita yang kini berada dalam dekapannya sedang mengandung anak mereka."Ayu..." bisik Revan parau di telinga wanita itu. Suaranya bergetar, menahan emosi yang membludak. "Kenapa kau pergi? Kenapa kau tinggalkan aku?"Ayu yang awalnya kaku, perlahan mulai mencair. Tangannya yang semula tergantung lemah di sisi tubuh, kini terangkat dan membalas pelukan

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 38 - Pertemuan di Subuh

    Embun pagi masih menggantung di udara ketika mobil sedan hitam berhenti di depan gang sempit yang mengarah ke kos-kosan. Revan mematikan mesin dan menghela napas panjang. Tangannya bergetar sedikit ketika meraih kunci mobil. Perjalanan selama delapan jam dari Jakarta ke kota kecil ini terasa seperti keabadian baginya."Alamat ini sudah alamat yang benar kan?" tanya Revan pada pria paruh baya yang berdiri di samping pintu mobil."Benar, Pak. Ini fotonya waktu dia berangkat kerja ke laundry kemarin," jawab pria itu sambil menyerahkan foto Ayu yang sedang berjalan.Revan menatap foto itu dengan mata yang berkaca-kaca. Sudah beberapa hari sejak Ayu pergi meninggalkan rumah tanpa kata-kata. Beberapa hari yang terasa seperti bertahun-tahun bagi Revan. Setiap malam ia tidak bisa tidur nyenyak, terus memikirkan Ayu yang pergi membawa anak yang dikandungnya.Udara pagi yang sejuk menyapa wajahnya. Revan merapikan kemeja putihnya dan menyisir rambut dengan jari. Ia ingin terlihat rapi di depan

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 37 - Hampir terbongkar

    Lampu-lampu kristal Le Bistrot memancarkan cahaya hangat yang memantul di permukaan meja marmer, menciptakan suasana romantis yang biasa menjadi saksi bisu pertemuan rahasia Nadine dan Alvin. Restoran mewah itu memang selalu menjadi tempat favorit mereka, karena cukup eksklusif untuk menghindari mata-mata yang tidak diinginkan, namun cukup intimate untuk mengekspresikan perasaan yang terpendam.Nadine memarkir mobilnya di basement dengan tangan yang sedikit gemetar. Melalui kaca spion, ia memeriksa penampilannya sekali lagi, memastikan cardigan yang dikenakannya cukup longgar untuk menyembunyikan perubahan bentuk tubuhnya. Napas panjang ia hembuskan sebelum keluar dari mobil, berusaha menenangkan diri dan mempersiapkan mental untuk bertemu dengan pria yang sangat dicintainya.Lift membawanya ke lantai dua restoran dengan musik jazz yang lembut mengalir dari speaker tersembunyi. Begitu pintu lift terbuka, mata Nadine langsung menangkap sosok familiar yang duduk di meja pojok, meja yang

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 36 - Malam Penuh Kebohongan

    Jam dinding di ruang kerja Revan berdetak monoton, menunjukkan pukul 19.00 WIB. Suara mekanis itu terasa begitu keras di tengah kesunyian malam yang mulai turun. Gedung perkantoran sudah hampir kosong, hanya tersisa beberapa lampu yang masih menyala di lantai-lantai tertentu, menciptakan pola cahaya yang sporadis di antara kegelapan.Revan masih terpaku di kursi kepimpinannya, mata lelahnya menatap layar ponsel dengan intensitas yang tak berkurang sejak siang tadi. Jari-jarinya sesekali mengetuk-ngetuk meja dengan gelisah, menunggu kabar dari tim pencari profesional yang telah ia tugaskan untuk menemukan Ayu. Kriiing... Kriiing...Ponselnya kembali bergetar dan bersuara nyaring. Dengan harapan yang membuncah, Revan langsung meraih telefonnya, berharap melihat nomor yang ditunggu-tunggu. Namun layar menampilkan nama "Nadine" dengan foto pernikahan mereka yang penuh ironi menyakitkan.Revan memandang layar itu dengan tatapan datar, hampir tanpa emosi. Ini sudah panggilan kesepuluh dala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status